Bagi anak balita, bermain adalah pekerjaannya. Tidak berlebihan kita menyebutnya dunia anak adalah dunia bermain. Bagaimana anak bermain sambil belajar sehingga dapat mengembangkan aspek dalam dirinya.
Bermain adlah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Apa pun yang ia lakukan bisa dikatakan bermain. Misalnya saja membantu ibu memotong sayur didapur, karena dilakukan dengan senang dan atas inisiatif anak maka pekerjaannya itu baginya dinamakan bermain.
Oleh karenanya bermain dapat dikatakan sebagai kagiatan inklusif dan inheren, yaitu muncul atas motivasi dari dalam diri dan tak perlu diajarkan lagi. Memang sejak bayi sudah ada kebutuhan bermain. Namun demikian suatu kegiatan baru dikatakan bermain bila dilakukan setelah usia 3 bulan. Sebelum usia 3 bulan, kegiatannya lebih banyak menggambarkan refleksnya.
Ada beberapa manfaat bermain :
1. Fisik – Motorik. Anak akan terlatih motorik kasar halusnya. Dengan bergerak, ia akan memiliki otot-otot tubuh yang berbentuk secara baik dan lebih sehat
2. Sosial – Emosional. Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Ditahun-tahun pertama kehidupan, orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang dan ada kedekatan dengan orang tua, selain belajar komunikasi dua arah.
3. Kognisi. Anak belajar mengenal atau punya pengalaman mengenai objek-objek tetentu seperti : benda dengan permukaan halus-kasar, rasa asam, manis, dan asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata, bahasa, dan komunikasi timbale balik. Makin usia bertambah, ia pun tertarik memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian, dan mengamati, misal ketika di perlihatkan buku-buku bergambar.
Bermain sambil belajar bisa dilkukan dengan melalui aktivitas :
1. Fisik. Maksudnya merangkak, berjalan, berayun, atau ciluk ba. Dalam merangkan misalnya selain melatih motorik kasarnya juga mengaktifkan otak kanan dan kirinya. Jadi, saat anak merangkak kita bisa menemaninya semisal ‘berlomba’ sampai tujuan tertentu. Demikian pula ketika ia mulai belajar mrambat, kita tirukan dan ajak ia ‘berlomba’. Hingga ia terdorong melatih motorik kasarnya, selain juga mendekatkan hubungan dengan ayah dan ibunya.
2. Memanfaatkan benda-benda yang ada di rumah. Anak yang bereksplorasi dengan barang-barang rumah tangga, belajar memutar atau memasukkan wadah dengan tutupnya, atu bermain dengan cermin dan lainnya.
3. Menggunakan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif adalah alat yang sengaja dirancang untuk tujuan tertentu dengan syarat:
• Dapat digunakan dengan berbagai cara atau dapat dibuat dalam bebagai bentuk dengan manfaat dan tujuan yang banyak. Misal, mainan balok-balok atau meronce, yang bisa disusun sesuai kehendak, apakah diurutkan dari yang besar ke yang kecil ataukah berdasarkan warna atau bentuk tertentu. Selain melatih motorik halus, juga pengenalan warna , bentuk dan ukuran. Lilin mainan juga termasuk mainan edukatif karena bisa mendorong imajinasi anak dan melatih jari jemarinya, meski sebelumnya kita harus memberi contoh bagaimana menggunakannya. Kalau tidak anak tidak tahu mau didapatkan karena permaina ini tak terstruktur.
• Ditujukan untuk anak usia diatas 1,5 tahun dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan, baik fisik,m emosional, atensi, serta kognitif, entah berupa daya nalar, bahasa, konsep dasar,m warna, bentuk danlainnya. Anak usia 10 bulan juga sudah bisa dikenalkan dengan pussle tungal, dekenalkan pada warna dan binatang.
• Aman bagi anak, baik dari cat, warna sera bahan dasarnya yang rapi atau tak tajam. Jadim perhatikan kalau-kalau catnya mudah terkelupas atau permukaannya runcing.
• Membuat anak terlibat secara aktif atau melakukan sesuatu. Sifatnya konstruktif. Jadi ada sesuatu yang dihasilkan dari apa yang ia buat, misalnya bermain lego, balok atau menggambar.
Jika alat permainan alat permainan edukatif tidak bisa terbeli karena keterbatasan ekonomis, kita bisa berkreasi dengan membuatnya dan bahan-bahan yang ada di sekitar rumah.
Asalkan kita kreatif sebenarnya mainan tak perlu mahal, tapi bisa buat sendiri. Misal, untuk melatih indera pendengaran, isilah botol bekas dari bahan kaleng dengan suatu agar berbunyi kaetika dikocok. Untuk mengenalkan warna, bisa diambil dari berbagai jenis bunga atau buah. Selamat mencoba! (dari berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment