Thursday, April 22, 2010
HAMIL TAK KUNJUNG DATANG BELUM TENTU MANDUL
Sudah hampir sepuluh tahun kami menikah namun sampai saat ini- koq saya belum hamil juga – apa karena suami saya…?
Bisa saja sih sulit hamil itu disebabkan “ketidakmampuan” suami berintim-intim. Impotensi yang oleh dunia kedokteran diistilahkan dengan disfungsi seksual, adalah ketidakmapuan mencapai danatau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan.
Namun, seorang pria baru bisa dikatakan mengalami impotensi bila gangguan ini bersifat menetap atau berulang dengan tenggang waktu minimal 3 bulan. Jadi, bila ketidakmapuan ereksinya baru sekali, maka belum bisa dibilang impotent. Misalnya, gara-gara capek, suami jadi tak bisa melakukan hubungan seksual dengan baik.
Terutama buat suami, impotensi merupakan permasalahan yang sangat serius. Sampai-sampai, karier dan rumah tangga dapat terancam kelangsungan dan keharmonisannya. Soalnya, ereksi masih diyakini sebagai lambing kejantanan pria sejati. Hingga bila terjadi gangguan ereksi atau ada sesuatu yang tak beres dalam hal ini, pria yang bersangkutan merasa dunianya runtuh karena ia tak lagi memiliki kebanggaaan sebagai pria sejati.
Terlebih lagi, dengan mengalami impotensi, si pria pun sulit menghamili istrinya. Bukankah dengan gagal ereksi, ia jadi tak mampu melakukan penetrasi, yang berarti pula tak bisa “menyampaikan” sperma ke depan mulut rahim istrinya?
Secara umum, impotensi disebabkan faktor fisik dan kejiwaan. Karena itu, pemeriksaan yang dilakukan dokter harus meliputi kedua aspek tersebut. Beberapa penyebab fisik yang berhasil diidentifikasikan oleh para ahli adalah penggunaan obat-obat dan zat kimia , seperti obat penenang danobat anti darah tinggi. Namun harus diingat, tidak semua obat tersebut menyebabkan impotensi. Disinilah pentingnya peranan dokter, karena pemilihan obat dan lama pemakaiannya sangat penting.
Selain karena obat-obatan, penyakit lantaran gangguan pada aliran darah seperti arteriosclerosis (penyempitan dan pengapuran pembuluh darah), darah tinggi, kadar kolesterol yang tinggi dan kencing manis turut berpengaruh.
Penyakit yang menimbulkan gangguan pada hantaran saraf juga dapat menyebabkan gangguan persarafan pada penis yang nantinya menimbulkan impotensi, seperti dijumpai pada pasien stroke dan trauma tulang belakang, alcohol dan merokok pun ikut mempengaruhi terjadinya impotensi.
Dari sisi kejiwaan, yang ikut berpengaruh terhadap terjadinya impotensi adalah stress dandepresi. Bagi penderita yang mengalami stress/depresi, sebelum impotensinya diobati, sebaiknya stress. Depresi dan penyebabnya diatasi terlebih dahulu.
Pengobatan impotensi sangat erat kaitannya dengan faktor penyebab. Karena penyebab beragam, maka pengobatannya menjadi lebih kompleks. Penggunaan obat-obatan, terapi kejiwaan hingga terapi bedah dapat dilakukan untuk mengatasi impotensi. Ada pula yang menggunakan pompa vakum sebagai salah satu terapi.
Peran dokter menjadi sangat penting agar pengobatan yang dilakukan dapat sejalan dengan permasalahan yang ada. Kalau tidak, justru akan sia-sia. Itulah mengapa, penderita disfungsi seksual dianjurkan jangan asal berobat, malainkan dikonsultasikan ke ahlinya, yakni androlog atau ahli bedah urology.
Selain ini, saat berobat hendaknya selalu bersama istri agar ia dapat mengerti/memahami kondisi suaminya. Sekaligus memberi dukungan semangat yang amat membantu proses penyembuhannya.
Hingga saat ini, pengobatan yang dapat berhasil dengan memuaskan adalah bagi para penderita yang mempunyai kelainan pembuluh darahm, kalainan jiwa, serta yang desebabkan penggunaan obat-obatan tertentu. Sedangkan yang berhubungan dengan permasalahan persarafan masih sulit diatasi.
Tentunya lebih baik melakukan pencegahan daripada pengobatan. Satu hal yangmudah dan dapat dilakukan untuk mencegah impotensi adalah dengan hidup sehat. Artinya, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam keseharian. Pengaturan menu yang seimbang, tidak berlebihan, akan membantu mencegah terjadinya penyakit kencing manis, kolesterol tinggi serta darah tinggi. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya impotensi sebagai komplikasi dari penyakit-penyakit tersebut.
Selain itu, kebiasaan untuk relaks dan memperoleh hiburan yang cukup serta tidak bekerja berlebihan dapat menghindarkan stress yang belebiha dapat menghindarkan stress yang berlebih. Tentunya keseimbangan jasmani dan rohani harus pula dijaga, agar dapat menjalani hidup yang seimbang tersebut.
Terlalu tingginya harapan tanpa disertai perolehan hasil yang memuaskan dapat menyebabkan keadaan depresi. Disinilah pentingnya control dan kehidupan agama agar kesehatan jiwa pun dapat tercapai. (NAKITA2003)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment