Tuesday, May 4, 2010
“AUTIS” HIDUP DIDUNIANYA SENDIRI
Pada anak autisme, tidak jarang ditemui, mereka lebih tertarik pada benda dibanding manusia. Termasuk orang tuanya. Jika terhadap manusia, mereka tidak ada kontak mata, justru dengan benda mereka bisa tertawa-tawa bahkan mengamatinya sepanjang hari.
Umunya mereka juga mengalami kesulitan berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal/ ketika mereka menginginkan sesuatu, caranya adalah dengan menarik-narik tangan orang lain untuk mendapatkannya. Selain itu, mereka juga sangat kaku dengan kegiatan rutin mereka, seakan-akan mereka sedang menjalani ritual tertentu.
Ketidakmampuan berkomunikasi serta ketertarikan mereka terhadap kegiatan-kegiatan ritualnya, membuat mereka terlihat lebih suka bermain sendirian, seakan punya dunia sendiri. Selain itu, toleransi mereka terhadap stress juga rendah. Akibatnya, anak cenderung memaksakan kehendaknya apalagi mereka tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Jika kemauannya tak dituruti, anak akan menunjukkan amarah yang meledak-ledak disertai temper tantrum, bahkan melukai diri sendiri semisal membenturkan kepala ke tembok. Ada pula anak autis yang ambang batas sensoris sakitnya sangat rendah. Kadang sentuhan atau pelukan saja bisa dipersepsi sebagai tindakan yang sangat menyakitkan sehingga ia pun akan berteriak atau menangis keras. Sebaliknya, ada pula yang memiliki ambang batas sensoris sakit amat tinggi, sehingga perilaku melukai diri sendiri tidak dipersepsi sakit. Orang tua mungkin akan panic melihat tangan anak berdarah-darah akibat ulahnya sendiri, sementara si anak justru tenang-tenang saja.
Hiperaktivitas
Sebagian anak autisme menunjukkan hiperaktivitas semisal ruangan keruangan lain sepanjang hari. Atau tak bisa duduk diam tanpa ada yang memeganginya. Ada pula yang hipoaktivitas. Sepanjang hari hanya diam menolak dilibatkan dalam aktivitas orang lain. Bahkan anak tidak menyadari kehadiran orang lain didekatnya. Ia akan manis-manis saja jika dibiarkan sendiri, sementara si anak justru tenang-tenang saja.
Yang sering terjadi, anak penyandang autisme menunjukkan kegiatan bermain yang tertinggal jauh dari perkembangan usia yang sebenarnya. Anak jarang bisa bermain permainan yang imajinatif, misalnya guling dijadikan pesawat terbang, bantal jadi mobil. Apalagi permainan social yang melibatkan anak-anak lain seperti petak umpet. Ketika bermain dengan alat permainan pun, kadang anak memainkannya dengan cara yang tidak biasa. Misalnya, balok hanya dibariskan sesuai ututan dan jumlah tertentu.
Kalainan yang tampak jelas dari anak autisme adalah tingkah laku (motorik) yang berulang-ulang. Biasanya anak suka mengepak-ngepak tangan atau jarinya. Ada pula yang suka melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, misalnya menghidupkan dan mematikan lampu, buka tutup pintu.
Jenis autisme
Berdasarkan waktu munculnya gangguan, autisme dapat dibedakan menjadi autisme sejak bayi dan autisme regresif. Pada autisme yang terjadi sejak bayi, anak sudah menunjukkan perbedaan-perbedaan dibandingkan dengan anak non autistic sejak bayi.
Sedangkan autisme regresif ditandai dengan regresi (kemunduran kembali) perkembangan. Kemampuan yang sudah diperoleh jadi hilang. Yang awalnya sudah sempat menunjukkan perkembangan normal sampai sekitar 1,5-2 tahun, tiba-tiba perkembangan ini berhenti. Kontak mata yang tadinya bagus, lenyap. Dan jika awalnya sudah mulai bisa mengucapkan beberapa patah kata, hilang kemampuan bicaranya. Kasus gangguan autisme yang terjadi sejak bayi bisa terdeteksi sekitar usia 6 bulan. Sedangkan untuk kasus autisme regresif, orang tua biasanya mulai menyadari ketika anak berusia 1,5-2 tahun.
Penyebab autisme
Banyak ahli percaya, masalah genetic memainkan peranan sangat besar untuk gangguan autisme. Meski tak berarti anak autis pasti punya keluarga yang juga penyandang autisme. Padahal, ibaratnya pistol, tak akam meletus jika tak ditarik pelatuknya. Begitu juga yang terjadi pada gangguan autisme.
Nah, yang penting adalah mencari faktor pencetusnya. Ahli biasanya ingin penjelasan, apa saja yang terjadi pada ibunya sewaktu janin masih didalam perut. Juga apa yang menimpa anak pada bulan-bulan awal perkembangannya. Saat perkembangan sebelum kelahiran anak, misalnya, apakah terjadi infeksi TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes), cacar air, atu virus apa yang menimpa ibu. Sebab, viris yang masuk itu akan mengaggu pertumbuhan sel-sel otak yang sedang terbentuk. Sel-sel otak janin menjadi kurang jumlahnya, sehingga lipatan-lipatan otak pun lebih jarang.
Kemungkinan lain adalah si ibu keracunan logam berat. Entah dari makanan yang sudah terkontaminasi logam berat (semisal ikan) atau dari tambalan gigi berupa amalgam. Sedangkan kemungkinan kontaminasi logam berat pada anak setelah lahir, bisa bersumber dari makanan atau vaksinasi yang memakai merkuri (sejenis logam berat) sebagai pengawetnya.
Karena genetic memegang peranan penting, maka kemungkinan anggota keluarga yang lain menderita autisme juga lebih besar dibandingka populasi normal. Apalagi pada anak kembar, terutama kembar identik, kemungkinan ini semakin besar. NABILA/I/2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment