Monday, May 3, 2010
HIDUP SEHAT DENGAN DIABETES
Sepertinya hal itu tidak mungkin terjadi. Namun dengan kepatuhan kedisiplinan, dan kemauan mengontrol diri dalam berdiet, berolah raga, dan memeriksakan diri kedokter, hidup sehat dengan kencing manis (diabetes mellitus) bukan sesuatu yang mustahil, seperti dituturkan berikut ini, dilengkapi sejumlah tulisan pendukung yang bermanfaat.
Pak Dodi Mino (sebut saja begitu) sering mengeluh susah tidur. Kalau malam hari sebentar-sebentar ingin buang air kecil. Nafsu makan pria berusia 50 itu menurun, tatapi rasa haus sering tidak tertahankan, sampai-sampai ia bolak-balik membuka lemari es. Macam-macam minuman yang ada di dalamnya habis diminumnya dalam beberapa hari. Namun, badannya semakin lesu lemas. Dalam satu bulan berat badannya turun sampai 10 kg.
Pada awalnya dokter menduga ia menderita lesu darah atau hipertiroid. Penyakitnya mulai ktahuan ketika pada suatu pagi pandangan matanya kabur ia sempoyongan, tapi tidak sampai pingsan. Setelah di periksa, ternyata kadar gula dalam darahnya tinggi, 500 mg/dl (normalnya 80-120 mg/dl). Keseimbangannya, ia mengidap penyakit diabetes mellitus (DM), atau lebih popular dikenal sebagai sakit gula atau kencing manis. Untuk itu istirahat dan berdiet makanan ketat harus dilakukannya.
Dengan kepatuhan dan kedisiplinannya yang tinggi bersama penyakit diabetesnya Pak Dodi tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya dengan baik layaknya manusia sehat lainnya.
Bagaimana seluk beluk dan perawatan penyakit kencing manis ini?
Insulin, anti diabetic, dan gangrene
Hormone insulin diproduksi oleh sel beta dari pulau langerhans pada pancreas. Pada awalnya insulinadalah precursor polipeptida yang dinamakan preproinsulin. Selanjutnya oleh pancreas hormone ini segera diubah menjadi proinsulin. Di dalam sel beta secara spontan terbentuk heksamer yang terikat oleh dua ion seng dan satu ion kalsium. Glukosa merangsang pelepasan insulin.
Di Indonesia, insulin dipasarkan oleh beberapa industri dalam bentuk injeksi. Insulin tidak dapat diberikan secara oral karena akan dirusak oleh enzim protease dalam saluran cerna.
Ada beberapa jenis sediaan insulin baik yang diperoleh dari pancreas manusia, sapi, dan mikroteknologi (kebanyakan dari insulin manusia). Sediaan insulin ini ada yang awal kerjanya cepat atau lembat, ada yang pendek, panjang dan sangat panjang. Di luar segeri sedang dikembangkan insulin intranasal (lewat hidung) dan oral (di dalam matriks yang dapat melindungi insulin dari kerusakan enzim protease).
Insulin termasuk obat keras dan hanya dapar diperoleh dengan resep dokter. Hendaknya insulin disuntikkan oleh dokter atau perawat dengan alat suntik khusus lewat intramuskuler (di dalam otot) atau subkutan (bawah kulit). Insulin harus disimpan di tempat yang dingin (2-5 derajat cecius) bukan di dalam freezer, dan jangan di tempat yang terkena cahaya matahari atau panas.
Obat oral antisiabetik, (OAD) diperlukan terutama bagi PTBI. Umumnya OAD termasuk golongan sulfonylurea dan binguanida.
Ketepatan penderita dalam menggunakan insulin maupun OAD menentukan keberhasilan pengobatan. Sebaiknya penderita tidak mudah mengobati dirinya sendiri, sering memrikasakan kadar glukosa atau keton dalam darah atau urine. Namun perlu diingat, ada beberapa obat atau vitamin yang dapat mengganggu pemeriksaan glukosa urine sehingga bisa mendapatkan hasil semu positif. Misalnya, vitamin C, beberapa macam antibiotic seta golongan gula galaktosa, fruktosa dan laktosa.
Hendaknya penderita tidak sembarangan menggunakan obat lain yang mudah mempengaruhi kenaikan kadar glukosa darah tanpa sepengetahuan dokter, misalnya kortikasteroid, seproheptadin, diorektika, beta bloker, dan kontrasepsi oral. Obat lain sebaiknya tidak berupa sirup. Sayangnya, industri farmasi di Indonesia tidak banyak membuat atau menyebutkan sediaan sirup obat khusus untuk diabetes mellitus.
Salah satu hal yang paling dikhawatirkan penderita kencing manis ialah terjadinya gangrene (kematian dan pembusukan jaringan). Dilaporkan, gangrene 50 kali lebih sering terjadi pada penderita DM daripada yang bukan. Walaupun antibiotic sudah berbagai macam jenisnya, hampir 50% penderita gangrene pada kaki penderita DM di AS diamputasi.
Untuk menghindari gangrene, pasien hendaknya setiap hari memeriksa kakinya menggunakan cermin. Gosoklah kaki dengan mnyak nabati, lanolin, atau minyak perawatan kaki lainnya untuk menjaga kulit tetap lunak dan kering. Bila kulit kering mudah pecah dan terbuka dan mudah terinfeksi.
Untuk menghilangkan minyak nabati atu lanolin tadi dapat digunakan alcohol sekali seminggu. Jangan gunakan adstringensia yang bersifat asam/basa atau pun obat keratolitika. Hindari menyikat mengiris kulit kaki, memotong kuku terlalu pendek, sebab itu akan memudahkan terjadinya infeksi. Hindari panas yang berlebihan atau menggunakan alat pemanas pada kaki. Perawatan gigi dan mata tidak kalah penting bila timbul kelainan.
Dikerumuni semut
Tingginya kadar gula dalam darah pada penderita sakit gula terjadi akibat hormone insulin, dikeluarkan oleh sel-sel beta daru pulau langerhanx pada pancreas, yang bertugas mengatur kadar gula (glukosa) dalam darah, tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, darah menjadi sarat dengan glukosa. Kemudian oleh ginjal yang tugasnya memang menyaring dan mengeluarkan “sampah” dari darah dan air kelebihan itu sebagian di keluarkan melalui air seni. Itu sebabnya air seni penderita sakit gula bisa mendatangkan kerumunan semut.
Pertanyaan kemudian, apakah penderita kencing manis seperti Pak Dodi lalu membutuhkan suntikan insulin? Sebab ada anggapan, penderita DM selalu membutuhkan suntikan insulin.
Jawabannya, tidak selalu. Perlu tidaknya suntikan insulin tergantung pada jenis diabetes mellitus yang diidap.
Jika diketahui seseorang menderita insuline-dependent diabetes mellitus (DM-tergantung-insulin, atau kalau merujuk pada sipenderita biasa disebit PBI: penderita bergantung insulin ), suntikan insulin selalu dibutuhkan. Jenis ini umumnya justru menyerang anak-anak atau remaja karena faktor keturunan, namun jumlah kejadiannya (prevelansi) hanya -/+ 10% dari seluruh penderita DM.
Munculnya panyakit pada PBI begitu tiba-tiba. Ia mendadak merasa sangat haus dan lapar, lalu sering buang air kecil. Tapi berat badan turun drastic, badan lemas dan capek, merasa mual, pandangan mata kabur dan terus menerus ngantuk. Itu semua karena tubuhnya tidak mampu memproduksi cukup insulin. Makanya, sepanjang hayat ia terus membutuhkan suntikan insulin.
Beda dengan penderita PTBI (penderita tidak bergantung insulin atau non-insulin dependent diabetes mellitus). Kebanyakan tidak membutuhkan insulin. Tubuhnya tetap memproduksi insulin,m hanya saja, jumlahnya tidak lagi bisa menggunakannya dengan baik. Justru PTBI inilah sering ditemui pada penderita diabetes (90% penderita dabetes adalah PTBI).
PTBI bisa karena faktor keturunan. Namun kemunculannya kebanyakan diatas usia 40, terutama pada orang yang berbadan gemuk. Serangannya sering kali tanpa terasa, karena gejalanya bisa bertahun-tahun. Namun, sering merasa kaku atau kebal pada kaki dan tangan atau gatal-gatal, bisa merupakan tanda-tanda awal serangan. Tanda lain, kalau luka pada kaki, lama sembuhnya. Penderita sering terkena infeksi, timbul rasa gatal di kemaluan pada bekas kencing.
Perawatan bagi PTBI umumnya cukup dengan mengatur pola makannya yakni dengan diet rendah karbohidrat dan berolahraga, walaupun pada pasien tertentu diperlukan obat atau suntikan insulin.
Selain itu, ada juga penyakit kencing manis yang faktor penyebabnya adalah malnutrisi. Ini bisa terjadi di daerah yang kekurangan gizi. Tidak heran kalau penderitanya kebanyakan berperawakan kurus dan berusia muda. Lalu ada lagi DM karena gangguan toleransi glukosa (IGT) yang juga disebut borderline dibetes atu pradiabetes. Ini terjadi bila kadar gula dalam darah cukup tinggi, namun masih dalam ambang batas normal. Tentu saja penderita harus mulai waspada.
Ada lagi, DM karena kehamilan. Umumnya gejala akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Namun menurut Federasi Diabetes Sedunia, setengah dari wanita yang saat hamil kadar gula dalam darahnya tinggi, dikemudian hari diketahui segai PTBI atau PBI.
Seperti sudah disebut, penderita kencing manis (baik PBI maupun PTBI) bisa karena faktor keturunan, disamping faktor kegemukan, pola makan yang tak sehat, dan lingkungan. Bila saudara kembar pasti terkena. Bila kedua orang tua anda berpenyakit DM, dapat dipastikan anda 100% menderita DM. Jika salah satu orang tua anda menderita DM, tapi nenek atau kakek tidak, kemungkinan terkena 60%. Kalau ayah aatau ibu terkena DM, dan salah satu saudara kandung anda terkena, kemungkinan 50%. Salah satu orang tua dan salah satu bibi atau paman terkena DM, kemungkinannya 35%. Seorang saudara kandung terkena DM , kemungkinan anda terkena 25%.
Ibarat busi macet
Dulu orang percaya bahwa biang keladi diabetes mellitus itu kurangnya produksi hormone insulin dari sel kelenjar pulau lengerhans di pancreas. Macetnya produksi ini bisa karena atrofi (penyusutan) sel-sel penghasil hormone itu sejak orang dilahirkan karena sifat yang diturunkan. Bisa juga karena serangan virus di pulai itu, atau sebab lain yang tidak jelas.
Ternyata kemudian, ada penderita diabetes yang meskipun insulinnya cukup, tapi tetap aja menderita. Sakit betul tidak, sehat betul juga tidak. Badan lekas capek, kekurangan tenaga. Dalam hal ini, tubuhnyalah yang kurang bereaksi secara efisien terhadap kehadiran insulin. Tubuh tidak mempu mengoksidasikan glukosa menjadi energi walaupun sudah (masih) ada insulin cukup.
Baik kekurangan insulin maupun ketidakmampuan mengoksidasi glukosa, semuanya membuat pasien tidak sembuh dari “panyakit” gula, tapi hidup bersama secara rukun dengan “penyakit” itu, sampai akhir hayat di kandung badan.
Bagaimana duduknya perkara, kekurangan insulin membuat badan lekas capek kekurangan tenaga?
Glukosa bagi tubuh boleh diibaratkan bensin dalam mobil. Mereka baru menghasilkan tenaga kalau dibakar. Dalam mesin mobil bensin dibakar oleh loncatan api listrik dalam busi. Dalam tubuh kita, glukosa dibakar oleh insulin sebagai katalis, tukang sulut peoses. Persis seperti loncatan api dalam busi yang membakar bensin, ia menyulut proses, tapi ia sendiri tidak terlibat di dalamnya. Proses pembakaran dilakukan dengan oksigen dari udara yang masih melalui paru-paru dan diedarkan oleh butir-butir darah merah keseluruh tubuh.
Walaupun bahan bakar bensinada, tapi kalau loncatan api dalam busi macet (karena kondensornya memble misalnya), maka mobil tidak mempunyai tenaga.
Begitu juga dalam tubuh. Walaupun bahan bakar glukosa ada, tapi insulin tukang sulutnya kurang (atau oksigennya kurang), maka tubuh tidak mempunyai tenaga. Oksidasi glukosa yang seharusnya menghasilkan energi tidak jalan.
Pembakaran bensin dalam mobil baru menghasilkan tenaga besar kalau suplai udara (berisi zat pembakar oksigen) seimbang dengan bensin. Kalau bensinnya membludak, sedangkan udaranya tidak, maka mesin tidak nyamber, begitu juga pembakaran glukosa dalam tubuh. Kalau glukosanya membludak, sedangkan suplai oksigen dalam darah tidak seimbang, tubuh tidak “menyala” tenaganya.
Glukosa yang berhasil dioksidasikan akan menjadi air ( keringat) dan CO2 (asam arang) yang larut dalam keringat itu. Proses ini menghasilkan tenaga yang nampak pada sejumlah kotor yang lepas. Itulah sebabnya orang yang sedang mengerahkan tenaga jadi berkeringat.
Produk kemajuan
Dari hasil berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, menurut Perkeni (persatuan endokrinologi Indonesia) kita mendapat gambaran bahwa penyakit DM tidak pendang tempat dan usia. Angka prevalensi penderita DM 1,5- 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun. Bahkan penelitian terkahir di Manado menyebutkan angka prevalensi mencapai 6,1%. Di perkirakan tahun 2020 nanti, dengan asumsi prevalensinya 2% terdapat 3,56 juta pasien DM dari 178 juta penduduk usia 20 tahun keatas.
Manurut catatan WHO sejak pertengahan tahun1980 penderita DM mengingkat 3 kali lipat. Tahun 1993 lebih dari 100 juta penduduk dunia terserang DM. Nampak betapa kemajuan di berbagai segi kehidupan memiliki sisi negatifnya. Semakin meningkatnya jumlah penderita DM antara lain disebabkan oleh usia harapan hidup yang semakin tinggi dan gaya hidup serta kebiasaan makan yang tidak mengikuti pola makan yang sehat, terutama di kota-kota besar dan negar amaju.
Apakah angka tersebut dapat diturunkan atau paling tidak dipertahankan? Menurut Perkeni, yang terpentin pelayanan danpengetahuan rinci tentang penyakit ini perlu terus disampaikan kepada masyarakat. Ini mengingat kesadaran akan bahaya penyakit in masih rendah.
Pengetahuan itu antara lain tentang kapan seseorang perlu, mengecek kadar gula darah, bagaimana perawatannya setelah terkena DM, bagaimana mengendalikan kadar gulandalam darah agar tidak meninggi, lalu bagaimana mencegah jomplikasinya.
Tes glukosa
Ada cara mudah untuk mengetahui apakah urine anda mengandung kadar gula yang tinggi atau tidak. Dekatkan saja air seni pada semut. Bila semut daltamg mengerumuninya, berarti air seni anda positif mengandung gula.
Cara yang lebih canggih namun tetap sederhana ialah dengan glukotest berupa tongkat kecil berlapis kertas khusus yang bisa dibeli di apotek. Celupkan alat itu ke dalam air seni. Selang beberapa menit akan meuncul wanra pada kertas yang membedakan tingkat ketinggian gula darah. Warna kuning menandakan kadar gula normal. Selanjutnya, semikin hijau itu artinya semakin tinggi kadar gulanya.
Bisa juga mencampur air seni dengan cairan. Fehling atau benedict lau dipanaskan sampai mendidih, sehingga terjadi perubahan warna pada larutan tersebut. Jika warnanyahijau, berarti ada kecenderunganmengidap DM. Kuning artinya kadar gula cukup tinggi, sedangkan warna merah menunjukkan kadar gula sangat tinggi. Namun hasil yang lebih pasti tentu lewat pemerikasaan darah danurine di laboratorium. Dalam hal ini pengambilan darah dilakukan dua kali, yakni dalam keadaan puasa dan 2 jam setelah makan. Bila kadar gula darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl (baik: 80-120 mg/dl) dan 2 jam setelah makan kadar gula lebih dari 200 mg/dl (baik:80-160 mg/dl), menandakan adanya gejala DM. hasilnya semakin urine pun psitif.
Pemeriksaan yang lebih rinci dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) di lab. Selam pemerikasan, pasien beristirahat dan dilarang merokok. Dengan cara ini hasilnya mendekati kenyataan.
Awas komplikasi !
Bila anda ketahui menidap DM, sebaiknya jangan menganggap sepele. Perawatan serta pengontrolan penyakit DM amat penting dilakukan agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi. Untuk itu disarankan seminggu sekali anda mengesek kadar gula dalam darah dan urine.
Komplikasi memang merupakan momok bagi para penderita DM. Itu tidak mengherankan, karena DM merupakan salah satu kemungkinan penyebab kebutaan pada kaum usia setengah baya. Retinopati, katarak, dan glaucoma adalah komplikasi pada mata yang bisa terjadi. Retinopati yang berupakan kelainan pada pembuluh darah retina, misalnya bisa mengakibatkan kebutaan kalau tidak segera ditanggulangi.
Komplikasi lain ialah neuropati. Yang ini bisa mengakibatkan impotensi atau kehilangan rasa pada beberapa bagian tubuh karena fungsi saraf menurun atau hilang sama sekali. Itulah sebabnya pria penderita kencing manis bisa menderita impotensi. DM bisa juga menyebabkan perubahan pada pembuluh darah ginjal sehingga ginjal mudah terganggu bahkan rusak (nefropati).
Pada penderita DM berat, pembuluh darah cepat menua, menyempit dan kaku sehingga daerah tertentu kurang mendapatkan pasokan darah (eskemia). Akibatnya daerah itu kuramg mendapatkan makanan, oksigen, dan kebutuhan zat-zat lain. Kalau tidak cepat ditanggulangi, dikhawatirkan akan menimbulkan gangrene, yakni rusak dan membusuknya jaringan. Yang terkena gangrene biasanya bagianujung-ujung kaki atau tangan. Untuk mencegah menjalarnya pembusukan biasanya bagian itu diamputasi.
Komplikasi lain lagi ialah timbulnya penyakit jantung koroner (PJK) akibat terjadinya penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner. Risiko terkena PJK pada pria penderita DM 2-3 kali lebih besar daripada wanita. Radang paru-parui,m radang mulut dan gigi, gangguan reproduksi dan kemampuan seksual menurun termasuk komplikasi DM.
Pasien akan menghadapi kondisi sangat fatal kalau sampai mengalami diabetic ketocidosis, akibat kadar gula dalam darah beritu tinggi. Situasi ini bisa menyebabkan penderita koma atu jiwanya tidak tertolong lagi.
Yang tidak kalah fatalnya kalau sampai terjadi apa yang disebut hipoglikemia atu insuline shock. Penderita merasa lemas, berkeringat, mual dan bisa pingsan. Bila tidak cepat diatasi, bisa menyebabkan kematian. Kondisi initerjadi akibat penggunaan insulin atau obat diabetes yang tidak terkontrol (berlebihan) sehingga kadar gula mengalami penurunan drastic. Cara mengatasinya biasanya pasien segera diberi minuman berkadar gula atu setidaknya permen.
Perlu “kumpul-kumpul”
Sebenarnya komplikasi atau pun kondisi seperti itu tidak perlu terjadi. Asalkan penderita mau mengontrol diri secara ajek, melakukan diet menurut anjuran dokter atu ahli gizi, menjaga kondisi tubuh dengan olahraga yang seimbang, menjaga danmakan obat sesuai petunjuk dokter.
Umumnya pengelolaanpenderita DM dimulai dengan pengaturan makan untuk beberapa waktu (4-8 minggu), disertai kegiatan fisik yang cukup. Kalu ini dilakukan dengan baik namun kadar glukosa darah belum memenuhi kadr sasaran metabolic, pasien diberi obat penurun glukosa darah secukupnya, berupa oral atau suntikan.
Jangan lupa, peranan penderita sangat penting dalam upaya merawat dirinya sendiri. Meskipun pelayanan dari pihak medis juga diperlukan terutama dalam memberikan edukasi, dorongan semangat serta kepercayaan diri. Dukungan keluarga penderita juga dibutuhkandalam membantu proses edukasi.
Selainmembaca buku panduan tentang penyakit DM, mengadakan suatu forum ceramah, “kumpul-kumpul” atau semacamnya bagi penderita DM, merupakan satu langkah yang baik. Tujuannya terutama agar penderita sakit gula tidak merasa sendirian. Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan, namun tidak perlu sampai mengurangi aktivitas sehari-hari. Menerima hidup bersama diabetes mellitus, hidup rukun dengan pasangan, patuh dan disiplin pada nasehat ahlinya, merupakan kunci perawatan penyakit menahun ini.
Sumber :INTISARI (kupulan artikel kesehatan)
Labels:
Tips Bunda
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment