Friday, April 16, 2010

SUAMI PERFEKSIONIS



Serba “ideal” dalam berbagai hal itulah kesan pertama suami perfeksionis. Benarkah punya suami perfeksionis itu banyak tuntutannya?



Tuntutan baik terhadap diri sendiri maupun orang lain terutama istri memang sesuatu yang tak mengenakkan, apalagi dilakukan secara terus menerus dan menganggap bahwa istri serba “instant” dalam segala hal. Bahkan dalam banyak kesempatan, sang suami tanpa harus blab la bla kepada istri tercinta untuk memahami selera suami.





Perfeksionis menurut Nadia, ibu dua anak yang tinggal di kawasan Fatmawati Jakarta, adalah perilaku dimana seorang suami selalu ingin menjadi sempurna dalam berbagai aspek. Masih menurut Nadia, ternyata suami perfeksionis it uterus-menerus menuntut dirinya untuk melakukan segala sesuatunya dengan prima, sangat kecil bahkan bila perlu tanpa kesalahan sedikitpun.



Sementara menurut lala, yang sudah 10 tahun menikah dan kini dikarunaiai tiga orang anak menuturkan, suami perfeksionis itu tak selamanya jelek lho, banyak juga keuntungan yang kita miliki. Memang sih, suami perfeksionis itu inginnya seba bersih dan rapi, serba sepadan, dan sederet kata serba lainnya. Repotnya lagi ternyata suami perfeksionis itu kata Lala menganggap fatal kesalahan kecil.



Menariknya masih kata Lala, punya suami perfeksionis itu rajin bersih-bersih, ia paling tak suka melihat rumah berantakan misalnya. Walaupun bersih-bersih sambil ngomel namun aku dan anak-anak sudah menganggap biasa omelan ayahnya anak-anak. Nanti juga reda sendiri.



Demikian pula dalam hal penampilan, suami perfeksionis tambah Nadia ingin terlihat serba sempurna. Misalnya warna antara baju dan celana mesti sepadan. Rambut harus rapi dan serasi. Bila tak sepadan umumnya suami perfeksionis tak mau memakainya jelas Lala.



Celakanya kata Nadia dan Lala, bila mereka berbuat kesalahan. Tak jarang di awal pernikahan kami hampir tak pernah sepi dari pertengkaran bahkan piring berlari-lari nyaris menelan korban sudah menjadi pemandangan biasa. Padahal masalahnya sepele yang sebenarnya diluar faktor kesengajaan. Memang sih awalnya shick juga aku Lala, suamiku koq gitu amat. Masalah kecil bisa jadi besar, tak terbay angkan bila aku melakukan kesalahan besar bagaimana jadinya .



Sementara itu menurut Nadia, memang ada sisi positifnya punya suami perfeksionis seperti senang bersih-bersih, rajin membantu pekerjaan istri, bahkan dalam kepribadian pun lebih matang.



Bila melihat rumah berantakan, suami perfeksionis biasanya tak segan-segan untuk merapikannya walau biasanya sambil mengomel. Apalagi bekas pekerjaan sendiri, istri tak perlu repot-repot merapikannya. Demikian pula bila ia melihat istrinya sedang menumpuk pekerjaan, setrika menggunung atau cucian seabrek. Biasanya suami perfeksionis tanpa istri minta pun is akan membantu pekerjaan istrinya.



Sedangkan negatifnya, biasanya suami perfeksionis sulit mengakui kelemahan, kaku, sulit PD, alias percaya diri, dan terakhir tak mau disaingi. Contoh sederhana adlaah tatkala ia mempunyai masalah, sangat sulit adalah tatkala ia mempunyai masalah, sangat sulit untuk berterus terang dan meminta pertolotngan istri ketika ia menghadapi problem



Suami perfeksionis juga seperti kata Lala, kaku banget. Bila punya pandangan tersendiri dalam menghadapo sesuatu sulit sekalu li menerima masukan dari istri meskipun pendapat yang kita sampaikan itu benar. Butuh proses yang amat panjang untuk meyakinkan suami, kalaupun ia percaya ya tidak seratus persen kata Lala.



Selain tiu akibat kurang PD alias percaya diri, suami perfeksionis mudah cemas karena apa yang ia lakukan selama ini merasa belum sempurna dimata orang lain. Uniknya ia baru merasa PD bila sudah ada yang memuji hasil pekerjaannya. Susahnya lagi bila hasil pekerjaannya dikritik, bisa berhari-hari lo duduk termenung.



Teralhir ingin senantiasa merasa nomer satu tak mau ada yang menyaingi. Bila ada yang lebih baik darinya dia merasa minder dan berusaha untuk tetap nomer satu. Artinya suami perfeksionis sulit sekali mengakui kelebihan orang lain sekalipun kepada istrinya.



Kita menghadapi suami perfeksionis

  • Berangkatlah dari persepsi yang sama dalam membangun rumah tangga, yaitu menggapai ridha Allah swt.
  • Kenalilah secara mendalam kepribadian suami anda
  • Kenalilah keinginan suami terhadap anda, apakah sesuai atau tidak baginya. Apakah targetnya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila pada kenyataannya ada tidak mampu malakukan sesuatu dengan baik dalam pandangan suami, mintalah saran dari pendapatnya apa yang sebaiknya anda lakukan.
  • Berilah penghargaan kepada suami sekecil apapun bantuannya terhadap pekerjaan anda.
  • Kenalilah harapansuami terhadap anda
  • Bersikaplah rileks terhadap suami perfeksionis, jangan terlalu serius




No comments:

Post a Comment