Friday, January 28, 2011
NARCISSISTIC
NARCISSISTIC, MERASA DIRI PALING SUPER
BANYAK HINGGAPI MASYARAKAT URBAN
Banyak orang menderita narcisisstic, sayangnya mereka tidak menyadarinya. Penderita gangguan ini tidak mau dikritik dan malu sekali jika kekurangannya diketahui banyak orang. Bila harapannya tidak segera terpenuhi penderita bisa depresi berat, bahkan sampai bunuh diri. Segeralah berkonsultasi ke psikolog atau psikiater bila mengalami gejala seperti itu agar masalahnya segera teratasi dengan baik.
Wajar saja jika setiap orang terkadang merasa hebat. Namun hal itu akan menjadi masalah besar jika seseorang tidak dapat menerima kelemahannya danmalah merendah kan orang lain. Jika ada orang seperti itu maka dia disebut narsis. Dampaknya selain sangat mengganggu orang lain juga orang itu sendiri.
Gangguan kepribadian ini sudah ditemukan oleh Sigmund Freud pada 1914 dan ditulis dalam bukunya On Narcisissm, namun baru masuk kategori sakit jiwa dalan DSM (Diagnostic Statistic Manual) pada 1980. Freud menggunakan istilah narcisisstic karena dahulu ada sebuah legenda Yunani kuno tentang laki-lakiYunani bernama Narcissus yang emncintai bayangannya sendiri. Setiap hari dia memandagi dan mengagumi bayangan wajahnya di danau. Gangguan kepribadian ini dianggap sebagai masalah rasa cinta diri yang berlebihan.
INGIN DIANGGAP ORANG PENTING
Menurut psikolog Lily H. Setiono, narcisisstic merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan perilaku egois ingin dikagumi dan dianggap penting oleh orang lain.
Penderita juga selalu membesar-besarkan atribut dalan dirinya, misalnya kekayaan, kecantikan, jabatan, kepandaian, dan prestasi yang dicapai. Namun penderita sangat takut untuk dikritik karena tidak ingin kejelekannya diketahui banyak orang. Biasanya penderita menutupi kekurangannya sangat rapat. Ia akan marah besar terhadap orang yang berusaha mengorek kekurangannya.
Untuk menutupi kekurangan, penderita membentuk citra lain dalam dirinya. Sehingga ke mana pun ia pergi selalu membawa ‘topeng’ untuk menutupi kekurangannya. Jadi penderita ini lebih mementingkan citra yang dibentuknya sendiri daripada mencintai diri sendiri. Aneh memang, sebab ia mengagungkan sesuatu yang tidak real.
Citra diri yagn dimaksud misalnya mencitrakan dirinya sebagai orang kaya. Karenanya penderita bersikap layaknya orang kaya. Karenanya penderita bersikap layaknya orang kaya dan hanya mau bergaul dengan kalangan kaya. Padahal sesungguhnya ia bukanlah orang yang memiliki banyak harta dan sehebat yang dia pikirkan. “Gangguan ini memang rumit, sebab pendrita umumnya tidak menyadari dirinya sedang sakit,” jelasnya. Narcisisstic dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak.
BERBAGAI PENYEBAB
Gangguan ini tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan terbentuk sejak kecil. Orang tua memegang peranan penting atas terbentuknya kepribadian ini. “Jika anak tumbuh kembang dalam keluarga yang memuja kecantikan, kekuasaan dan materi, maka setelah dewasa hanya hal-hal seperti itu yang menjadi orientasinya. Bisa jadi orang itu akan menderita narcisisstic,” jelas Lily.
Linkungan sekitar juga sangat menentukan. Hal ini terjadi sebab anak akan tumbuh dan berkembang tidak hanya dalam ruang lingkup keluarga, melainkan juga di lingkungan sekitar. Lingkungan yang paling berpengaruh ialah pergaulan anak. Pergaulan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku anak. Ketika anak sering bergaul dengan temannya yang selalu membanggakan materi, maka anak itu besar kemungkinan akan seperti itu juga.
Faktor lain yang juga mempengaruhi ialah perkembangan jaman. “Saat ini banyak film televisi masuk akal dan selalu menonjolkan kehidupan yang seba gemerlapan. Jika anak sering nonton film seperti itu, bisa jadi akan menirunya dan lama kelamaan bisa mempengaruhi perilakunya,” jelasnya.
MUDAH TERSINGGUNG
Penderita narcissitic mudah tersinggung. Karenanya sering mengeluarkan kata-kata kasar danmenyakitkan lawan bicaranya. Bila perasaanya tersinggung sangat mudah menlakukan tindakan agresif tanpa merasa bersalah sedikitpun. Menendang, menampar, memukul menggunakan benda, atau menginjak-injak orang yang dianggap lawan. Itulah bentuk agrsivitas penderita gangguan itu.
Selama melakukan kekerasan, ia tidak mampu menyadari dampak yang bakal terjadi atas tindakannya itu. Apakah orang lain akan kesakitan atau tidak, sama sekali tidak ia pikirkan.
Kalau masih ringan, pendrita gangguan tersebut hanya sampai takut dikritik dan disalahkan. Namun jika sudah berat bisa sampai antisosial.
Sedangkan jika tidak mendapatkan apa yang dinginkan bisa jadi akan menderita depresi berat. Depresi itu bisa terjadi pula manakala kejelekannya diketahui orang lain.
Bila menderita di menderita tidak lagi memiliki gairah hidup. Berhari- hari bisa mengurung diri dalam kamar dan malas melakukan aktivitas seperti biasanya. Bila tidak segera menemukan jalan keluar, penderita bisa-bisa mencari pelarian ke jalan yang salah, bahkan sampai melakukan bunuh diri.
Menghadapi orang dengan gangguan kepribadian seperti ini memang dibutuhkan kesabaran ekstra karena ia menyakal memiliki masalah. Dia harus selalu disadarkan utnuk melihat bahwa citra diri itu bukanlah segala-galanya dan kenyataan bahwa tidak ada manusia sempurna.
KONSELING DAN INTERVENSI OBAT
Sementara menurut psikiater Dashriati, SpKJ, gangguan kepribadian narcisisstic dapat menimbulkan stres berat, keinginan mempertahan diri berlebihan dan iri hati terhadap orang lain. Hal ini terjadi karena penderita melakukan hal yang sangat tidak disukai orang lain tentang dirinya. Hal itu menyebabkan penderita sulit bergaul, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Jika penderita menyadari adanya gangguan itu sebaiknya segera melakukan konsultasi ke psikolog atau psikiater. Bila gangguannya masih ringan, penanganannya cukup dengan konseling secara rutin. Namun bila sudah berat sehingga menimbulkan sepresi atau ancaman fisik harus diintervensi dengan obat. “Misalnya dia depresi berat maka akan diberikan obat antidepresi karena neurotransmiter di otaknya harus diseimbangkan,” kata dr Dashrianti.
Kerabat dekat harus membawa penderita berobat, sebab ia tidak menyadari kalau dirinya mengalami gangguan. Penderita merasa normal-normal saja sekalipun tindakannya sering merugikan orang lain.
Menurut dr. Dashrianti, penderita seperti ini biasanya datang berobat tidak semata-mata murni karena gangguan ini, tetapi sudah ada komplikasilain, seperti depresi.
Beberapa lama pengobatan terhadap penderita ini, tidak bisa ditentukan dengan pasti. Itu semua tergantung derajat keparahannya. Jika masih ringan tentu cepat disembuhkan, demikian sebaliknya.
“Jika orang yang depresi tersebut sudah mengatakan ingin mati, maka perawatan khusus. Sebab bisa jadi penderita benar-benar akan merealisasikan keinginan itu. Dengan jadwalkonseling yang rutin danpemberian obat yang tepat mudah-mudahanpenderita segera sembuh,” jelas dr Dahrianti. KARTINI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment