Thursday, April 22, 2010

JANGAN REMEHKAN HIPERTENSI SAAT HAMIL


Masih ingat kasus pasien RS Cipto Mangunkusumo Jakarta beberapa tahun lalu tak sadarkan diri setelah operasi cesar karena menderita hipertensi.

Hipertensi selama kehamilan atau yang biasa dikenal dengan eklamsia memang tak bisa dianggap remeh, bahkan lima persen dari ibu hamil menderita eklamdia. Menurut Prof. Dr. Sulchan Sofwan, Guru Besar Obstetri dan Ginekologi FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata pasien preeklamsia (PE) dan eklamsia (E) di Indonesia adalah lima persen.

Data ini hanya yang masuk di rumah sakit pendidikan di Indonesia, belum di RS swasta. Penyakit PE dan E merupakan urutan ke dua penyebab kematian ibu setelah kasus pendarahan. Di luar negeri rata-rata kasus PE dan E lima persen dan menjadi penyebab kematian nomor satu, sedangkan perdarahan nomor dua, kata Sulchan seperti dikutip Media Indonesia.

Lebih lanjut Sulchan menjelaskan, penyakit hipertensi pada kehamilan sebetulnya bisa dideteksi sejak awal oleh ibu hamil. Sebab, hipertensi merupakan penyakit degeneratif dan tidak terlepas dari faktor keturunan. Kalau ada keluarga yang memiliki penyakit hipertensi, obesitas dan diabetes atau memiliki riwayat eklamsia dan preeklamsia, maka sangat besar ibu hamil tersebut mengalaminya.

Hipertensi ini bisa datang sebelum ibu hamil atau disebut dengan preeklamsia, sedang kan hipertensi datang pada saat kehamilan disebut dengan eklamsia. Penyakit ini bisa berlanjut pada pasca melahirkan. Jadi, sebaiknya para ibu yang memiliki riwayat hipertensi harus benar-benar mengontrol kesehatannya.

Pada kasus preeklamsia, lanjut sulchan, biasanya ibu telah memiliki faktor resiko hipertensi. Ini bisa dilihat dari tekanan darahnya diatas normal, yaitu diatas 160/110, gemuk dan tes urine positif ada proteinnya. Ibu dengan hipertensi memang tak boleh hamil. Akan tetapi, seringkali mereka mengungkapkan alasan belum memiliki anak. Kalau sudah demikian, ibu harus benar-benar ketat memperhatikan kesehatan diri sendiri. Apabila ibu tersebut sudah memiliki anak sebelumnya, jelas Sulchan, maka diharapkan tidak hamil lagi demi keselamatannya.

Sedangkan eklamsia, muncul saat usia kandungan 20-25 pekan. Gejala yang khas pada ibu eklamsia adalah peningkatan berat badan berlebihan saat hamil danadalanya pembengkakan pada tungkai kaki. Peningkatan berat badan ini bisa terbaca setiap bulannya bisa naik 2 kg atau sepekan 12,5 kg. batas normal kanaikan berat badan ibu hamil sampai 9 bulan adalah dibawah 12,5 kg. bila lebih dari itu, kemungkinan besar adanya hipertensi kehamilan.

Di kalangan masyarakat pun seperti disebutkan dalam harian Media Indonesia, tanggal 26 Januari 2005 hal 19, seringkali ada sebuah pemikiran yang salah dalam menjaga kesehatan ibu hamil. Sulchan mengambil contoh para ibu maunya makan daging atau makanan berlemak, sementara sayuran dan buah-buahan tidak berselera. Alasannya ngidam atau ada anggapan kalau senang daging, anaknya laki-laki. Padahal, lanjutnya itu tidak benar. Ibu hamil harus makan makanan bergizi seimbang.

Masyarakat juga keliru kalau menganggap ibu hamil harus makan dalam porsi besar, dengan alasan utnuk janin dan ibunya. Lihat dulu apa yang dimakan. Kalau tidak bergizi buat apa banyak-banyak. Sebab kenyataannya ibu hamil dengan riwayat hipertensi ini memiliki bayi denganberat badan rendah.

Untuk itu bagi ibu yang memiliki riwayat hipertensi sangat dianjurkan untuk menhindari makanan pemicu tingginya tekanan darah.

Faktor pencetus

Preeklamsia adalah sindroma spesifik pada kehamilan yang mengakibatkan perfusi darah ke organ berkurang karena adalanya vasopasmus dan menurunnya aktivitas sel endotel. Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah meninggi danterkadung protein dalam air kencing. Lalu disertai dengan pembengkakan berupa penimbunan cairan di bawah kulit. Tekanan darah sebaiknya diperiksa sebulan sekali dengan ukuran normal 110/80-140/90. waspadai pula preeklamsia (peningkatan darah yang menyebabkan kematian ibu dan janin) ketiak berukuran lebih dari 140/90.

Ada beberapa faktor pencetus preeklamsia selama hamil, diantaranya adalah ibu mengkonsumsi garam secara berlebihan danstres akibat terlalu relah dan kurang istirahat.

Sedangkan eklamsia adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang atau koma. Kejang bisa timbul dengan sebelum atau sesudan bayi lahir, yaitu 48 jam atau lebih sesudah lahir, bahkan 10 hari setalah melahirkan.NABILA/1/2003


No comments:

Post a Comment