Mendisiplinkan anak adalah sulit tetapi jika dilakukan dengan konsisten, akan terlihat hasilnya. Anak-anak nampaknya telah kehilangan sedikit rasa patuhnya, bahkan inginnya menjadi penguasa. Orang tua harus konsisten dan melatih anak untuk patuh melalui ketekunan disiplin yang hati-hati, dan perintah yang tepat.
Cara-cara yang dilakukan orang tuan tidak boleh berubah dari hari ke hari. Setiap cara harus sama tiap harinya. Anak-anak diusahakan patuh pada orang tuanya, sedangkan orang tua harus menegur ketidak patuhan anak dengan gigih hingga aturan-aturan itu dijalankan. Orang tua akan jarang mnyaksikan tekad yang keras seperti bayi yang sedang belajar berjalan, terhadap anak yang dianggap tidak patuh (melakukan pelanggaran).
Keberhasilan bukanlah suatu hal yang dapat diraih tanpa kerja keras dan kegigihan. Ketegasan secara jelas dan bertindak sebagai pemimpin adalah suatu yang esensial. Jangan pernah membiarkan anak-anak tidak patuh, mereka perlu tahu bahwa terdapat konsekuensi-konsekuensi dari kesalahan itu.
Orang tua tentu saja boleh mengajari anak-anaknya bahwa mereka punya hak untuk bertindak. Mereka bukanlah mesin yang hanya mengambil atau menjalankan perintah orang tua, tetapi mereka merupakan individu yang puny aide danpemikirannya dengan cara yang bertanggung jawab. Proses penghargaan merupakan cara yang selamat menuju sifat patuh.
Sebagai orang tua, juga harus menyadari bahwa kadang perintah-perintah yang dibuat dalam ketegasan atau bahkan tidak tepat. Ketika anak-anak tahu bahwa mereka boleh menimbang suatu perintah, mereka tahu bahwa orang tuanya jujur dan adil. Oleh karenanya, anak-anak akan menimbang ulang atau mengubah perintah itu jika baik bagi keluarga atau perseorangan. Hal ini membuat anak tidak meresa seperti tidak dapat memerangi “pengadilan kota”. Atau pendapatnya tidak pernah digagas, sehingga mereka berpikir, “kenapa mesti repot-repot berpendapat?”
Anak-anak juga harus diajari mau menerima pendapatnya yang ditolak orang tua. Tentunya dengan cara yang sangat ramah/lembut. Mendisiplinkan anak mungkin tugas yang terberat dari semua tugas pengasuh, tidak peduli apapun pilihan cara pendisiplinan itu. Tetapi, jika kehidupan anak dimulai dengan disiplin yang jelas, sedikit-sedikit dan konsisten dengannya, seharusnya akan terjadi perubahan yang berjalan lembut. Ingat pepetah bilang “anak kecil, kecil pula masalahnya sedangkan anak besar, besar pula masalahnya”. Jika orang tua mendisiplinkan mereka dengan cinta dan konsisiten dengannya masalah-masalah itu mungkin menjadi lebih sedikit.
Membuat batasan
Salah satu cara mendisiplinkan anak adalah denganmembuat batasan, orang tua bisa memulainya dengan hanya sedikit membuat aturan. Karena semakin banyak aturan yang dibuat, semakin susah untuk diingat anak. Orang tua harus tahu mengapa anaknya berkata tidak. Orang tua harus menjelaskan alasan mereka dalam mengatakan tidak (membuat batasan). Anak-anak juga harus dipastikan memahami alasan itu. Sebagai contoh kerika melarang anaknya main ke kota dengan bersepeda sebaiknya berkata, “ kamu tidak boleh bersepeda di kota, karena benyak kendaraan lalu lalang, kamu mungkin akan mendapat kecelakaan.”
Kemudian, berikan kesempatan anak bicara. Anak-anak perlu bersuara dalam pembuatan batasan. Mereka perlu kesempatan untuk mengutarakan apa yang dia piker dan rasakan. Bahkan anak berusia 5 atau 6 tahun dapat membantu orang tua dalam membuat batasan. Ketika anak-anak membantu membuat aturan, mereka akan kelihatan lebih mau mematuhinya. Penting untuk memahami sudut pandang mereka. Tetapi, tidak berarti harus menyetujui dan mengubah aturan yang telah dibuat.
Orang tua dapat membuat batasan-batasan secara bersama-sama (dengan anaknya). Walau beberapa batasan harus dibuat sendiri. Orang tua hendaknya mengatakan apa yang dimaksudkan. Batasan-batasan yang dibuat harus jelas. Contohnya, nyatakan dengan jelas pukul berapa anak harus berada di rumah (pulang). Katakana “pukul 10.00 sebagai ganti “jangan terlambat pulangnya.”
Jika anak melanggar batasan atau aturan tetaplah tenang. Perlakukan dengan adil. Terkadang, anak dapat membantu memutuskan tindakan yang adil yang akan dilakukan, ketika mereka melanggar batasan/peraturan. Orang tua hendaknya melakukan sesuatu yang masuk akal yang akan membantu anak belajar untuk tidak membuat kesalahan yang sama. Contohnya, jika mereka mencorat-soret dinding, suruhlah mereka membersihkannya.
Orang tua dapat menggunakan langkah-langkah cara pemecahan masalah di bawah ini. Langkah ini dapat membantu anak-anaknya berpikir “melalui” apa yang terjadi dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat memperbaiki mereka sendiri dengan tidak mengulang kesalahan yang sama:
- Suruhlah anak mengatakan permasalahannya. Contohnya “aku intin jalan-jalan keluar kota, tetapi orang tuaku tidak boleh dengan bersepeda.”
- Suruhlah anak memberikan solusi yang mungkin sebanyak-banyaknya. Dalam tahap ini, banyaknya ide (solusi) lebih penting daripada bagusnya solusi. Contohnya,”aku dapat berjalan. Dapat naik bus. Bersepeda setengah jalan, selebihnya bisa berjalan.
- Diskusikan solusi-solusi yang dimunculkan bersama-sama dan suruhlah anak anda memilihnya untuk dicoba lain waktu. Pastikan solusi itu sama-sama disetujui. Misalnya solusi yang dipilah naik bus.
- Ujikan solusi tersebut, periksa hasilnya jika berhasil berarti bagus. Jika tidak, mulai lagi.
Ada dua pesan yang penting dijumpai anak ketika menggunakan mendekatan ini. Pertama, tidak ada masalah yang begitu besar yang tidak dapat dipecahkan. Kedua, yang bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan adalah diri kita sendiri.
Bagaimana jika emosi ?
Jika orang tua begitu marah dan tidak dapt mengendalikan emosi, sehingga yang ingin dilakukan pada anaknya adalah memukul dan membentak, ada beberpa cara untuk mencegahnya. Cari cara agar emosi atau marah mereda. Ingatlah nasehat Rasulullah agar kita tidak marah, orang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Kemudian, berlindunglah kepada Allah, ubah posisi, jika tadinya, ganti dengan duduk atau berbaring. Setelah itu, bisa dengan berwudhu, karena dapat menahan emosi.
Setelah tenang kembali, jelaskan perasaan anda pada anak. Ingatlah, apa yang anda lakukan selalu membuat anak belajar apa yang mesti dikerjakan. Jika orang tua emosi, tidaklah anak akan belajar melakukan hal yang sama? Jika terlanjur emosi, mintalah maaf pada anak. Hal ini mengajarinya untuk mau minta maaf, jika mereka berbuat salah terhadap orang lain.
Jika yang terjadi sebaliknya yaitu anak marah karena disiplinkanorang tua, maka bantulah mereka meredakan emosi. Biarkan dulu marah mereka, orang tua tetap tenang. Baru setelah emosi anak turun dan siap, Bantu mereka mengutarakan perasaannya. Membiarkan mereka mengutarakan maslahnya adalah sebagaimana anda membalut luka sebelum terkena infeksi. Ajarkan anak bagaimana membicarakan perasaan mereka tanpa melukai atau menyerang orang lain. Dengan cara, tanyakan sebabnya dia marah. Sebagai contoh, mungkin dia akan berkata, “aku marah ketika tidak boleh pergi kekota, karena aku ingin bersama teman-tamanku.
Ingatlah, disiplin adalah bagaimana orang tua mendidik anak untuk berkembang dalam kebahagiaan, aman dan merasa cocok dengan lingkungannya. Membesarkan anak merupakan kerja berat, tetapi ketika anak belajar bagaimana mengontrol perilaku mereka sendiri, disiplin menjadi lebih mudah dan mudah. Merupakan usaha awal yang berharga ketika anak bertanggung jawab terhadap tindakannya sendiri. Orang tua akan bangga bahwa dengan pengasuhan yang penuh cinta akan membimbing anak pada jalannya. Hentikan menggunakan kata-kata yang melukai. Mulailah menggunakan kata-kata yang membantu.Sumber : www.kidshealth.org
No comments:
Post a Comment