Mewujudkan kualitas hidup yang baik di usia lanjut memang tidak mudah tanpa di dukung usaha sejak dini di usia muda.Saat ini kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya prevalensi penyakit degeneratif seperti jantung, kankerm kencing manis, rematik yang dirasakan sampai di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hisup yang justru merangsnag tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang merusak tubuh kita. Kondisi ini mendorong para peneliti baik ahli gizi maupun dokter menggali teori dasar radikal bebas serta mencari bagaimana cara mengendalikan produksi radikal bebas pada tubuh kita. Penelitiandi bidang gizi ortomolekuler pada tingkat sel membuktikan antioksidan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negative radikal bebas. Ternyata, gangguan atau ketidak mampuan system antioksidan tubuh inilah yang menyebabkan berbagai macam penyakit degeneratif.
Apa itu radikal bebas?
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang bersifat sangat tidak stabil (mempunyai satu electron atau lebih yang tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. Senyawa radikal bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis.
Karena secara kimia molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah biang keladi berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati dan proses penuaan dini juga ikut berperan.
Sebenarnya reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka merupakan awal dari kerusakan sel yang antara lain :
Kerusakan DNA (deoxy nucleic acid) pada inti sel
Senyawa radikal bebas merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan DNA di samping penyebab lain seperti virus, radiasi, dan zat kimia karsinogen. Bila kerusakan tidak terlalu parah, masih dapat diperbaiki oleh system perbakan DNA. Namun, bila sudah menyebabkan rantai DNA putus di berbagai tempat kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga pembelahan sel akan terganggu. Bahkan terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit kanker.
Kerusakan membran sel
Komponen terpenting membrane sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap serangan radikal bebas. Kalau ini terserang struktur dan fungsi membrane akan berubah yang dalam keadaan ekstrim akhirnya mematikan sel-sel pada jaringan tubuh.
Kerusakan protein
Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas ini termasuk oksidasi protein yang mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan katarak.
Kerusakan lipid peroksida
Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antar zat gizi tersebut dengan radikal bebas akan menghasilakan peroksida yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel yang dianggap salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemerosotan fungsi tubuh).
Proses ketuaan
Umumnya semua sel jaringan organ dapat menangkal serangan radikal bebas karena di dalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang mampu melawan. Namun karena manusia secara alami mengalami degradasi seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri otomatis pemusnahannya tidak pernah mencapai 100% meski secara teori dapat dipunahkan oleh berbagai antioksidan. Belum lagi adanya rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan sekitar. Karena itu, secara perlahan-lahan tapi pasti, terjadi kerusakan jaringan oleh radikal bebas yang tidak terpunahkan.
Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya ketuaan, seperti kehilangan elastisitasnya jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak keriput, terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel. Yang ingin awet muda tentu perlu banyak mengkonsumsi zat gizi yang meminimalkan efek radikal bebas ini.
Dapat menimbulkan autoimun
Dalam keadaan normal, antibody hanya terbentuk bila ada antigen yang masuk dalam tubuh, autoimun adalah terbentuknya antibody terhadap suatu sel tubuh biasa dan hal ini dapat merusak jaringan tubuh dan sangat berbahaya.
Antioksidan pelindung kesehatan
Tanpa disadari dalam tubuh kita secara terus-menerus terbentuk radikal bebas melalui peristiwa metabolisme sel normal, peradangan, kekurangan gizi dan akibat respons terhadap pengaruh dari luar tubuh: polusi lingkungan, ultraviolet, asap rokok dll.
Sebab itu tubuh kita memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan meredam dampak negative senyawa ini.
System antioksidan tubuh sebagai mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas, secara alami telah ada dalam tubuh kita. Dari awal terbentuknya, antioksidan ini dibedakan menjadi dua yakni intraseluler (didalam sel) dan ekstraseluler (diluar sel) ataupun dari makanan. Dari sini antioksidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yakni :
Antioksidan primer
Anti oksidan primer ini bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negative ny, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun bekerjanya membutuhkan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng, dan tembaga. Selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Jadi, jika ingin menghambat gejala dan penyakit degenaratif, mineral-mineral tersebut hendaknya tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Antioksidan sekunder
Antioksidan ini berfungsi mengkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder : vitamin E, vitamin C, beta karoten.
Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas, contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya wnzim-enzim perbaikan DNA ini berguna untuk mencegah penyakit kanker, misalnya.
Hasil berbagai penelitian dengan menggunakan hewan percobaan telah mendukung teori bahwa mengkonsumsi antioksidan yang memadai dapat mengurangi terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, kardiovaskuler, katarak sera penyakit degeneratif lain.
Anggur merah vs jantung koroner
Lebih dari 200 penelitian secara eoidemiologi menyatakan, diet makanan yang mengandung beta karoten dapat menurunkan risiko penyakit kanker. Beta karoten konon mampu mencegah kerusakan sel normal dari sel ganas dengan cara meningkatkan keutuhan sel-sel normal dan mengusahakan agar sel-sel kanker tersebut bertindak sebagai sel normal.
Vitamin C juga berperan dalam menurunkanrisiko kanker saluran pencernaan. Dikatakan pula adanya hubungan antara asupan vitamin E yang rendah dan risiko kanker payudara, paru-paru tenggorokan, dan mulut.
Beberapa studi mengungkapkan peranan antioksidan untuk mencegah penyakit jantung. Oksidasi LDL (low density lipoprotein) menyebabkan kerusakan dinding pembuluh arteri yanmg berarti proses awal dari ateroklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).
Pertahanan antioksidan secara alami dalam LDL kolesterol dengan jumlah yang cukup dapat melindungi LDL dari proses oksidasi tapi masih dipertanyakan apakah perlindungan ini terjamin pada setiap orang. Antioksidan alam terbanyak dalam LDL adalah vitamin E. sehingga penambahan vitamin E dalam LDL serta meningkatkan perlindungan terhadap proses oksidasi. Beta karoten mrupakan antioksidasi yang cukup kuat yang secara teoritis juga dapat melindungi oksidasi LDL.
Anngur merah telahterbukti dapat mencegah penyakit jantung koroner karena kandungan flavonoidnya. Sebagai contoh, Prancis, dibandingkan Negara Eropa lain atau Amerika, jumlah penderita PJK-nya lebih kecil (dikenal dengan istilah the French paradox) karena suka sekali minuman anggur merah. Padahal konsumsi lemak mereka lebih besar, lebih banyak merokok dan kurang bergerak. Anggur merah memang mempunyai kandungan senyawa fenol lebih tinggi daripada anggur putih. Fenol ini mempunayi efek kardioprotektif (flavonoid) yakni antioksidan yang sangat kuat. Ia dapat mencegah oksidasi LDL 20x lebih kuat daripada vitamin E.
Senyawa flavonoid ini telah terbukti secara in vitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai anti oksidan, menghambat penggumpalan keeping-keping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan (relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker.
Sayangnya, flavonoid pada anggur dan sayuran bentuknya kompleks sehingga sangat sulit dicerna dan diserap. Sedangkan pada saat fermentasi anggur merah, kompleksitas ini terurai sehingga mudah diserap tubuh. Ditambah lagi adanya alcohol 10%. Dalam membuat kandungan flavonoid stabil. Berdasarkan penelitian paparan senyawa radikal bebas, sinar ultraviolet, dan asap rokok dapat menyebabkan oksidasi protein pada lensa mata sehingga lama kelamaan menimbulkan katrak. Penelitian epidemiologi menyatakan katarak meningkat di Negara-negara yang tinggi kebiasaan merokok serta paparan sinar mataharinya.
Asupan vitaminC dan E yang rendah pada diet makanan disertai kadar vitamin C yang rendah dalam darah, akan mempermudah seseorang terkena katarak (kekruhan lensa mata). Apalagi ditambah dengankebiasaan merokok.
Yang alami dan sintetis
Dua jenis antioksidan yang digunakan dalam produk pangan adalah antioksidan alami dan sintetis. Vitamin E adlah antioksidan alami paling terkenal danterdapat dalam jumlah yang cukup dalam seluruh minyak nabati. Antioksidan alami lain yakni sesamol dan gosipol, terdapat dalam minyak wijen dan minyak biji kapas., pala dan paprika juga mengandung senyawa dengan aktivitas sebegai antioksidan. Penambahan rempah-rempah ke dalam masakan secara tidak disengaja juga menambah antioksidan didalamnya.
Sedangkan jenis antioksidan sintetis yang pada umumnya digunakan dalam produk pangan a.l BHA (butylated hidrocyanisole), BHT (butylated hydroxytoluen), PG ( propel galat) dan TBHQ (tert-butylhydoxynisole). BHA dan BHT sangat efektif untuk lemak hewan, sedangkan PG selain untuk lemak hewan juga baik untuk minyak nabati walaupun senyawa ini menimbulkan perubahan warna jika terdapat besi dan air. Kecenderungan perubahanwarna dalam penggunaan PG tidak dialami pada TBHQ. Senyawa ini mempunyai kelarutan yang lebih baiksertastabil pada suhu tinggi dansedikit menguap dibandingkan dengan BHA dan BHT. Saat ini masih banyak Negara yang tidak mengizinkan penggunaan BHA dan BHT ini. Karenapada percobaan binatang, pemberian dalam dosis tinggi dua senyawa menimbulkan efek teratigenik pada tikus.
Sumber Vitamin Antioksidansi
Vitamin | Sumber makanan |
Vitamin E | Minyak sayur, biji gandum, sayuran,buah-buahan, daging ikan. |
Vitamin C | Buah-buahan : jeruk lemon, stroberi, melon dan Sayuran : tomat, sayuran berdaun hijau, brokoli dan kembang kol |
Carotenoid Beta karoten | Sayuran hijau-oranye dan buah-buahan, sayuran hijau |
Alva karoten | Wortel |
Likopen | Tomat |
Lutein | Sayuran berdaun hijau tua |
Zeaxantin | Brokoli |
Beta kriptoxantin | Jeruk lemon |
Sumber : antioxidant vitamins newsletter, Nos 1 dan 2 AR Mangelset al. carotenoid content of fruits and vegetables : an evaluation of analytic data. J Am Diet Assoc 1993;93:284-296.
Kasiat tempe dan ikan laut
Selain berbentuk zat gizi seperti bitamin C dan D, antioksidan dapat pula berupa zat non-gizi seperti pigmen (karoten, likopen, flavonoid, klorofil) dan enzim (glutation peroksida,koenzim, Q-10 atau ubiquinon). Karoten banyak pada wortel, ubi rambat, semangka, bayam, kangkung, jeruk. Likopen pada tomat. Flavonoid pada wortel, jeruk brokoli, kol, mentimun, bayam, tomat merica dan terung. Bila konsumsi mineral seperti seng, selemnium, tembaga, vitamin E dan C serta beta karoten berupa pil, kapsul, dll hanya diberikan bila makanan berantioksidannya belum memnuhi angka kebutuhan gizi yang dianjurkan.
Dalam makanan sehari-hari antioksidan banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Sedangkan temped an ikan laut dapat memusnahkan atau meminimalkan pembentukan radikal bebas.
Selama lebih dari sengah abad antioksidan telah dimanfaatkandalam pengolahan pangan untuk menhambat kerusakan makanan. Biasanya antioksidan ini ditambahkan pada makanan yang mengandung lemak atau minyak, buah segar atau sayuran agar tidak cepat rusak. Senyawa ini juga dapat untuk mencegah perubahan warna dan rasa yang disebabkan oksigen di udara (pada apel, pisang yang mengandung enzim tertentu).
Selain pada bahan makanan , antioksidan sperti vitamin E juga sebagai suplemen diet untuk mengatasi proses oksidasi dalam tubuh. Belakangan malah antioksidan digunakan dalam produk kosmetik.
Sumber :INTRISARI (kumpulan kesehatan)
No comments:
Post a Comment