Friday, May 21, 2010

SINUSITIS TAK SELALU HARUS DIOPERASI


Penyakit radang sinus ini memang tidak seseram AIDS. Tapi penderitanya suka dibikin keki. Pasalnya, pasien sering tidak tahu kapan penyakitnya cukup diobati dan kapan harus dioperasi. Tidak semua kasus sinusitis harus diatasi dengan tindakan operasi.

Sialan, udah berobat jauh-jauh, sinusitis gua masih nggak sembuh. Udah sakit, keluar duit banyak, waktu banyak kubuang lagi!” celoteh seorang eksekutif muda, sebutlah Beni, kepada teman sekantornya. “Ternyata, dari foto, dokter disini bilang penyakit gua sebenarnya masih bisa sembuh dengan obat, “tambahnya.

Temannya , yang sama-sama eksekutif perusahaan realestate kondang, bengong-bengong saja, karena memang tak tahu banyak soal penyakit Beni. Yang diketahuinya Cuma belum lama ini Beni keluar negeri untuk berobat. Katanya, dokter yang menanganinya di sama menyatakan sinusitis eksekutif muda itu hanya bisa sembuh dengan operasi. Karena memang awam, Beni nurut saja. Tapo setelah dioperasi, beberapa waktu kemudian penyakitnya nongol lagi. Inilah yang membuatnya kesal karena merasa dibohongi. Menurut dr. Masrin Munir, kepala bagian THT RSCM-FKUI, kejadian pasien “ditipu” dokter THT macam ini memang sering terjadi, termasuk di Jakarta. Tak jarang pula pasien ditakut-takuti. Umpamanya, kalau tidak dioperasi bisa nyebabkan radang otak, bahkan bisa meninggal. Akhirnya si pasien pun pasrah bongkokan pada dokternya untuk menjalani operasi.

Sinusitis sebenarnya tidak selalu harus ditanggulangi dengan tindakan operasi untuk penyembuhannya. Seperti penyakit lain, penyakit kelompok THT ini bertingkat-tingkat. Ada yang ringan, sedang dan berat. Biasanya, operasi bari dilakukan bila sinusitis sudah tidak bisa sembuh Cuma dengan obat.

Banyak pada orang dewasa

Namanya saja sinusitis yang deserang sudah jelas kelenjar sinus panranasal, yang terdiri atas sinus maksilaris etmoid, frontalis dan sphenoid. Seperti diketahui sinus (rongga udara) yang berisi kelenjar sinus ini terdapat di seputar tengkorak wajah. Fungsiya sebagai alat resonansi suara. Karena kelenjar ini ada beberapa jenis sinusitisnya juga dinamai menurut sinus yang terkena radang. Kalau yang diserang sinus maksilaris, maka disebut sinusitis maksilaris. Begitu seterusnya hingga ada sinusitis etmoid, sinusitis frontalis, dan sinusitis dfenoid. Bila yang terkena lebih dari satu sinus disebut multisinusitis, dan bila tak satu pun sinus sehat desebut pansinusitis.

Dalam kelompok penyakit THT, sinusitis masuk dalam kelompok 3 besar yang sering dijumpai. Angka pasti jumlah penderitanya di Indonesia memang belum ada. Namun, sebagai gambaran, di RSCM jumlah penderitanya cukup banyak. Tercatat, dari 250 pasien di bagian THT setiap hari, sekitar 10 orang (4%) menderita sinusitis. “semuanya sudah pada stadium lanjut dan harus dioperasi. Makanya, hampir setiap hari jaki mlakukan operasi sinusitis. Malah kadang-kadang sampai dua kali sehari,” ujar dr Masrin.

Sinusitis biasa menhinggapi orang dewasa, terutama mereka yang kurang berolahraga, bekerja kelewatan sampai stress, atau lupa jaga kondisi kesehatan sehingga daya tahan tubuh menurun. “Anak-anak usia dibawah 10 tahun mungkin saja kena sinusitis. Tetapi dengan pengobatan medika membaca yang adequate (menggunakan obat secara sempurna) seja bisa sembuh, karena stadiumnya masih dini dan daya recovery anak cukup tinggi” jelas dr, Martin.
Pada anak-anak sinusitis sering kali bisa diketahui lebih dini karena pada umumnya perhatian orang tua pada anaknya lebih baik. Ada keluhan sedikit langsung dibawa ke dokter, sehingga kemungkinan menjadi kronis jarang sekali.

Sebaliknya, pada orang dewasa gejala sinusitis pada stadium dini sering tidak begitu dirasakan dan disadari. Umpamanya, munculnya banyak riak di temggorokan, sring pusing pada saat sibuk atau bekerja, merasa tidak segar dan kemampuan berkonsentrasi menurun. Kalaupun gejalanya terasa, biasanya dicuekin karena dianggap tidak menganggu. Padahal, sikap macam begitu bisa bikin penyakit itu jadi kronis, lalu masuk pada stadium labih lanjut dan peradangan merambat ke sinus-sinus lain.

Perlu difoto

Meskipun termasuk dalam kelompok penyakit THT, tidak semua sinusitis desebabkan oleh gangguan hidung atau tenggorokan. Namun, dr. Marin mengakui, flu yang didak diobati secara sempurna dengan obat, atu Cuma diatasi dengan obat flu yang dijual bebas setiap kali timbul gejala flu, menjadi penyebab terbesar terjadinya sinusitis. “Karenanya, bila terserang flu yang disertai dengan panas akibat adanya infeksi sekunder, sebaiknya lekas pergi ke dokter,” pesannya. “ Tidak usah ke dokter spesialis THT, dokter umum pun cukup,”tambahnya.

Infeksi kronis pada akar atau radik gigi geraham atas (kiri atau kanan) juga bisa menyebabkan munculnya sinusitis. Ini terjadi bila gigi geraham pasien mulanya bolong, tapi tak dipedulikan. Tidak berobat ke dokter gigi dan Cuma minum obat anti sakit. Sakitnya memang hilang, tapi infeksi jalan terus. Infeksi ini bisa menjalar ke sinus datasnya (maksilaris) dan pada suatu waktu akan menjasisinusitis. “Infeksi itu karena kuman pathogen, sperti streptococcus bethimoliticus,” ungkap kepala bagian THT RSCM ini.

Penyebab lainnya, sumbatan pada hisung bukan karena selesma. Umpamanya adanya polip hidung, tumor di rongga hidung, trauma pada hidung alergi yang mengakibatkan semua selaput lender di hidung jadi bengkak. Kalau hidung tersumbat tak kunjung hilang ada kemungkinan tedapat sumbatan atau tumor pada hidung. Atau, bila selesma tak kunjung sembuh atau hanya sembuh oleh obat (termasuk obat tetes atau semprot), bisa jadi penderitanya memang alergi. Tumor, alergi, atau bengkoknya hidung (ke kiri atau ke kanan) tadi bisa berakibat saluran keluar dari sinusjadi tertutup. Padahal, sinus it uterus menghasilkan secret. Karena lubang keluarnya tertutup secret tadi mengumpul di dalam. Begitu ada infeksi sekunder dari lubang yang sama, jadilah sinusitis. “Jadi alergi dan sinusitis ada hubungannya. Kalau alergi dibiarkan berlanjut mungkin bisa jadi sinusitis tidak mungkin menyebabkan alergi,” tegas dr.Masrin.

Perjalanan penyekit sinusitis biasanya dimulai dari sinus-sinus maksilaris atau etmoid. Kalau serangan dibiaraka penyakit ini bakal merambat ke sinus-sinus lain. Gejalanya biasanya berupa keluarnya ingus yang semula encer lama-lama jadi kental, batuk yang tak kunjung sembuh akibat tersumbatnya saluran pernapasan oleh ingus yang terus diproduksi, bau tak sedap dari hidung, satu sisi atau dua sisi hidung tersumbat (terutama pada saat tidur malam hari). Gejala lainnya bisa berupa rasa sakit pada pipi atau daerah antara dua mata yang terserang dan pusing.
Kadang-kadang sakitnya diatas atu belakang kepala. Itu penjalaran rasa sakit dari depam,” jelas ketua Perhati Jaya (Perhimpunan Ahli Penyakit THT Indonesia cabang DKI Jakarta) ini. Bahkan, dairah bekerja menurun, mudah letih, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik pun merupakan gejala sinusitis. “ Ya, karena didalam tubuhnya ada infeksi, tubuhnya tidak fit, sehingga konsentrasi menurun,” tambahnya.

Namun, bukan berarti kalau ada gejala tadi kita positif sinusitis. Dokterlah yang bisa menentukan seseorang menderita sinusitis atau tidak. Tentu penentuannya berdasarkan hasil foto roentgen bagian muka atau daerah sinus pasien. Sinus yang sehat, pada hasil foto menunjukkan bayangan hitam (radiolusen). Sebaliknya, bila sinus meradang pada hasil foto terdapt bayangan lebih putin (radio opaque) pada satu atau kedua sisi. “Densitas bayangan putih ini berbeda-beda ; sedikit putih, agak putih, putih. Ini menunjukkan stadium sinusitisnya itu,” tutur dr.Masrin.

Bila memang positif sinusitis pengobatan harus segera di lakukan supaya tidak bertambah parah. Bisa dengan menggunakan obat saja, bisa pula dengan dibedah. Tetapi tindakan medisnya masih tergantung pada parah tidaknya sinusitis. Tidak asal ada bayangan putih pada hasil foto lalu tidakan operasi harus dilakukan. “Kalau, misalnya bayangan-bayangan sedikit saja, mungkin nggak perlu operasi. Tetapi kalau sudah putih sekali, itu artinya harus dilakukan tindakan (operasi),”jelasnya.

Yang membingungkan jika hasil foto terdapat bayangan putih samara-samar, tapi dokter bilang positif sinusitis serta harus dioperasi. Bila mengalami hal demikian, menurut dr. Masrin, pasien sebaiknya minta pendapat dokter THT lain dengan berbekal hasil foto tadi. Bisa pada seorang atau dua orang dokter THTlain. “Jangan mudah percaya pada vonis dokter. Apalagi kalau dokter tadi sampai menakut-nakuti. Umpamanya, kalau tidak dioperasi, bisa menyerang selaput otak atau menjalar ke otak. “Itu khan gak benar. Saking takutnya, pasien biasanya langsung setuju dioperasi. Mungkin saja pasien menderita sinusitis yang tidak perlu operasi untuk menyembuhkannya,”paparnya.

Sampai saat ini, pakar-pakar THT senior tidak pernah menemukan penyakit sinusitis menyebabkan radang otak. Komplikasike telinga, tenggorokan, danparu-paru , memang sering ditemukan. Tapi komplikasi tidak sampai menyebabkan pasien meninggal. “Sinisitis itu tidak bikin pasien mati kok! Penyakit in Cuma bikin menderita,” ungkap ahli THT yang telah menjadi ketua Perhati Jaya sejak 1986 ini.

Seandainya, sebagian besar dokter yang dimintai pendapat menyatakan sinuistisnya bisa disembuhkan total dengan obat, ya syukur. Pasien berhak menolak dioperasi. Risko operari berupa rasa sakit setelah operasi, rugi waktu, dan uang pun tak ada.

Kalau sebaliknya pasien memang harus dioperasi, ya apa buleh buat. Pasien mesti menjalani pembedahan, tapi pelaksanaannya biasanya tidak bersifat segera. Kalau indikasinya tepat, operasi masih bisa dilakukan dalam 1-4 minggu kemudian.

Boleh saja sih, pasien menolak dioperasi. Kalau begitu, “mintalah obat yang paling bagus. Mudah-mudahan bisa menolong. Umumnya sih bisa menolong. Tapi untuk waktu-waktu tertentu. Lalu kambuh lagi,” jelas dr. Masrin.

Lebih baik teknik konvensional

Dalam hal operasi, pasien berhak mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya soal alasan operasi sampai risiko yang mungkin timbul setelah dioperasi. Ia juga berhak menentukan dokter yang melakukan dan memilih RS tempat operasi dilakukan. “Bahkan, kalau setelah operasi terjadi komplikasi pasien berhak menuntut. Sekarang dokter bisa dituntut menurut UU No. 23 tahun 1992 (tentang kesehatan ),” ungkap kepala bagian THT RSCM-FKUI sejak April 1994 lalu.

Kalau ingin sembuh sempurna, pilihlah dokter yang diyakini mampu mengoperasi. Pasien berhak untuk itu,” pesannya. Begitu pula dengan rumah sakitnya. “Tidak tertutup kemungkinan rumah sakit yang megah dan mewah tidak dapat memberikan hasil operasi yang terbaik. Juga jangan tergiur dengan teknik atau alat operasi terbaru dan canggih yang bakan dipakai. Kadang-kadang itu hanya omongan dokternya saja, nanti teknik operasinya sama saja. Hasilnya pun masih diragukan. Mungkin saja hasilnya sama atau mungkin malah lebih jelak dibandingkan dengan teknik konvensional. Yang terpenting,m the man behind the gun!” tambahnya menggebu-gebu sembari menyatakan banyak muridnya yang baru jadi spesialis bekerja di rumah sakit mewah.

Untuk penyembuhan sinusitis tidak ada teknik operasi dengan menggunakan sinar laser. “Penggunaan sinar laser tidak mungkin digunakan untuk sinusitis, apalagi untuk sinus-sinus yang susah dicapai. Bohong, kalau sinar laser bisa untuk operasi penyakit ini, “tegas dr. Masrin.
Saat ini, memang muncul teknik-teknik baru disamping teknik konvensional. Di antaranya bedah sinus endoskopis fungsional atau FESS . menurut dr. Masrin, teknik ini tergolong bari di Indonesia. Lantaran alatnya mahal, biaya operasinya jadi mahal. Celakanya, keberhasilan operasinya belum bisa dibuktikan. Yang pasti, dari pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri diketahui teknik baru ini tidak memberikan hasil memuaskan. “Di sini banyak sekali dokter THT yang menemukan kasus sperti itu, “ ungkapnya.

Bagaimanapun, pembedahan konvensional dengan pendekatan Caldwell-lic masih memberikan hasil terbaik. Caranya, dengan membuka tulang pipi dengan sayatan dibawah bibit sampai ke rongga sinus maksilaris. Dengan cara ini dokter akan dapat melihat kelainan dalam sinus tersebut dan mengambil jaringan tidak sehat sampai bersih. Lalu, membuat lubang permanent dari sinus maksilaris ke rongga hisung supaya pengaliran dari sinus jadi lebih lancer. Jika diperlukan tindakan operasi bisa dilanjutkan ke rongga sinus etmoid atau sfenoid.

Tak banyak terjadi perdarahan dalam operasi ini. Darah yang hilang akibat operasi paling-paling 100 ml. “Itu tergantung operatornya. Kalau dokternya tidak cekatan, ya bisa lebih, “ tambahnya.

Cara lainnya adalah dengan pendekatan dari lubang atau rongga hidung. Cara ini dilakukan untuk sinusitis etmoid, sphenoid atau pun frontal.

Setelah operasi kemungkinan kambuh tetap ada. Tergantung pada banyak faktor, baik dari kondisi penderita sendiri maupun dari lingkungan macam polusi, tempat kerja dsb.
Kemungkinan timbulnya efek sampingan pun ada. “Kalau tidak hati-hati (efek samping sampai ke mata, saraf bola mata jadi rusak, tapi ini pun tidak terlalu berbahaya,” jelas dr.Masrin. selain itu, ada juga rasa kebal di pipi yang sifatnya sementara dan bakal hilang. Syukur-syukur sinusitisnya juga tak lagi datang.

Sumber : INTISARI (kumpulan artikel kesehatan)

No comments:

Post a Comment