Ia mau makan bila sambil jalan-jalan, itu pun Cuma beberapa sendok setelah itu malah sering menyemburkan makanan. Butuh kesabaran, memang.
Sebenarnya tak semua anak balita suka makan sambil jalan-jalan, itu hanya karakter anaknya saja kok, komentar seorang ibu. Tiap anak kan punya karekter yangberbeda-beda, timpalnya lagi. Anak makan sambil jalan-jalan itu mencari suasana makan yang enak, misal sambil bmermain, melihat mobil, binatang ataupun bertemu teman. Bisa juga karena anak merasa ada yang melayani.
Ada beberapa sebab anak suka makan sambil jalan-jalan, salah satunya adalah karena orang tua tak mau repot alias kurang sabar. Orang tua kesal melihat anaknya duduk di kursi makan sembari mengemut makanan atau mengorak-arik makanannya. Akhirnya orang tua “menyerah” dengan mengambil keputusan, yo makan sambil jalan-jalan. Lalu sambil si anak jalan-jalan dan melihat pemandangan, clup, makanannya dimasukkan ke mulut. Hasilnya, anak mau makan dan lebih cepat makannya.
Bisa juga karena orangtua tak mau melihat meja berantakan, yang penting makan sambil jalan-jalan juga ndak apa-apa kok. Atau menyerahkan tugas menyuapi kepada pengasuh.
Kemungkinan lain adalah karena anak trauma. Biasanya terjadi akibat orang tua melakukan pemaksaan saat myuapi anak lantaran nggak sabaran, semisal, menjejalkan makanan ke mulut kecil sambil membentak “ayo makan!”
Kondisi ini lama-lamamembuat anak takut dan trauma, sehingga ia malas makan. Makan dianggapnya sebagai beban. Ujung-ujungnya, jika tiba waktu makan, ia pun akan berlari-larian, menghindari orang yang hendak menyuapinya. Kalau sudah begitu, orang tua akan berlari-lari juga mengejar si anak sambil membawa makanannya.
Pada hal kalau makannya dikejar-kejar, si anak juga akan merasa sebal. Apalagi kalau anak merasa belum lapar tapi orang tua terlalu ketat menerapkan jadwal makannya.
Terjadwal
Yang jelas, bila kebiasaan makan sambil jalan-jalan berlangsung menjadi rutinitas, orang tua sendiri yang akan repot. Lantas apa solusinya? Makan terjadwal, namun penerapannya jangan terlalu kakau. Kalau tidak, malah ia “mogok” makan.
Makan terjadwal akan membawa anak mengalami penyesuaian kapan perut harus diisi dan kapan tidak. Misal setiap pukul 12.00 ia terbiasa diberi makan, maka secara otomatis perutnya akan minta diisi. Ini pun merupakan salah satu bentuk pernerapan disiplin pada anak agar selalu teratur dalam melakukan kegiatan. Kalau disiplin ini sudah tertanam pada diri dan juga ritme tubuhnya, maka ketika jam makan tiba, ia tak akan menolah makanan yang diberikan. Sebaliknya, jika jam mmakannya “semaunya gue” maka tak jarang anak akan ogah-ogahan mengisi perutnya.
Fleksibel
Walaupun demikian jadwal makan haruslah bersifat fleksibel, jangan kaku. Jadwal makan yang kaku akan membuat anak tegang. Jika orang tua membentak, “ayo kamu mmakan, sudah jam segini, kok, masih main” bisa menyebabkan suasana makannya jadi tak menyenangkan, nantinya anak pun akan menganggap acara makan sebagai acara yang tak menyenangkan.
Selain itu, penjadwalan makan pun tergantung pada pola makan keluarga danpola kegiatan anak. Setiap anak pun memiliki aktifitas berbeda-beda. Misalnya, harus dilihat kapan sebaiknya pengaturan makan pagi, siang ataupun sore. Semuanya harus dipersiapkan sejak dini.
Kita harus menghargai individualitas anak. Setiap hari, masing-masing anak memiliki kegiatan yang berbeda-beda. Contohnya, jika anak tertidur disaat jam makan siangnya, sudah barang tentu kita tak perlu membangunkannya. Biarkan ia terlelap tidur ketika sudah bangun, barulah tawari makan.
Namun, fleksibilitas ini beda lo, dari ketidakteraturan. Bukan berarti pola makan si kecil jadi tak terjadwal, seperti makan siang hari ini jam 12.00, besok jam 13.00 dan besoknya lagi jam 14.00. wah kalau begitu sih, kacau. Jadi felksibilitas itu tak berarti setiap hari jadwal makannya bisa berubah.
Jadwal makan harus menentap selama beberapa bulan, tak boleh berbeda. Atau kalau harus diharuskan berbeda, perbedaannya mesti berkala. Misal, hari Selasa hingga Rabu makan siang jam 12.00 hari Kamis hingga Ahad makan siangnya jam 13.00. jadi anak pun bisa meneyesuaikan.
Dalam bahasa lain, jadwal makan yang luwes berarti ada kesempatan tawar-menawar bagi anak. Karena beberapa hal, bisa saja kan, anak mengubah jadwal makannya? Misal, anak masih asyik bermain pada saat jam makan malamnya tiba. Disitu, anak bisa saja melakukan penawaran agar jam makannya diundur beberapa menit. Jika waktunya tak terlalu lama, orang tua hendaknya mengijinkan.
Yang jelas fleksibilitas penting untuk pembentukan pola makan anak di masa depan. Anak akan tumbuh jadi orang yang mudah beradaptasi. NABILA/I/2004
No comments:
Post a Comment