Friday, January 28, 2011

BAHAN PENGAWET



SEHAT KONSUMSI BAHAN PENGAWET



Makanan kemasan priaktis dan siap saji gampang dinikmati. Namun makanan instant ini tak bisa lepas dari bahan pengawet. Amankah? Simak lebih lanjut!



Dengan kesibukan bekerja dan bermain dengan teman-teman, Vita 24 tahun, kerap tak punya waktu untuk memasak sendiri di apartemennya. Akibatnya, Vita pun berpaling pada solusi yang dirasa paling cepat dan praktis: membeli bahan makan siap saji! Alhasil, lemari makananya pun dipenuhi dengan makanan seperti tuna kaleng, kornet kaleng, mi kering, paket dan makanan instant lainnya.





Namun pertanyaannya, “Aman tidak, sih, makanan berbahan pengawet ini?” mari baca ulasan berikut ini oleh Dra. Aziza Nuraini, MM. Direktur Surveilens dan Penyuluhan Keamanan Pangan dan Badan POM Indonesia.



AWASI BAHAN DAN DOSISNYA



Bahan makanan segar yang bisa langsung dikonsumsi setelah dimasak memang tak perlu bahan pengawet. Tapi hal ini tak berlaku jika bahan makanan tersebut harus didistribusikan. Bahan pengawet ditambahkan agar bahan makanan tersebut bisa tahan disimpan dalam jangka waktu tertentu. Dalam industri makanan, berbagai bahan pengawet dimanfaatkan tergantung dari jenis makanan dan cara pengemasannya. Sisi baiknya, kemasan pun jadi lebih praktis, anda tak akan repot menyiapkan berbagai bumbu untuk mengolahbahan makanan, dan salah satu yang penting, makan dalam kemasan bisa tahan disimpan. Masalahnya, sehatkah mengonsumsi jenis makanan seperti ini?



Pertanyaan yang bagus! “Sebenarnya, anda tak perlukhawatir terhadap keamanan pangan dalam kemasan berbahan pengawet. Yang penting, perhatikan apakah zat dan dosisnya tepat,” ujar ahli dari Badan POM. Badan resmi pemerintah ini sudah melakukan pengawasan terhadap bahan pengawet yang dianggap aman dipakai dalam makanan.



Meskipun pengawasan ketat sudah dilakukan, tak bisa dihindari, pelanggaran pun masih kerap terjadi. Misalnya penggunaan dosis bahan pengawetlegal secara berlebihan. Untuk kasus yang ini tentu ada efeknya bagi kesehatan dalam penggunaan jangka panjang. Walaupun demikian ini mudah dideteksi karena makanan jadi berasa tidak enak, seperti pahit dan sepat. Kasus lain yan glebih parah adalah produsen yang menggunakan zat-zat kimia berbahaya yang dilarang oleh Departemen Kesehatan maupun Badan POM untuk pangan, contohnya, formalin. Sekecil apapun dosisnya, formalin berisiko menganggu kesehatan manusia.



Saat membeli makanan instam di supermarket, anda disarankan untuk memastikan kalau kemasan ditandai dengan nomor registrasi dan Badan POM. Produk yang tak punya nomor registrasi bisa dipastikan merupakan produk illegal dan belum diperksa keamanannya. Selain itu, jangan lupa melihat tanggal kadaluarsa yang tercantum sambil menyempatkan diri untuk lihat zat-zat apa saja yang terkadung di dalamnya.



JELI DALAM BERBELANJA.



Bagi anda yang masih senang berbelanja di pasar tradisional, hati-hati dalam memilih makanan. Banyak kasus bahan pangan yang diawetkan dengan zat kimia berbahaya untuk pangan yang tak mendapat izin dari Departemen Kesehatan. Contohnya, mi basah.



Normalnya, mi basah diawetkan dengan cara direbus lalu dimasukkan ke dalam kemasan yang bersih. Namun, umurnya tak akan panjang, terlebih jika tak dimasukkan ke dalam lemari es. Hingga kini, masih banyak pedagang di pasar yang belum memiliki lemari es. Akibatnya, jika tak laku, mi tersebut harus dibuang. Hal ini juga berlaku bagi daging ayam, ikan asin, tahu, dan bahan pangan lainnya. “Banyak pedagang yang tertangkap basah menambahkan formalinsebagai bahan pengawet agar pangan yang mereka jual bisa bertahan lama,” ujarnya.



Oleh sebab itu, anda pun harus jeli dalam memilih barang. “Jika makanan yang dijual itu terlihat keras, tak cepat hancur, terlalu kenyal dan segar, anda justru harus berhati-hati. Ada kemungkinan pangan tersebut diberi zat kimia yang berbahaya untuk penagn dan kesehatan anda,” jelasnya.



TANPA BAHAN PENGAWET



Ditengah maraknya makanan dengan bahan pengawet, sesekali anda bisa menemui beberapa bahan pangan ataupun minuman yang dicap dengan label “Tanpa bahan pengawet”, terutama di beberapa produk minuman.



Seringkali, orang mengira makanan tanpa bahan pengawet tersebut lebih dibandingkan dengan panga yang diberi bahan pengawet. Padahal, tingkat keamanannya sama saja. Sebenarnya produk yang berlabelkan tanpa bahan pengawet tersebut juga melaluiproses pengawetan. “Namun prosesnya berbeda, yaitu dengan melakukan proses pateurisasi atau teknologi iltra high temperature,” katanya. Konsekuensinya karena teknologi ini termsuk tinggim, maka harga produknya pun jadi lebih mahal. “produk-produk tanpa bahan pengawet ini tak punya efek samping bagi orang yang mengonsumsinya, asalkan proses sterilisasinya tepat,” lanjutnya. Biasanya produk-produk ini bisa aman untuk disimpan dalam jangka waktu satu tahun jika tak dibuka. “Tetapi kalau kemasannya sudah dibuka, minuman ataupun makan tersebut harus dimasukkan ke dalam lemari es dan bisa bertahan paling lama seminggu,” jelasnya.



DOSIS AMAN BAHAN PANGAN TAMBAHAN

Lihat dosis dari beberapa bahan pengawet yang terdapat makanan yang anda beli

NO

NAMA BAHAN PANGAN

JENIS/BAHAN MAKANAN

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN

1.

Asam Benzoat

  1. Kecap
  2. Minuman ringan
  3. Saus Tomat

600 mg/kg

600 mg/kg

1 g/kg

2.

Asam Propionat

Roti

2g/kg

3.

Belerang Dioksida

  1. Gula Pasir
  2. Vinegar
  3. Sirop

70 mg/kg

70 mg/kg

70 mg/kg

4.

Kalium Benzoat

Anggur, anggur buah dan minuman beralkohol

200 mg/kg

5.

Nisin

Sediaan keju olahan

12/5 mg/kg



Sumber : cosmopolitan

No comments:

Post a Comment