Saturday, May 29, 2010
MEMBESARKAN ANAK TUNGGAL
Asumsi umum, anak tunggal mengalami masalah emosi dan social. Benarkah begitu? Bagaimana mencegahnya?
Anak tunggal tak jarang menjadi sebuah permasalahan yang pelik, baik bagi dirinya, maupun bagi lingkungan dimana ia dituntut harus bersosialisasi. Namun hal tersebut tidak akan terjadi jika siorangtua menerapkan pola asuh yang benar.
Banyak orang tua yang melindungi anaknya secara berlebihan (over protective). Mereka, akan melarang anak melakukan sesuatu yang dapat mengancam keselamtannya. Orang tua seperti itu hampir tak akan pernah mengijinkan anaknya, yang penuh dengan ingin keingintahuan, melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan.
Ada sejumlah hal yang melatarbelakangi munculnya pola suh “salah” terhadap anak tunggal. Biasanya pola suh ini muncul pada mereka yang telah lama menunggu kelahiran anaknya, dan menyadari bahwa kelak mungkin tak bisa mendapatkan keturunan lagi.
Rasa sayang berlebihan pada anak tunggal, akan memicu sebuah perlakuan yang sangat permisif pula. Hampir apa saja yang mereka inginkan, segera dipenuhi orangtua. “jika tidak, orangtua, akan merasa bahwa mereka tidak memberi kasih sayang yang seharusnya si anak dapatkan.”
Kekhawatiran yang berlebihan ini juga membuat orangtua tak terasa menjauhkan sang buah hati, mencicipi apa yang dinamakan dengan keterampilan hidup (life skill). Padahal ini penting buat masa depan sang anak. Makanya, jangan harap mereka dapat menyapu, mencuci piring. Karena dalam pandangan orang tua, hal itu akan membuat si anak meresa tak nyaman.
Pola asuh salah yang diterapkan secara sistematis dan berkesinambungan ini, akan membentuk kepribadian anak yang egois. Perasaan ini mungkin dianggap biasa oleh orang tua. Namun sudah pasti akan menimbulkan permasalahan ketika si anak bergaul dengan teman sebayanya.
Padahal, saat bertemu dengan anak yang lainnya, tak mungkin selamanya anak mendapatkan seperti yang diinginkan dirumah. Celakanya, orangtua biasanya secara tak sadar akan memberi pembelaan terhadap anaknya, untuk mendapatkan yang si anak inginkan.
Seringnya permasalahan ini timbul, lama kelamaan membuat si anak merasa tidak diterima dilingkungan pergaulannya, dan akhirnya menarik diri dari lingkungan tersebut, karena teman-teman menjauhinya.
Melihat keadaan ini, orang tua hendaknya cepat tanggap untuk melakukan perubahan pola asuh. Setidaknya munculnya permaslahan dalam lingkungan sosialnya, dapat menjadi pelajaran. Mulailah secara perlahan tak emmberikan apa yang mereka inginkan. Beri mereka perngertian bahwa apa yanmg tidak diberikan kepadanya, tidak baik baginya.
Dengan demikian, si anak akan belajar tak memaksakan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dicuali teman-temannya itu mengijinkan untuk mendapatkannya.
Memperaiki interaksi social
Tempat paling baik untuk memeulai sosialisasi anak tunggal adalah keluarga. Caranya, memberi dia tanggung jawab. Misalnya membersihkan kamar, memasukan baju kotornya kemesin cuci. Ini cara awal yang baik, untuk mempersiapkannya keluar melangkah ke dunia “nyata”.
Tak mudah meminta anak melakukan tugas-tugas rumah tangga. Namun cara ini memberikan perasaan berhasil padanya, bahwa dia mempunyai tanggungjawab kepada orangtuanya.
Guna memperbaiki interaksi sosialnya, ajaklah mereka untuk bersilaturahim dan bertemu dengan orang lain. Sebagai tahap awal, bergaul dengan saudara sendiri memberi perasaan aman dan pada anak, karena ia berada dirumahnya, atau dirumah keluarga. Keuntungan lain, sumber-sumber lain menyebutkan, anak bisa belajar lebih jauh tentang keluarga dan hubungan darah yang mengikat. Saat bersikap egois, dan mulai dijauhi saudara-saudaranya itu,m berikan penjelasan kepadanya, kenapa hal itu bisa terjadipada dirinya.
Lapisan kedua, lihatlah lingkungan disekitar rumah. Mempunyai teman disekitar rumah akan membantu anak belajar tentang norma dan nilai social. Ini akan membantunya menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku yang bisa diterima dan perilaku yang tak bisa diterima (memukul, meninju, mau menang sendiri).
Langkah berikutnya, tentu saja membawa anak anda bertamu kerumah teman-teman anda, dan juga rumah temannya sendiri. Membiasakah anak berperilaku baik saat diluar rumah, diluar lingkungannya sendiri, dan mendapatkan pengalaman baru akan membantu dia menghadapi tantangan hidupnya kemudian.
Bila pada interaksi itu muncul permasalahan, hendaknya orang tua usah turuntangan untuk melakukan pembelaan kepda si anak. “saat mereka masih dalam perkembangan semua tergantung pada orang tua, utnuk menerapkan perubahan pola asuh yang salah”.
Memang butuh waktu yang relative lama untuk melakukan perubahan. Tetapi, ini lebih baik, dari pada tidak sama sekali. NABILA/1/2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment