Friday, April 30, 2010

6 HAL BARU YANG DIPAHAMI SI BATITA


Melalui pengamatan, pembiasaan dan peniruan, anak memahami satu per satu hal-hal yang bersinggungan dengan kehidupannya.

Perkembangan batita selalu menarik untuk diikuti. Di usia ini selalu saja ada kemampuan baru yang dikuasainya setiap hari. Mungkin juga salah satu di antara 6 hal berikut ini adalah kemampuan yang baru dikuasai batita Anda. Apa sajakah itu? Ikuti penjelasan yang disampaikan Vera Itabiliana, Psi., dari Yayasan Pembina Pendidikan Adik Irma, Jakarta.

1. MELAMBAIKAN TANGAN SAAT ADA YANG MENGATAKAN, "DAAHH...."

Saat ada orang yang melambaikan tangan sambil mengatakan, "Daahh...", batita sudah bisa membalas melambaikan tangan. Beberapa juga bisa mengatakan, "Daahh...," bahkan ada yang sudah bisa menirukan gerakan kiss bye alias mencium tangannya sebelum dilambaikan.

* Bagaimana batita memahami perintah ini?

Dengan melihat pengulangan aksi ini sehari-hari, batita bisa memahami kemudian menirukannya karena cara belajar batita adalah dengan meniru selain bereksplorasi. Ia bisa meniru suatu aksi jika melihatnya berulang kali. Terkadang ada yang sekali melihat, langsung meniru gerakan tangannya saja. Tapi biasanya untuk dikaitkan dengan kata, "Daahh...," perlu pengulangan beberapa kali.

Menurut tokoh psikologi perkembangan kognitif, Jean Piaget, sejak usia 8 bulan ke atas, anak sudah mengembangkan perilaku yang memiliki maksud tertentu atau goal directed behavior. Jadi, anak sudah paham bahwa perilaku tertentu akan mengakibatkan reaksi tertentu. Contoh, ia tahu kalau ia menunjuk gelas, ibu akan mengambilkan air minum untuknya. Begitu juga dengan melambaikan tangan. Anak sudah paham jika saatnya berpisah, maka lambaikan tangan.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Cukup dengan pembiasaan saja. Setiap kali akan berpisah, tunjukkan lambaian tangan dan katakan, "Daahh...." Tunjukkan secara jelas pada anak bagaimana telapak tangan membuka dan lalu ucapkan, "Daahh...," secara perlahan agar jelas terdengar oleh anak dan mudah ditirukannya. Anak juga dapat dibantu dengan mengangkatkan tangannya lalu melambaikannya. Tapi jangan dengan paksaan. Karena jika dipaksa, anak malah menolak dan semakin tidak mau melakukannya.

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Anak belum bisa melakukannya karena beberapa sebab, di antaranya:

- Merasa dipaksa
Solusi: Jadikan kegiatan ini sebagai suatu hal yang menyenangkan. Kalau anak tidak mau, jangan memaksanya. Cukup lakukan di hadapannya sebagai contoh sampai terjadi pembiasaan.

- Malu
Solusi: Lakukan bersama-sama sehingga anak tidak merasa "aneh sendiri" saat melakukannya.
- Ada hambatan pada otot tangan.
Solusi: Untuk yang terakhir ini, orangtua dapat membantu anak dengan mengajak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan motoriknya seperti mengelap kaca sambil bermain, mencuci mobil sambil bermain, membelai boneka (agar telapak tangannya membuka), dan sebagainya.

Tapi umumnya melambaikan tangan sambil mengatakan, "Daahh..." adalah kemampuan yang mudah dikuasai semua anak sehingga jarang sekali perlu perlakuan khusus untuk melatihnya.

2. MEMAHAMI PERINTAH SATU LANGKAH

Di usia ini anak sudah bisa memahami perintah satu langkah. Umpama, "Ambil bolanya," "Letakkan piringnya," "Minum susunya," dan perintah satu langkah lainnya.

* Bagaimana batita memahami perintah satu langkah ini?

Dengan semakin berkembangnya kemampuan komunikasi khususnya perkembangan bahasa, anak dapat melakukan komunikasi dua arah atau interaktif. Dengan demikian ia mampu memahami bahwa ada sesuatu yang harus ia lakukan di balik instruksi yang ia dengar. Ketika orangtua mengatakan, "Ambil bolanya," anak akan mengambil bola dan memberikannya kepada orangtua. Anak batita tanpa gangguan pendengaran atau gangguan perkembangan lainnya, seperti ADHD dan autisma selayaknya dapat mengikuti perintah tunggal tanpa kesulitan.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Dengan mengajaknya bermain bersama, ada banyak rangsangan berupa instruksi yang dapat diberikan kepada anak. Orangtua juga bisa berganti peran dengan anak sehingga dapat memberikan contoh bagaimana cara melaksanakan instruksi. Mengikutsertakan anak dalam aktivitas "sekolah" atau kelompok bermain juga bermanfaat untuk melatih kemampuan ini.

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Karena kemampuan ini terkait dengan kemampuan bahasa, maka orangtua harus terus memberikan stimulasi yang merangsang anak menambah database kosakatanya. Caranya dengan terus mengajaknya ngobrol, membacakan dongeng, mengajaknya bernyanyi, dan sebagainya. Sedangkan anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran, gangguan konsenstrasi, dan autisma harus segera mendapat intervensi berupa penanganan yang
komprehensif dari ahlinya.

3. PAHAM KEABADIAN OBJEK

Anak batita tahu bahwa kucing yang menghilang di balik pintu bukan benar-benar "lenyap" ditelan bumi, melainkan tetap ada meski tak terlihat lagi olehnya.

* Bagaimana batita memahami keabadian objek ini?

Menurut Piaget, di usia 8-12 bulan, anak sudah paham tentang object permanence, yaitu benda tak akan hilang meskipun hilang dari pandangan mata. Di usia ini anak mulai mengembangkan skema perilakunya yang terjadi melalui pengalaman yang dialaminya sendiri. Dengan mengeksplorasi dan mengamati, dia akan tahu bahwa benda itu masih ada. Tapi jika benda tersebut dipindahkan dari tempat persembunyiannya ke tempat kedua, anak masih terus akan mencari di tempat pertama. Kemampuan ini terus berkembang sampai anak bisa paham permainan petak umpet di usia selanjutnya.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Melalui permainan cilukba atau menyembunyikan suatu benda dengan saputangan, anak belajar keabadian objek. Tunjukkan pada anak begitu saputangan dibuka, ternyata bendanya masih ada.

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Bila tak ada gangguan khusus, pemahaman ini pasti bisa dikuasai anak dengan sendirinya. Jarang sekali perlu perlakuan khusus untuk melatihnya.

4. PAHAM BEBERAPA EKSPRESI EMOSI

Di usia batita, anak paham beberapa ekspresi emosi sederhana, seperti marah, sedih, senang, antusias, terkejut.

* Bagaimana batita memahami ekspresi emosi ini?

Pemahaman ini didapat sejalan dengan perkembangan sistem saraf otak, pengalaman emosi dalam kehidupannya, reaksi/respons emosi dari orang-orang terdekatnya.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Tunjukkan ekspresi emosi yang tepat untuk setiap kejadian dan sebutkan label emosinya. Misal, "Wow, Mama senang sekali karena kamu makan sampai habis!" Katakan ini dengan ekspresi muka berseri di hadapan anak. Bantu anak memahami perasaannya dengan menyebutkan label emosinya. Contoh, anak menangis karena mainannya rusak, orangtua bisa mengatakan, "Kamu sedih ya karena mainanmu rusak...."
Orangtua juga bisa menstimulasi kemampuan ini melalui bahasa gambar. Sediakan beberapa gambar yang menunjukkan ekspresi sedih, senang, marah, antusias, terkejut. Minta anak untuk memilih gambar yang sesuai dengan apa yang dirasakannya saat itu.

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Orangtua juga harus ekspresif terhadap emosinya sendiri, tapi tentu saja dengan ekspresi yang tepat dan tidak berlebihan. Orangtua juga harus jeli menangkap sinyal emosi anak lalu bantu ia memahami emosinya. Dengarkan keluhannya lalu identifikasikan emosi yang sedang ia rasakan dan beri masukan bagaimana reaksi/ekspresi yang tepat untuk emosi yang sedang ia rasakan.

5. MEMAHAMI ADA SESUATU DI DALAM

Anak tahu bahwa dalam lemarinya tersimpan pakaian-pakaiannya, di dalam boks mainan ada mainan-mainannya, di dalam kulkas ada makanan dan sebagainya.

* Bagaimana batita bisa memahami ada sesuatu dalam sesuatu?

Melalui pengalaman dan pengamatan sehari-hari, anak paham bahwa di dalam sesuatu mungkin ada sesuatu. Setiap hari ia melihat ibu atau pengasuhnya membuka kulkas lalu mengambil makanan dari dalamnya, atau membuka lemari dan mengambilkan pakaian untuknya. Itu semua membuatnya mengerti bahwa di dalam wadah tertutup ada ruang untuk menyimpan sesuatu.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Sambil membuka kulkas, orangtua bisa mengatakan, "Mama mau mengambil keju dari dalam kulkas, Adek mau?" Jelaskan dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak apa yang tengah dilakukan supaya ia lebih mudah mengerti. Bisa juga melalui latihan, umpamanya, "Ayo, Adek buka lemarinya, biar Mama ambilkan bajunya." Atau, "Yuk, kita masukkan mainan yang sudah selesai digunakan ini ke dalam boksnya."

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Ulang-ulang terus stimulasi di atas setiap ada kesempatan. Bisa juga saat membacakan dongeng, orangtua menjelaskan bahwa dalam sesuatu yang tertutup bisa jadi ada sesuatu yang tersimpan di dalamnya.

6. PAHAM FUNGSI SUATU BENDA

Batita paham beberapa fungsi benda, semisal sepatu untuk alas kaki, bantal untuk tidur, piring untuk makan dan sebagainya.

* Bagaimana batita bisa memahami fungsi suatu benda?

Semua benda yang bersinggungan atau digunakan dalam aktivitas sehari-harinya, seperti saat makan, mandi, tidur, bermain, satu per satu akan dipahami fungsinya. Hal ini terjadi melalui pengamatan, pembiasaan dan peniruan. Ia melihat sebelum pergi orangtuanya selalu mengenakan sepatu, ia jadi paham bahwa sepatu adalah alas kaki yang harus digunakannya untuk bepergian, begitu juga dengan benda-benda lainnya.

* Stimulasi apa yang bisa diberikan untuk melatih pemahaman ini?

Sambil mengenalkan benda yang digunakan sehari-hari, sebutkan fungsinya dan peragakan cara menggunakannya. Lakukan ini ketika anak mulai belajar bicara, sekaligus untuk menambah kosakatanya. Umpamanya waktu mandi, "Mana sabun mandinya? Oh, ini ya? Yuk, Mama sabuni dulu supaya badan Adek jadi bersih dan wangi."

* Bila anak belum bisa melakukannya, apa yang harus dilakukan orangtua?

Secara umum anak pasti akan memahami benda-benda yang digunakannya dalam keseharian. Lakukan terus stimulasi di atas bila anak belum juga paham.
Marfuah Panji Astuti. Ilustrasi Pugoeh/NAKITA

No comments:

Post a Comment