Friday, March 12, 2010

MENGASAH KESABARAN MERAWAT ORANG TUA

“Repot yah merawat orangtua yang sudah sepuh. Apalagi ibuku rewel sekali, kayak anak kecil. Kayaknya aku nggak sanggup she menghadapinya.”

Keluh kesah itu sering kita dengar. Sikap orangtua yang dirasa superior oleh anak terkadang menempatkan anak dalam posisi serba salah saat merawat.

Kalau ditanya pada anak, pastinnya setiap anak mengaku bahwa cita-cita terbesar dalam dirinya tentu ingin membahagiakan orangtua. Namun komunikasi yang tidak imbang seringkali menyebabkan ungkapan kasihsayang itu tidak tersampaikan kepada satu anak. Sehingga merawat orangtua seringkali malah menjadi ketakutan terbesar dalam hidup.


Karena itu dibutuhkan strategi sendiri agar setiap anak dapat berbakti pada orangtua tanpa merasa terbebani.

Ingatlah surga Allah menunggu

Merawat orangtua sesungguhnya merupakan wujud kesempurnaan ibadah kita kepada Allah. Bahkan hal itu merupakan perintah Allah yang telah termaktub dalam
Al Isra (17) 23-24: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih saying dan ucapkanlah; wahai Tuhanku sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.

Tak hanya itu ingat pula betapa banyak kebaikan lain dalpat diperoleh dengan merawat orangtua, seperti umur panjang, rizki melimpah hingga ridha Allah.
Sabda Rasulullah saw; ridha orangtua terkait dengan ridha Allah, dan keridhaan itulah yang akan mengantarkan kit ke surga,” ungkap Abdul Hasib Hasan Lc. Dengan memahami dan meyakini dalam merawat orangtua bisa kita ubah menjadi hal menyenangkan untuk kita. Sebab setiap diri pastilah ingin memperoleh temlpat surgaNya.

Pahami kondisi psikologis orangtua

Namanya juga orangtua, yang lahirnya lebih dahulu karenanya pengalaman hidupnya pastilah lebih banyak maka ketika orangtua kerap tampil dengan gaya senioritas yang ‘ sok tahu’ ya yang paling aman, dengarkan saja dulu sebab, ingatlah, di mata mereka, betapapun kita merasa tua, kita hanylah ‘si bocah’ kemaren sore.

Orang tua juga cenderung lebih sensitive perasaannya sehongga mudah pula tersinggung wmosinya. Apalagibagi orangtua yang dulunya bekerja atau punya jabatan atau punya kekuasaan tertentu yang kini sedah tidak lagi diembannya. “Post power syndrome bisa memicu masalah juga. Karena dulunya dia biasa jadi bos, paling berpengaruh, kemudian ketika tua dengan fisik yang makin renta menjadi tidak berdaya. Begitu juga dari segi kekuasaan juga sudah nggak ada. Nah, orangtua macam ini sebenarnya juga sudah kesal dengan dirinya sendiri. Maka ketika dia mendapati bahwa orang-orang tidak memperhatikan dia. Atau dia merasa orang tidak saying sama dia, hal itu akan menambah rasa frustasi dia,” papar psikologi Rustika Thamrin.

Memahami kondisi dan karakter orangtua sebetulnya juga tidak terlalu susah. “Ketika bisa bertanya kepada orangtua, apa keinginannya, sharinglah. Tapi secara umum setelah sekian lama hidup bersama orangtua, lantas masih juga tidak paham, keterlaluan sekali,” jelas Abdul Hasib.

Pahami keinginannya

Sederhana saja sebenarnya. Orangtua itu ingin deperhatikan dan dihormati. Itu saja. Dan setiap anak pastinya semua juga anak ingin menghormati dan perhatian pada orangtuanya. Tapi, kenapa bisa tidak nyambung?
“Karena definisi menghormatinya beda.”
Jelas Rustika.

Katakanlah bagi si nenek yang namanya dihormati itu adalah segala katanya didengar, diiyakan dan dituruti. Masalahnya, anaknya penuh kesibukan, baik suami maupun istri, susu pun begitu. Sekolah, fullday pula.” Jadilah si orangtua ini merasa kesepian. Lantas merasa tidak diperhatikan, sampai akhirnya merasa tidak dihargai,m tidak dicintai, tidak disayangi,” kata isteri Adiwarman Karim ini lagi.

Perlu dipahami pula, kata Rustika, kedewasaan atau kematangan emosional tidak beriringan langsung dengan pertambahan usia. “Banyak variasi, ada orang yang usianya sudah 50 tahunan tapi masih selfish. Inginnya diservis orang terus, maunya orang memperhatikan dia. Jadi ketika orang-orang tidak menservis dia, mereka disingkirkan, mereka tidak diperhatikan.

Karena itu, sediakan selalu waktu untuk mau mendengar perkataan orangtrua. Karena mereka kadang hanya butuh diperhatikan dan didengarkan saja segala cerita dan uneg-unegnya.

Sarankan kesibukan

Tetapi bagi orang yang sejak muda sudah memahami this is life, pada waktunya mereka akan turun, mereka akan kekurangan, atau kehilangankekuasaan, mereka mudah menyadari bahwa orang-orang memang sibuk dan bukan berarti tidak care. Bagi mereka, ada kesibukan akan sangat membantu mengisi waktu yang lapang dan bisa kita sarankan atau kita support bila mereka punya ide yang baik, misalnya kesibukan di kebun, kesibukan membaca, mengaji atau memiliki perkumpulan untuk bersosialisasi dengan orang seumurnya.

Nenek atau kakek yang tidak bergaul akan semakin mudah merasa kesepian. Sementara dengan teman seumuran mereka bisa lakukan kegiatan banyak hal. Bahkan kalau sekedar ngobrol pun ceritanya akan nyambung,” kata Rustika seraya menambahkan, “kadang ada perkumpulan senam, tetapi entah kalau nenek-nenek sekarang sudah main friendster juga. Ada gak ya?

Imgat kebaikan orang tua

Kesadaran utnuk merawat orangtua juga akan muncul dan ingat bila kita kerap membayangkan proses keberadaan kita dimuka bumi ini. Mulai dari 0 tahun, ketika kita masih menjadi cikal bakal bayi, ketika ibu kita menderita karenangidamnya, beratnya mengandung kita selama 9 bulan, betapa besar perhatiannya pada kita sebagai bayi di kandungan, sampai ketika melahirkan betapa seorang ibu mempertaruhkan nyawanya, betapa besar biaya yang dikeluarkan, hingga akhirnya membesarkan dan merawat kita, orangtua telah begitu banyak memberikan perjuangan dan pengorbanan untuk kita.

Mulai dari bayi hingga beranjak dewsa kita selalu berada dalam pengasuhan orangtua. Dengan terus mengingat hal tiu akan muncul kesadaran dalam diri, betapa kita tidak bisa membayar semua jerih payah orangtua.” Jadi walaupun perlakuan orangtua dirasa tidak ideal, tetapi tetap saja jasa kedua orangtua itu luar biasa,” ungkap Abdul Hasib.

Sadari kita akan menjadi tua pula

Motivasi lain yang visa mendorong kita untuk sabar merawat orngtua adalah dengan mengingat bahwa kelak kita pun akan menjadi tua. Akan menjadi orangtua yang bagaimana kah kita. “satu hal yang perlu diingat adalah apa yang dilakukan si anak terhadap ibunya, akan dilihat oleh anaknya lagi. Jadi si cucu akan melihat bagaimana ibunya memperlakukan nenek, “ kata Rustika.

Kita dapat merenungi kalau kita berbuat tidak baik kepada orangtua yang telah mengasuh kita, otomatis perlakukan anak-anak kita terhadap kita kelak akan sama. Karena kita telah memberikan contoh itu.

Selain tiu ada kata hati, moral judgment,” tambah psikologi ibu dan anak di Brawijaya Women and children Hospital. Jika kita orang yang terbiasa menggunakan emosional quotion tentu kepekaan moral ini akan tumbuh dengan sendirinya kepada orang lain apalagi kepada orangtua.

Senada dengan Rustika, Abdul Hasib pun menyampaikan hal yang sama “ seseorang punya persepsi bisa jadi ditanamkan oleh orangtuanya, bagaimana kewajiban berbuat baik kepada orangtua sehingga ketika dia berkeluarga pun dia membangun persepsi yang sama. Ketika dia punya anak pun, ditanamkan persepsi yang sama. Sehingga nggak akan terjadi perbedaan pandangan tentang hal itu. Persepsi inilah yang mengkristal jadi keyakinan dan mempengaruhi kata hati kita. Kata hati ini yang kemudian mendorong sikap dan perilaku kita.

Ekstra kesabaran

Sudah barang tentu diperlukan kesabaran ekstra untuk merawat orangtua. “ Kalau kita melihat ke belakang, toh hal yang sama juga dilakukan oleh orangtua kita. Bagaimana mereka merawat kita dengan penuh kesabaran. Kesabaran itu telah terbentuk selama bertahun-tahun, bahkan mereka sampai mengutamakan untuk kehidupan anak, keselamatannya. Nah, dengan sikap positip yang begitu besar, maka dalam Al Quran dikatakan haljaza ul ihsan ilal ihsan, bahwa perbuatan yang baik harus dibalas juga dengan kebaikan. Jadi memperlakukan orangtua yang dulu telah bersabar pada kita dengan baik, tentulah dengan kesabaran juga,” kata Abdul Hisab. (ummi no. 10/xx feb 2009)


No comments:

Post a Comment