Friday, May 6, 2011

HIV /AIDS



LINDUNGI DIRI DARI HIV/AIDS

Umat diimbau mengedepankan prinsip dan etika moral dalam pergaulan.
Hari AIDS se-dunia telah diperingati pada 1 Desember lalu. Umat manusia di seantero jagad diingatkan untuk mewaspadai penyakit HIV/AIDS, yang belum ada obatnya itu. HIV/AIDS terus engancam umat manusia. Penyakit ini telah menyebabkan 25 juta penduduk bumi meninggal.


Kini, lebih dari 33 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Penyakit itu terus berkembang dengan pesat, dari metropolitan hingga ke pedalaman. Saban hari, terdapat 7400 kasus baru HIV atau lima orang per menit tertular penyakit itu. Ironisnya, 96 persen dari penderita HIV/AIDS berada di Negara berkembang.

Di Indonesia, hampir tidak ada provinsi yang bebas dari HIV/AIDS. Bahkan, diperkirakan HIV/AIDS sudah menyerang lebih dari separuh kabupaten /kota di Tanah air. Data pada Departemen Kesehatan RI, menyebutkan, hingga akhir Juni 2009, tercatat 17.699 kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Masalah tersebut telah menjadi keprihatinan banyak pihak, tak terkecuali para ulama dan tokoh agama. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bakan telah menenrbitkan fatwa khusus yang menyoroti maraknya kasus ini pada forum Muzakarah Nasional Ulama tentang Penanggulangan Penularan HIV/AIDS. Para ulama pun menetapkan langkah-langkah apa saja yang harus diperhatikan umat untuk mengatasi bahaya penyebaran penyakit mematikan itu.

Para ulama mengingatkan, kesehatan merupakan factor fundamental yang harus dijaga oleh tiap-tiap umat. Kesehatan akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam upaya membangun generasi penerus yang berkualitas. Oleh sebab itu, MUI berharap perlunya peningkatan pembinaan dan bimbingan kepada umat Islam di Tanah air oleh pihak terkait, termasuk para ulama.

Ini dilakukan dlam cakupan yang luas, baik dari aspek kesehatan jasmani, rohani, social dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan hakikat ajaran Islam. Islam dikatakan amat mengedepankan prinsip kebersamaan dalam kebajikan dan ketakwaan (ta’awun) alal-birri wattaqwal.

Upaya-upaya penanganan, menurut para ulama, sudah amat mendesak mengingat ancaman penyebaran HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Kehidupan yang kian permisif kian menambah besar risiko tersebut. MUI melihat, Indonesia bahkan telah meninggalkan fasi pertumbuhan linier wabah itu. Dan kini, wabah HIV/AIDS sedang dalam fase mewabah yang dicarikan oleh pertumbuhan yang sangat eksplosif.

Dalam kaitan ini, Islam telah mengingatkan akan bencana yang dapat timbul dari ketidaktaatan terhadap larangan Allah SWT. dalam surat Al Anfal ayat 25, Allah SWT berfirman, “Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksanya.”

Karena itulah, para ulama menghimbau agar umat menghindari dari perbuatan tercela yang memungkinkan terjangkitnya wabah ini. “Umat harus melindungi diri, keluarga, dan masyarakat,” ujar KH Hasan Basri dalam fatwa MUI. Umat juga diminta meningkatkan pengetahuan akan bahaya HIV/AIDS, menegakkan prinsip dan etika moral dalam pergaulan dan menangkal penetrasi nilai-nilai negative di era globalisasi.

MUI pun berpandangan, karena 80 hingga 90 persen HIV/AIDS ditularkan akibat perbuatan zina, maka upaya paling efektif untuk mencegahnya yakni dengan menghindari zina. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW.”Apabila zina dan riba sudah menjadi perbuatan umum suatu negeri, maka berarti penduduk negeri itu telah mengundang azab Allah.”

Adapun kepada mereka yang telah terkena virus ini, MUI menganjurkan untuk memperbanyak istighfar dan berdoa. Mereka juga mesti bersabar dan tawakal menghadapi musibah untuk berobat dan jangan berputus asa.,” urai fatwa itu.

Selain itu, sambung rekomendasi fatwa MUI, Islam juga menganjurkan untuk memperhatikan dan memperlakukan dengan baik pada orang-orang yang sakit termasuk yang terkena HIV/AIDS. Namun, diingatkan jangan sampai perlakuan baik itu justru akan mengorbankan orang lain yang tidak tertular menjadi tertular HIV/AIDS. “hal ini tidak dibenarkan dalam Islam.”

Sumber : Dialog Jum’at.TABLOID REPUBLIKA

No comments:

Post a Comment