Friday, April 20, 2012

BEDAKAN ANEMIA DAN DARAH RENDAH

Banyak yang tidak bisa membedakan antara anemia dan tekianan darah rendah. Padahal, faktanya dua kondisi ini tak sama dan tentu saja pengobatannya juga berbeda.
 
Selama ini, tak banyak yang mengerti perbedaan antara kondisi kurang darah (anemia) dengan tekanan darah rendah (hipotensi). Dua istilah medis ini mungkin dianggap sama lantaran gejala yang ditimbulkan juga tak terlalu jauh berbeda, misalnya badan lemas. Namun, keduanya ternyata memang berbeda baik dari penyebab maupun gejala yang ditimbulkan bahkan juga terkait pengobatannya.



Dr Budi Tan Oto SpPD, spesialis penyakit dalam dari RS Awal Bros Batam memaparkan perbedaan keduanya. Tekanan darah rendah (hipotensi) merupakan keadaan tekanan darah yang rendah pada dinding arteri dalam sirkulasi sistemik di dalam tubuh.

"Yang dimaksud tekanan darah rendah yakni tekanan yang keluar dari jantung yang mengenai atau membentur dinding pembuluh arteri. Tekanan ini bisa bersifat normal atau tak normal," papar Budi diruang praktiknya di RS Awal Bros Batam.

Disebut hipotensi, sambungnya, jika tekanan darah dengan alat tensi darah berada pada batas atas pengukuran (sistolik) kurang dari 90 mm/hg dan batas bawah (diastolik) kurang dari 60mm/hg. Namun, hitungan tersebut tidak serta merta menjadikan seseorang didiagnosa mengidap hipotensi.

"Ada beberapa kasus di mana seseorang yang tekanan darahnya pada level itu tapi dia merasa sehat saja, tidak ada keluhan pusing atau lemas dan dia bisa beraktivitas seperti biasa," ujar Budi.

Untuk menentukan tekanan darah seseorang apakah masuk klasifikasi normal atau termasuk kategori rendah, tidak cukup hanya dilakukan satu kali pemeriksaan. Hal itu, karena kondisi tubuh dan pikiran seseorang saat diperiksa idealnya harus berada pada level rileks dan santai. Tensi darah seseorang banyak dipengaruhi oleh faktor semisal pola pikir aktivitas atau penyakit yang tengah diderita.

"Karena itu, idealnya pengukuran tensi darah dilakukan saat pagi hari, sebelum seseorang beraktivitas. Selain itu, pengukuran tekanan juga harus dilakukan beberapa kali sehingga bisa dilihat hasilnya," katanya.

Lain halnya dengan hipotensi, anemia atau kekurangan darah adalah suatu kondisi di mana terjadi penurunan massa atau jumlah sel darah merah. Jadi, dalam kasus anemia penyebabnya bisa beragam mulai dari kekurangan zat besi dan asam folat serta vitamin B12 yang disebut anemia defisiensi. Ada yang disebabkan oleh pendarahan, penyakit genetik, atau juga karena penyakit kronis yang diderita.

Pada kasus anemia defisiensi, biasanya tekanan darahnya rendah. Sehingga ada yang berkesimpulan anemia pasti tekanan darahnya rendah.
 sumber : BATAM POS

Saturday, April 14, 2012

MEMILIH SEKOLAH DASAR UNTUK ANAK


Memilih sekolah dasar yang cocok memang tidak sesulit seperti memilih perguruan tinggi misalnya, tapi bisa jadi sebetulnya sekolah dasar adalah pilar awal yang berperan paling signifikan pada pertumbuhan anak kelak. Bener nggak ya?
Tapi ada juga yang berpikiran, “ah pilih sekolah dasar mah dimana saja, wong baru SD. Nanti yang penting itu waktu mau masuk smp atau sma!”. Nah padahal kan, kalau jenjang yang lebih tinggi dari sekolah dasar itu begitu penting, seharusnya pondasi awalnya justru lebih penting bukan?



Bagi yang sudah menyiapkan dana pendidikan memadai, barangkali tidak terlalu sulit menentukan dimana sekolah dasar putra-putrinya nanti. Sekolah dasar berkelas sudah banyak ditawarkan dengan beragam fasilitas dan keunggulan. Tapi bagi yang dananya seadanya? Yaa harus pandai-pandai memilih, dimana sekolah dasar yang pas namun cukup berkualitas.

Sabtu lalu bersama anak istri saya keliling mencari informasi sekolah dasar untuk Zia nanti. Sekolah Dasar Negeri masih menjadi favorit kami. Maka meluncurlah kami ke beberapa sekolah dasar negeri yang ada. Salah satu yang kami tanyakan adalah, berapa jumlah siswa per kelas di sekolah ini?

Satu sekolah menjawab 50 , sekolah lainnya 45 rasanya kok banyak sekali. Terbayang ingatan sewaktu di SMA dulu. Betapa gaduhnya!

Lalu kami lanjutkan ke sekolah dasar di sebuah komplek perumahan. Sekolahnya cukup bagus, fasilitas cukup memadai, prestasi banyak sekali ( terpampang dari thropy yang dipajang), dan suasana lingkungan sekolah yang kondisif (jauh dari jalan raya jadi tidak bising dan bebas polusi.).

Kembali kami tanyakan,”Berapa jumlah siswa per kelas di sekolah ini?”, jawabnya,”20 pak, maksimal 25”. .. Ahaa!!! Ini dia yang kami cari. Dengan biaya pendaftaran yang relative masih jauh dibawah sekolah “unggulan”, maka kami daftarkan Zia untuk bersekolah disini. Mudah-mudahan pilihan kami tepat, dan Zia bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal disini.

Begitulah rekan-rekan, salah satu alasan kami memilih sekolah dasar.

Bagaimana dengan Anda?

sumber :www.mascayo.com

Tuesday, April 3, 2012

PANDUAN MEMILIH TK



Si kecil sudah menginjak 4 tahun. Saatnya masuk TK. Di seluruh lokasi strategis bahkan di kompleks perumahan anda, berdiri bangunan Taman Kanak-kanak yang semua tampak megah dan menuliskan sederet program berkwalitas di dalam brosur promosi. Bingung menjatuhkan pilihan? Baca panduak kami.
Sebagian orang tua memasukkan anaknya ke TK dengan tujuan mendapat surat keterangan telah mengikuti pendidikan sebagai dokumen yang perlu dilampirkan saat mendaftarkan diri untuk masuk SD. Namun, manfaat pendidikan TK lebih dari itu.
Sosialisasi
Merupakan poin paling penting yang dipelajari anak usia TK. Di dalam interaksi sehari-hari dengan teman sebaya dan peara pendidik, anak mengenal konsep hubungan sosial yang akan menjadi fondasi terpenting dalam hidup bermasyarakat. TK menyiapkan anak menghadapi hari-hari di jenjang sekolah berikutnya karena dia bertemu teman-temanbaru dan belajar berkomunikasi.

Memperlajari hal dasar.
Ketika anak masuk TK dia mendapatkan kesepatan untuk belajar hal-hal mendasar. Dia terbiasa mendengarkan cerita dan berinteraksi dengan buku yang akan mendorong anak untuk ingin membaca. Melalui lagu, dia mengenal angka dan nama-nama benda. Lewat kegiatan bermain di lura ruang, dia mendapatkan pembekalan sains. Secara umum, anak mendapatkan fondasi berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan sehari-hari yang akan sangat berguna di sepanjang masa hidupnya.
Anak tidak diwajibkan sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung di bangku TK, namun TK menyiapkan anak untuk bisa menenrima pelajran tersebut saat menginjak bangku SD. “Di TK kemampuan motorik anak dirangsang agar bisa memegang pensil dengan benar dan koordinasi mata-tangan diasah, ada pengenalan huruf namun belum diajarkan membaca, serta mengenal angka sebatas 1-10,” kata Rahmi Dahnan, Psi Psikolog dari Yayasan Kita dan Buah Hati. Hal mendasar yang dipeljari anak juga mencakup kstrabilan fisiologis, mulai dari konsep jender hingga hal tek nis seperti kesiapan pergi ke toile sendiri.
Membiasakan diri pergi ke sekolah
Sejak TK,anak sudah dibiasakan masuk sekolah setiap hari. Pembiasaan ini penting karena anak akan pergi ke sekolah setiap hari hingga dia berusia sekitar 18 tahun. Melalui “pemanasan” yang sudah dilakukan sewaktu T, anak tidak lagi syok saat mengikuti pelajaran seharian penuh di bangku SD.
Mengembangkan potensi dan bakat
Anak merupakan tujuan dasar pendidikan anak usia dini. Anak yang memiliki bakat tertentu akan menonjol bila ia punya kesempatan untuk bereksplorasi dan menampilkan bakatnya.

Memilih TK
Pahami kebutuhan anak
Jika anak anda haus buku-buku bacaan, pilih TK yang dapat mengakomodasi kebutuhan si kecil akan literatur. Tanyakan seberapa besar ruang perpustakaan, berapa banyak koleksi buku yang dimiliki sekolah, dalam drentang waktu berapa lama sekolah memperbarui katalog perpustakaan, dan jangan lupa untuk merasakan atmosfer perpustakaan dan pojok buku di dalam kelas. Jika anak anda tergolong aktif, area bermain adalah kunsi sukses kebahadiaan anak. Perhatikan seberapa luas taman bermain maupun area bermaindi dalam ruangan, seberapa banyak dan bervariasi fasilitas permainan yang disediakan sekolah, dan yang paling penting adalah faktor keamanan di sekitar area bermain.
Namun hati-hati, seringkali orang tua tidak bisa emmbedakan antara kebutuhan anak dengan keinginan orang tua. Banyak sekali orang tua yang datang dengan lontaran, “ saya ingin anak saya banyak baca’ atau ‘ sayan ingin anak saya mendapat ekspos yang besar terhadap matematika dan sains’ padahal itu bukan kebutuhan atau keinginan yang datang dari anak, “ kata Lestari Sandjojo, psikolog dari Sekolah Cikal. Dengan melihat minat dan kebutuhan anak, potensi dia untuk berkembang tentu jauh lebih besar sakaligus memudahkan pihhak sekolah untuk memberikan materi denganpendekatan yang sesuai bagi anak tersebut.

Pertimbangan Lokasi
Karena kematangan fosok dan emosianal anak usia RK belum sempurna, tentu anak jauh lebih mudah lelah dan bosan jika setiap hari harus menempuh perjalanan jauh dari rumah ke sekolah, “Jangan sampai anak rewwel karena harus bangun terlalu pagi agar tidak terlambat sampai ke sekolah. Selain rewel, kurangnya jam tidur anak juga bisa menganggu proses tumbuh kembang,” kata penasehat Parents Indionesia Dr, Reni Akbar Hawadi, Mpsi. Jam tidur malam yang ideal untuk anak usia 4-6 tahun minimal 10 jam. Usahakan waktu tempuh ke sekolah tidak lebih daro 30 menit perjalanan naik kendaraan dari rumah agar anak mendapatkan jam tidur cukup dan tidak lelah setiba dirumah.
Kondisi sekolah
Kini tiba saatnya anda mengamati kondisi sekolah yang akan menjadi tempat si kecil menhabiskan waktu 2-4 jam setiap hari. Ada beberapa poin yang perlu anda perhatikan.
-          Atmosfer sekolah. Begitu anda memasuki area sekoalah, hal pertama yang dapat anda lakukan adalah mengamati dan merasakan suasana. “Tentu atmosfer sekolah terasa hangat jika anda bisa melihat para staf saling berkomunikasi dengan akrab. Selain itu, lihat juga interaksi petugas sekolah – termasuk petugas kebersihan dan satpam -dengan sisiwa,” kata Lestari. Atmosfer yang hangat, nyaman dan saling terbuka, tentu mengoptimalkan kegiatan belajar.
-          Ruang kelas. Association for Childhood Education International (ACEI) menyebutkan bahwa ruang kelas TK sebaiknya terdiri atas variasi area sehingga anak bisa bebas bereksplorasi. ACEI mensyaratkan ruang kelas TK dilengkapi dengan :
  • POJOK BALOK SUSUN
  • AREA SAINS dengan berbagai alat peraga.
  • RUANG BERMAIN PURA-PURA
  • POJOK SENI dengan peralatan seni yang lengkap
  • RUANG BACA yang nyaman dan tenang dengan koleksi buku berkualitas
  • AREA BELAJAR MENULIS lengkap dengan peralatan seperti kertas, pensil, krayon dan spidol
  • MEJA PERMAINAN dan material yang bisa dibentuk (seperti dough) untuk mengasah koosrinasi mata-lengan, memupuk toleransi, memecahkan masalah dan berpikir.
  • AREA MUSIK untuk bereksperimen danmenambah keceriaan.
  • RUANG MULTIFUNGSI yang luas untuk sesi pembacaan dongeng menari dan bergerak bersama.
  • RUANG KELAS yang memungkinkan interaksi hidup antara sesama murid serta murid-guru.

Rasio guru – murid
Rasio atau perbandingan guru terhadap murid penting untuk menjaga kontak personal guru dengan tiap siswa, menjadikan aktuvitas belajar lebih bermakna, pengawasan, serta kesiapan guru jika terjadi situasi darurat. Bagi anak usia 4-5 tahun. The National Association for the Education or Young Children yang berpusat di Washington DC, AS merekaomendasikan rasio guru dan murid maksimal 1:10. Sementara bagi anak usia 6 tahun, rasio guru dan murid sebesar 1:12 masih diperkenankan.
Suasana belajar
Saat anda dan anak mengikuti uji coba di sekolah, pusatkan perhatian pada metode dan cara guru mengajar di dalam dan di luar kelas. Apakah guru lebih banyak berbicara satu arah atau membuka banyak kesempatan kepada sisiwa untuk bertanya atau lebih suka memberi paparan panjang? Apakah suasana kelas begitu hidup, karena guru rajin memancing ketertarikan anak untuk mencari jawaban atas rasa penasan mereka? Semua itu harus anda amati dengan seksama.
Fasilitas
Selain ruang kelas, fasilitas penunjang kegiatan bermain sambil belajar di TK perlu anda perhatikan. Area bermain, perpustakaan, ruang musik, hingga aula dan kantin sekolah, jangan sampai luput dari penglihatan anda. Di area bermain, waspadai faktor keselamatan perhatikan antisipasi pihak sekoalah jika terdapat banyak materiak keras (seperti beton atau paving balok) pada taman bermain. Sementara untuk kantin sekolah, pastikan menu yang tersedia sehat dikonsumsi seta terjaga kebersihannya.
Lingkungan sekitar
Tidakhanya area di dalam tembok sekolah yang perlu anda perhatikan, melainkan suasana dan peruntukan lahan di sekitar lingkuangn sekolah. Jika sekolah berbatasan dengan jalan raya, pastikan keamanan anak jika dia harus mengikuti kegiatan di luar sekolah tanpa kehadiran anda. Jika terdapat area jajanan di sekitar gerbang sekolah, pastikan keamanan dankebersihan makanan bagi si kecil.

BIAYA
Kemampuan anda untuk membiayai pendidikan anak secara kontinue tentu menjadi pertimbangan penting.” Karena itu, jangan memilih sekolah yang mahal tapi tidak sesuai dengan kemampuan finansial orang tua meskipun sekolah itu sangat bagus untuk anak, “ kata Dr Reni Akbar Hawadi, Mpsi. Jika anda kesulitan membayar uang pangkal TK yang jumlahnya bisa sampai puluhan juta rupiah dan iuran rutin tiap semester yang menyentuh angka ratusan ribu hingga jutaan rupiah, sebaiknya anda berpikir dua kali, TK adalah bagian dari keseluruhan jenjang pedidikan anak. Yang artinya, anak masih akan memerlukan biaya sekolah dan kuliah yang jumlahnya tidak sedikit. Dana pendidikan yang perlu dirancang matang oleh orang tua sedini mungkin.
KURIKULUM NASIONAL TK
Saat ini pendidikan di tingkat Taman Kanak-kanak menggunakan kurikulum nasional 2004 yang emberi peekanan pada pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pembentukan kemampuan dasar. Dalam dokumen standar kopetensi pendidikan anak usia dini yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional RI, disebutkan bahwa kegiatan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak usia dini harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain, anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi dan mengekspresikan perasaan. Selain itu, bermain membantu anak mengenal diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Jenjang Taman Kanak-kanak masih menggunakankurikulum lama, namun kurikulum lama itu berpedoman (developmental tasks) anak yang secara otomatis sudah berorientasi pada kompetensi,” kata Kepala Pusat Kurikulum, Dra. Diah Harianti, Mpsi. Ruang lingkup kurikulum TK meliputi aspek perkembangan “ Moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif Fisik/motorik dan seni.
METODE PENGAJARAN
Dalam penerapan kurikulum, ada banyak variasi metode pengajaran yang diterapkan oleh lembaga pendidikan anak usia dini. Sebelum anda memutuskan satu sekolah untuk si kecil, ada baiknya anda mengenal beberapa metode pengajaran yang paling banyak dipakai di TK dan menyesuaikan metode tersebut dengan kebutuhan anak.
Metode montessori
Adalah salah satu metode pendidikan yang didasari oleh teori tumbuh kembang anak. Metode tersebut pertama kali dipopulerkan oleh Maria Montessori, seorang pakar pendidikan asal Italia pada akhir abad ke-19. Metode Montessori ditandai dengan inisiatif anak untuk memulai sebuah aktivitas belajar. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan tiap anak. Salah satu fitur khas TK yang menerapkan motede montessori secara penuh : anak mengarahkan sendiri kebiatan belajar, memilih tema dan materi belajar yang meliputi keahlian praktis (perkembangan motorik kasar dan halus), sensorik (perkembanan otak dan sensorik). Bahasa, matematika, geografi, sains, dan seni. Fungsi guru adalah mengenalkan anak pada media pembelajaran dan berperan sebagai silent presence di dalam kelas. Metode Montessori menolak konsep pembagian kelas dan pengadaan ujian yang selama ini dijadikan sebagi alat ukur pencapaian akademik anak. Masukan dan analisis kulitatif terhadap performa anak tetap ada tapi dilakukan melalui catatan lembaran daftar keahlian, aktivitas, penyampaian naratif pencapaian anak, kekuatan, kekurangan, dilengkapi dengan cara-cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kekurangan.
International Baccalaureate (IB)
Yang dirintis pada 1968 kini sudah di terapkan di lebih dari 20.000 sekolah di 128 negara termasuk di Indonesia. Kurikulum IB untu Primary Years Programme di desain bagi siswa usia 3-12 tahun dengan fokus pada perkembangan intelektual, personal, keahlian sosial danemosional, serta mampu beradaptasi dengan iklim global. Tema dasar dari seluruh unit pembelajaran ( unity of inquiryatau UOI) mencakupi : SIAPA SAYA, DIMANA SAYA DALAM KONTEKS RUANG DAN WAKTU, BAGAIMANA SAYA MENGEKSPLORASIKAN DIRI, BAGAIMANA DUNIA SEKITAR BEKERJA, BAGAIMANA SAYA MENGENALI DIRI SENDIRI, DAN BERBAGI HABITAT HIDUP.
Cakupan meliputi bahasa, ilmu sosial, matematika, seni, sains, dan teknologi, pendidikan personal-sosial-fisiologi. Tema dan subyek pembelajaran membentuk lima elelmen esensial, yaitu konsep, pengetahuan, keahlian, perilaku, dan tindakan. “Setiap UOI selalu diakhiri dengan tindakan nyata,” kata Lestari. Cikal adalah salah satu sekolah yang menenrapkan kurikulum IB.
TK NEGERI ATAU SWASTA YANG MENERAPKAN KURIKULUM DEPARTEMAN PENDIDIKAN NASIONAL
Mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan oleh DIKNAS. Meliputi pembentukan perilaku melalui pembiasaan (moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian) serta kemampuan dasar (bahasa, kognitif, fisik dan motorik, dan seni), untuk kelompok TKA yang berusia 4-5 tahun dan TKB yang berusia 5-6 tahun. Terbiasa berperilaku sopan, mampu bekerja sama, percaya diri, menunjukkan sikap peduli, mampu membedakan dan menirukan bunyi, memiliki perbendaharaan kata yang dibunakan untuk komunikasi sehari-hari, mengenal konsep bilangan 1-10, mengasah kekuatan dan koordinasi anggota tubuh, serta dapat menggambar obyek sederhana, adalah beberapa poin kompetensi yang digariskan Diknas untuk anak usia TK. Kurikulum Diknas tidak mewajibkan anak bisa membaca di usia 6 tahun.
SEKOLAH ALTERNATIF ATAU PENDIDIKAN NONFORMAL
Kerap menggunakan metde pengajaran yang disesuaikan dengankonsep dasar sekolah tersebut. Sebut saja Sekolah Alam yang mendasarkan kurikulumnya pada tiga Output, yaitu integritas akhlak (dicapai dengan keteladanan guru, orang tua, serta seluruh komponen sekolah), integritas logika (dicapai dengan model belaja action learning, belajar langsung dari alam), dan kepemimpinan (dicapai dengan metode outbound dan dynamic group). Bentuk pendidikan alternatif yang kini berkembang pesati di Indonesia adalah sekolah rumah atau homeschooling. Jika anda memilih bentuk pendidikan homeschooling untuk anak, anda bisa bergabund ke dalam komunikasi sekolah rumah yang ada di kota anda dan bertukar informasi dengan sesama praktisi homeschooling. Kegiatan belajar bisa lebih atraktif, namun perlu komitmen penuh dari orang tua dan orang-orang di sekitarnya untuk menciptakan suasana belajar mandiri yang nyaman dan menarik bagi anak.
PERSIAPAN MASUK TK

Beberapa sekolah mensyaratkan kesiapan anak untuk bisa melakukan beberapa hal sebelum memulai hari-hari bermain sambil belajar di TK. Setiap TK memiliki standarisasi yang berbeda. Karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menanyakan daftar persyaratan yang ditetapkan oleh sekolah saat mengikuti open house atau trial. Sebagai gambaran, pakar pendidikan anak usia dini, Peggy Gisler, EdS dan Marge Eberts, EdS, mengatakan bahwa biasanya TK mengharapkan anak anda dapat melakukan hal-hal berikut :

  • Bicara cukup jelas sehingga orang lain cukup mengerti
  • Bisa menyebutkan nama, tempat tinggal dan nama lengkap orang tua
  • Tidak takut berada jauh dari rumah
  • Sudah selesai atau hampir selesai menjalani toilet training
  • Bisa bermain dalam kelompok, mau berbagi mainan, dan tidak bersikap kasar terhadap anak lain
  • Mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya melalui perilaku sesuai dengan usianya
  • Sanggup mengikuti instruksi, terutama yang berhubungan dengan keselamatan.

                               
SETELAH LULUS TK

Anak yang diberi bekal yang cukup untuk memasuki tahapan akademik selepas TK, akan mampu mengerjakan tugas-tugas beriut saat dia melanjutkan ke sekolah dasar :
  • Memegang pensil, krayon, kuas cat air, dan lempung dengan benar.
  • Bisa menggambar obyek-obyek sederhana, tidak hanya menggambar benang kusut
  • Bercerita atau menceritakan kembali sebuah dongeng yang dibacakan
  • Menjawab pertanyaan dari cerita pendek
  • Mendengarkan cerita minimal selama 5 menit
  • Mengerjakan tugas secara mandiri minimal selama 5 menit
  • Menyimak rima danmencari persamaan bunyi dalam kata
  • Mengerti persamaan dan perbedaan ukuran bentuk dan warna obyek.
  • Meniru gambar obyek sederhana
  • Membandingkan obyek berdasarkan ukuran
  • Melempar dan menangkap bola dengan baik, artinya koordinasi mata-tangan sudah dia kuasai. Sangat penting untuk menangkap pelajaran membaca dan berhitung.

Sumber : MAJALAH PARENTS

Monday, April 2, 2012

KEKELIRUAN DALAM MENDIDIK ANAK (PARTS II)

”Kawan yang baik lebih baik dari duduk sendirian, duduk sendirian lebih baik dari kawan yang jahat, mengutarakan kebaikan lebih baik daripada diam, dan diam lebih baik dari berkata yang tidak baik” (Nabi Muhammad SAW). 

seorang anak ibarat kain putih kosong dan orangtua adalah pembatiknya. Kain itu akan berubah menjadi kain yang berharga jika pembatiknya (ortu) mau membatik dengan goresan yang indah nan mempesona, sebaliknya kain itu akan kurang bernilai jika pembatiknya menodai dengan goresan-goresan tak bermotif alias semrawut. Mendidik anak merupakan pekerjaan terpenting untuk membentuk karakter anak dan tanggung jawab orang tua. Dalam mendidik anak diperlukan beberapa langkah/cara tepat yang dapat mendukung terbentuknya karakter baik bagi anak. Namun, kondisi yang terjadi di masyarakat kadang malah justru sebaliknya, kebanyakan mereka cenderung menggunakan cara-cara ”sadis”/ semaunya sendiri, yang bisa merampas kebebasan bereksplorasi dan membunuh karakter anak.



Beberapa kekeliruan tersebut di antaranya adalah:

1. Membuat takut anak/ membohongi Perbuatan ini sering kita jumpai di masyarakat.

Misalnya: ”jangan nangis nak, nanti ditangkap polisi lho!” Ucapan ini akan membekas di benak anak sehingga akan tertanam perasaan takut pada polisi sedangkan polisi adalah pelindung/mitra masyarakat. Contoh lain: ”kalau gak belajar, saya pukul pakai sapu”. Hal ini tentu membuat anak selalu merasa terancam jiwanya. Anak melakukan perintah ortu karena perasaan takutnya, bukan karena keinginan hendak menurut. Contoh lagi: ”makan ya nak, nanti kalau gak makan didatangi mak lampir lho!”. Sangat fatal kiranya jika masih kecil saja sudah terbiasa dibohongi. (”Allah menyuruh untuk berbuat kebaikan dan menahan yang salah” [QS Ali Imran: 104]).

2. Banyak menyuguhi mitos-mitos

Sangat riskan jika di era sekarang masih ada ortu yang menyuguhkan anak-anaknya dengan mitos-mitos yang sudah jelas tidak benar. Contohnya: ”kamu jangan suka makan kelapa (yang sudah diparut), nanti kamu cacingan (krawiten) lho”. Sudah jelas, ucapan ini sangat mengada-ada dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Selama ini tidak ada buku/berita yang mengabarkan bahwa makan parutan kelapa dapat menyebabkan cacingan. Tidak ada yang memberitakan bahwa dampak negatif makan parutan kelapa adalah cacingan. (secara ilmiah ada di Biologi SMA kelas X, silakan baca sendiri bab avertebrata tentang siklus hidup cacing kremi). Contoh lain: ”kalau ada kupu2 hinggap di sebuah rumah pertanda akan kedatangan tamu”. ”Kalau makan keselek/ kegigit, pertanda dirinya sedang dibicarakan orang lain” (secara ilmiah ada di Biologi kelas XI bab sistem pernapasan & pencernaan). ”Kalau matanya bergetar2 terus, jika yang bergetar sebelah kiri pertanda akan menyaksikan kesedihan kalau yang sebelah kanan akan menyaksikan kebahagiaan”. Alangkah baiknya jika pemikiran nyeleneh itu segera dibuang jauh2. (”Pergunakanlah akal dan ilmu” [QS. Yunus: Ar-Rum: 29, An-Nahl: 43, Az-Zumar: 9).

3. Terlalu banyak larangan dan perintah tanpa teladan

Kita tidak boleh melarang anak jika sekiranya sesuatu yang diperbuatnya itu positip (bukan negatip). Jika keinginan anak yang positip dilarang, berarti telah menghalang-halangi bakat mereka dan mematahkan semangatnya. Contoh: ”Sepulang sekolah harus di rumah, tidak boleh keluar, tidak boleh main sepak bola dengan teman2nya”. Kapan lagi mereka bisa bermain? Anak butuh beradaptasi dengan lingkungannya. Anak juga butuh merefresh otaknya setelah berjam2 disuguhi rumus2 matematika di sekolahnya, menghafal ayat-ayat pendek misalnya, anak juga butuh lebih banyak berinteraksi dengan teman2nya, butuh meluapkan keinginannya. Dengan sepak bola mungkin bisa belajar bagaimana bekerjasama dalam teamnya, bisa belajar bagaimana mengatur strategi untuk membobol gawang team lain. Dalam penelitian terhadap lebih dari 500 murid di Kanada, murid yang menghabiskan waktu tambahan setiap harinya di ruang olahraga mampu mengerjakan ujian lebih baik ketimbang mereka yang kurang aktif berolahraga. Di Scripps College California, murid-murid yang berolahraga selama 75 menit seminggu, ternyata bisa bereaksi lebih cepat, berpikir lebih baik dan mengingat lebih cermat (4). Atau kadang juga ortu terlalu banyak perintah tanpa memberi teladan, misal: ”Tutup pintu”, ”Habiskan makan malammu”, ”Selesaikan PR-mu”, ”Pergilah tidur”. ”Jangan merokok!”, tapi ortu tanpa ada perasaan malu merokok di depan anaknya. Percakapan dalam keluarga cenderung berbentuk perintah dan bukan dialog bermakna. Kebutuhan akan keintiman, karenanya, tidak terpenuhi; dan anak-anak seperti ini bisa merasa terasing dan sendirian secara emosional diantara orang banyak kecuali jika mereka memiliki saudara kandung, teman sebaya atau guru yang menyediakan keintiman yang sangat didambakan (3). Seharusnya ortu harus mengisi dialog bermakna meskipun singkat sekaligus menemaninya, ”Mari kerjakan PR yuk, biar nanti bisa lebih mendalam/paham” dll. Contoh lain: ”kamu harus masuk jurusan kedokteran, kalau ga itu mending ga usah kuliah”. Ortu tidak boleh memaksa anaknya harus kuliah di kedokteran kalau IQ atau daya ingat si anak di bawah standar, karena di jurusan kedokteran akan dijumpai ratusan bahasa ilmiah dari strukutur organ tubuh manusia. Akan sangat merepotkan si anak nantinya. Jangan memaksakan anak untuk kuliah di Teknik Mesin sementara dia lebih menyukai dan merasa nyaman di bidang seni. (”Assya’bi meriwayatkan dan Nabi Muhammad SAW bersabda: Allah akan merakhmati kepada aba yang membantu anaknya untuk berbakti taat kepadanya. Yakni tidak menyuruh sesuatu yang dikuatirkan anak itu tak dapat melaksanakannya” (1)).

4. Membicarakan tabiat anak di hadapan orang lain/ membanding2kannya dengan anak lain

Seorang anak akan merasa ”terhina” jika mengetahui bahwa kesalahan-kesalahannya disiarkan kepada orang lain. Sebaliknya, jika anak mengetahui bahwa kebaikan-kebaikannya dipamerkan kepada orang lain maka anak akan menjadi sombong. Alangkah baiknya, panggilah si anak untuk membicarakan kekurangan-kekurangannya tanpa kehadiran orang lain. Dengan kekurangannya maka sekaligus dicarikan solusi dari ortu kepada anak. Ortu tidak boleh terlalu ambisius memamerkan kebaikan-kebaikan anaknya di hadapan orang lain apalagi dalam suatu majelis/ orang banyak, karena hal ini akan menyebabkan orang lain yang diajak bicara merasa sangat bosan alias boring!. Kadang bahkan seringkali kita dapati ortu yang selalu membanding2kan anaknya dengan anak lain. Misalnya: ”si A itu kok piala/tropinya banyak, tidak seperti kamu kerjaannya cuma nangis”. Ucapan-ucapan ini bukannya menjadikan anak bersemangat untuk memperbaiki, tetapi justru sangat mematahkan semangat si anak dan anak menganggap bahwa ortu lebih sayang pada anak orang lain, seolah si anak sungguh sangat tidak berarti bagi ortu. Sebaiknya ortu bisa membangun kepercayaan anaknya serta menganjurkan supaya berusaha lebih gigih.

5. Mencacimaki anak

Jikalau anak mendengar ibu bapaknya mengatakan ”kamu jahat”, maka anak tersebut akan merasa kesal dan cenderung pada perlakuan seorang jahat. Sebaiknya, dikatakan pada anak itu ”kau anak yang baik” dan anak baik itu kan tidak suka marah, tidak pernah berkelahi, rajin mengaji, dll. Alangkah baiknya ortu tidak mengucapkan perkataan2 kotor seperti ini. ”Kamu anak tidak benar, (tambeng, mbeling, nakal), bejat, dsb”. Kadang juga ada yang bilang kepada anaknya: ”kamu itu mau jadi apa si?”. Tepis jauh kata2 kotor itu. Ganti dengan kata2 yang lembut, dan lebih baik lagi jika kata itu bisa menyentuh hati anak. Misalnya: orang baik itu dikasihi Allah lho nak, jadi adik yang baik ya. Adik itu anak yang baik kok, jadi ga boleh marah2 lagi ya, ga boleh suka nangis lagi. (”Sesungguhnya manusia itu adalah makhluk etis. Jiwa (nafs) seorang itu memberinya kemampuan untuk membedakan mana yang buruk (fujur) dan mana yang baik” [QS. As-Syams: 8]).

6. Berbicara terlalu banyak dan suara terlalu lantang

Hindarilah berbicara terlalu panjang lebar kepada si anak. Sedikit perkataan tapi jelas dan tepat lebih berpengaruh bagi anak daripada nasihat yang terlalu panjang lebar/ nonstop. Janganlah menyuruh atau melarang anak dengan perkataan yang terlalu banyak sehingga membosankan anak. Dalam rumah tangga juga sebaiknya jangan ada kata-kata yang bernada tinggi. Ucapkanlah perkataan yang lembut yang bisa mendatangkan berkah kepada pendengarnya. Jangan biarkan anak menyaksikan kemarahan, kebengisan, amukan ortu. Anak-anak lebih mengingat nasihat atau kata-kata yang diucapkan tenang dan manis daripada ucapan yang membentak-bentak. Anak yang selalu mendengar suara lantang akan kebal dengannya sehingga suara mengguntur pun tak berarti lagi baginya. Jadi, jangan heran jika suatu saat ada anak yang membalas membentak dari bentakan ortunya, karena rupanya bentakan ortu yang telah disuguhkan kepadanya telah melenyapkan sikap lemah lembut si anak. Jangan sampai ada alasan bahwa dengan dibentak anak akan nurut, dengan dipukul anak akan kapok, karena pada hakikatnya kekerasan/kekasaran tidak akan menyelesaikan masalah dan bukan solusi terbaik. (”Kecenderungan manusia untuk memandang musuh kepada sesamanya, sebenarnya dapat diatasi dengan ”saling menasihati agar bersabar dan saling menasihati agar saling berbelas kasihan” [QS. Al-Balad: 17]). Demikian beberapa kekeliruan ortu dalam mendidik anaknya. Tentu masih banyak kekeliruan2 lainnya yang bisa dijadikan bahan koreksi bagi kita bersama.

Tapi ini cukup bisa dijadikan bahan pelajaran untuk kita sehingga bisa memperbaiki jika ada Kesalahan/kekurangan, bisa melakukan jika belum sempat dilakukan. Sebaiknya kita juga harus berpikir jernih, kita tidak boleh beranggapan bahwa ”Ah itu kan hanya sekadar teori/ hanya buku yang bilang, tapi kan faktanya tidak/lain!”. Kebetulan referensi yang dipakai adalah referensi yang disertai penelitian2 yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan tentang kejadian2 di masyarakat baik di Indonesia maupun di luar
negeri.
Sumber : tanbihun.com

CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK


B
ila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam mendidik anak Anda :



1. Kurang Pengawasan 

Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies – Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana. Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya. Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.

2. Gagal Mendengarkan 

Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga anak sendirilah yang menceritakannya.

3. Jarang Bertemu Muka 

Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan, biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama. Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil keuntungan demi kepentingan Anda. 4. Terlalu Berlebihan Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan kreatifitas tumbuh.

5. Bertengkar Dihadapan Anak 

Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka, khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah. Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

6. Tidak Konsisten Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. 

Jangan biarkan mereka memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.

7. Mengabaikan Kata Hati 

Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan. Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam tentang sesuatu”.

8. Terlalu Banyak Nonton TV 

Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.

9. Segalanya Diukur Dengan Materi 

Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.


10. Bersikap Berat Sebelah 

Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

Sumber: www.isdaryanto.com