Sunday, April 4, 2010

VIDEO GAMES MEMBUAT ANAK BRUTAL


Zaman dulu, mainan anak cukup murah. Sederhana, dan dampak buruknya sedikit. Seiring kemajuan jaman, mainan ini ditinggalkan, diganti dengan yang berteknologi, dan yang pasti harganya tinggi. Game watch, tamgoci, hingga video games, tidak asing lagi. Selain mengasyikkan, diduga permainan ini membahayakan. Tak tanggung-tanggung, pecandu video game tertentu dapat menjadi penjahat.

Seorang ahli asal Swedia mengatakan bahwa video games dapat menjadikan anak-anak gemuk. Game kekerasan yang popular di antara para remaja dan anak laki-laki menjadikan mereka agresif dan bahkan bertindak criminal.


Industri permainan ditaksir meraup sekitar $200 juta setahun di Swedia dan $10 miliar di AS, didominasi oleh hardware yang memproduksi perusahaan Microsoft Corp. Sony Corp. Play ststion dan Nintendo Co. Ltd.Electronic Art Inc., Nintendo Activision Inc. dan Take Two Interactif Software Inc.adalah diantara produsen yang diunggulkan. Take Two Rockstar unit Grand Thief Auto, sebuah game yang dituduh sebagai game yang menghebohkan oleh salah seorang bekas pejabat AS- adalah diantara jenis yang disebutkan oleh Televisi dokumentasi Swedia yang berkaitan dengan tindak criminal.

Hal itu mmeprihatinkan sebab mereka (pemain video game) berlatih memainkan suatu perilaku, tertentu yang mungkin saja mereka praktikan dalam kehidupan nyata,” kata Michael Rich, seorang anggota dari The American Academy of Pediatrics (Akademi Dokter Anak Amerika) yang telah mempelajari rfrk media hiburan terhadap kesehatan fisik fan mental anak-anak, dikutip seperti yang dikatakannya dalam film documenter selama 45 menit mengenai “Deadly Game” (permainan yang mematikan).

Gambaran sekilas (preview) tentang film itu diputar pada hari senin, mengingat akandiputar sebagai tayangan utama di TV4 (sebuah televise swasta di Swedia) pada hari Kamis. Setelah preview tersebut, diikuti dengan debat panel yang menyimpulkan bahwa penemuan ilmiah tentang efek-efek dan game kekerasan (jika ada) adalah sedikit.
Tiap hal tersebut telah terbukti tanpa perlu diperdebatkan, bahwa masyarakat yang menyaksikan benyak tindak kekerasan di TV menyebabkan perilaku yang agresif,” kata Frank Lindbland, seorang psikiater anak di Karolinska Institute Uneversity Hospital di Swedia.
Game kekerasan memacu tindak criminal yang beresiko sangat tinggi. Ada banyak yang berpendapat bahwa video games adalah jelek,” tambahnya. Banyak pemain game ini cenderung menganggap dirinya seperti para pahlawan yang ada di game tersebut.

“Batas antara dunia virtual (apa yang ditonton) dan dunia nyata jadi tak jelas dan hal ini berbahaya" kata Lindbland. Gustav Niet Berggren, seorang pelajar berusia 16 tahun tidak setuju akan pernyataan itu. Gustav mengatakan bahwa dia cenderutn menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari beberapa dalam seminggu utnuk bermain game laga secara interaktif di internet yang dinamai “Counter –Strike” yang memfokuskan pada pembunuhan tentara lawan.

“menembak seseorang dalam sebuah game hanya seperti mencetak gol pada pertandingan sepak bola,” katanya. Menolak saran film documenter itu dan ketakutan Lindbland bahwa kaum muda tidak mempu membedakan antara dunia permainan dengan kehidupan nyata.

Elizabeth Juntilla, seorang ibu dan anak yang berusia 6 tahun dan sekaligus kepala Asosisasi Nasional untuk memajukan jalinan yang erat antara rumah dengan sekolah, mengatakan bahwa anak-anak jadi kecanduan video game, menghabiskan waktunya di depan layar computer sambil makan kripik kentang, pizza dan soft drink dengan rakusnya.

Ann Folke, wakil pendiri dan pencari lobi untuk menghilangkan apa yang dilihat sebagai pengaruh buruk video game melalui kampanye penyadaran masyarakat, mengatakan bahwa bame telah memakan banyak waktu anak-anak tersebut. “Mereka berada dalam kondisi fisik yang lemah makan secara tidak sehat, menjadi gemuk dan menderita insomnia (susah tidur),”ungkapnya.

Itu di Swedia bagaimana di Indonesia? Mungkin belum ditemui. Karena kebanyakan mereka negeme di rental, sehingga tidak bisa berlama-lamayang jelas, sudah pasti merupakan bentuk pemborosa. Banyak orangtua yang mengeluhkannya, tidak hanya di kota, di desa pun juga. Tambahan lagi, anak-anak jadi malas belajar pergi ke TPA dan mengaji. Bahkan meungkin sampai lupa shalat.

Jadi, dipertimbangkan dulu kalau mau membelikan game untuk anak-anak. Dalam Islam tidak diisyaratkan permainan kecuali gulat, lari, renang, dan memanah. Karena permainan ini akan membekali mereka dengan kekuatan dan ketrampilan yang berguna untuk melawan musuh Islam. Bagaimana dengan video game yang isinya permainan yang diisyaratkan pada para ustadz atau ulama yang lebih mengetahuinya?
NABILA/I/2004

No comments:

Post a Comment