Saturday, July 16, 2011
IDEOPATIK DAN GENETIK HIRSUTISME
BULU YANG TUMBUH TAK PANDANG BULU
Barang yang satu ini bisa membanggakan pemiliknya kalau tumbuh lebat di tempat yang tepat. Namun, kalau muncul di tempat tak lazim dan lebat, justru bisa berakibat sebaliknya. Hirsutisme salah satunya.
Siang hari Jakarta dipanggang matahari. Terik yang menyengat tak menghalangi tiga anak-satu perempuan dan dua lelak terus asyik bermain di kolong Jembatan Tiga, Pluit, Jakarta. Sampah dan lumpur kotor yang bertebaran tak mereka hiraukan.
Si anak perempuan tampak dominan memberi perintah ini itu kepada dua temannya. Eni (5), bocah perempuan itu, memang enerjik dan lincah, sebagaimana umumnya anakanak. Namun, ada ciri mencolok yang dapat membedakan dari anak-anak lainnya.
Apa itu?
Seluruh tubuh Eni penuh bulu. Di bagian pipi bulunya tampak panjang dan lebat. Karena kaya bulu itulah dia biasa diolok-olok sebagai “anak monyet”. Menyedihkan.
Menurut ibunya, Sumiati (40), sejak orok sekujur tubuh Eni sudah penuh bulu. Ia pernah membawa putri bungsunya itu ke RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kata dokter, Eni kelebihan hormon sehingga bulu bocah perempuan itu tumbuh kelewat batas. Untuk mengobatinya, perlu operasi dan terapi khusus. Tapi karena keterbatasan keuangan dan dianggap tidak menganggu (sementara ini), Eni tak jadi diobati.
Idiopatik dan genetik hirsutisme. Ya, Eni mengalami gangguan hirsutisme. Gangguan ini bertingkat-tingkat sampai ada orang yang hampir seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu lebat sampai bagian anusnya.
“Ada hirsutisme yang disebabkan oleh faktor idiopatik atau penyebab tidak diketahui secara medis. Namun, penyebab umunya adalah faktor genetik, gangguan adrenalin, sindrom ovarium, dan pengaruh obat-obatan,” jelas dr. Maria B. Djatmiko, SpKK, dari RS Metropolitan Medical Center (MMC), Jakarta.
Hirsutisme karena faktor idiopatik timbul di masa pubertas, dan biasanya diderita seumur hidup. Kalau ditelusuri, dari garis keturunannya pernah ada yang menderita hirsutisme. Sedangkan hirsutisme karena faktor genetik dipengaruhi oleh faktor ras.
Orang Mediterania yang pindah ke Jepang, misalnya, akan dianggap aneh, karena sekujur tubuhnya ditumbuhi bulu lebat, terutama di tangan dan kaki. Sebaliknya, orang Jepang dipandang aneh oleh masyarakat Mediterania, karena tubuh orang dari Negeri Sakura itu jarang ditumbuhi bulu. Lalu bagaimana yang normal?
Pada wanita normal, 75% testosteron dalam plasma darah di produksi oleh kelenjar adrenal. Namun, pada wanita penderita hirsutisme ditemukan sedikit kenaikan testosteron dalam plasma, yang dihasilkan di ovarium.
Ada pula faktor lain penyebab timbulnya hirsutisme, yakni efek sampingan obat-obatan yang mengandung anabolic steroid, progesteron, dan antikonvulsan, di kelenjar adrenal. Anabolic steroid, misalnya, merupakan salah satu materi obat sintetis yang banyak disalah gunakan oleh altet binaraga untuk mendongkrak prestasi.
Mungkin tumor
Berbeda dengan para penderita hirsutisme, wanita hirsutisme cenderung merasakan gangguan lebih beragam. Selain masalah pertumbuhan bulu yang berlebihan, terkadang muncul juga seborrhoea (sekresi lemah yang berlebihan) di sekitar hidung dan dahi. Juga jerawat di wajah, dada, dan punggung.
“Ia juga dapat mengalami infertilitas karena (indung telur) terkadang tidak mengeluarkan ovum yang disebut dengan siklus anovulatory,” kata Maria. Penyebabnya, hormon estrogennya meningkat, dan timbul gangguan pada endometrium (membran mukosa pada rahim).
Pada masa pubertas, perempuan hirsutisme akan mengalami gangguan pada siklus menstruasinya, payudaranya kurang berkembang, dan klitorisnya membesar (genital virilazation).
Ciri fisik yang terkadang mengikutinya adalah memiliki suara seperti pria, dan terkadang mengalami obesitas. Kadar prolaktin (hormon yang merangsang dan mempertahankan sekresi susu), dan insulin di dalam darahnya juga meningkat.
Pada usia lanjut penderita hirsutisme cenderung diserang gangguan jerawat yang parah. Sedangkan di masa menopause, bulunya akan tumbuh semakin lebat, terutama pada kumisnya.
Satu hal yang perlu mendapat perhatian, “Hirsutisme bisa pula menunjukkan adanya tumor di kelenjar adrenal,” kata Maria. Tumor ini muncul bersamaan dengan awal timbulnya hirsutisme. Ada beberapa tipe tumor virilising, yang bisa membuat sifat-sifat seks sekunder pria jadi berkembang. Di antaranya suara membesar seperti pria, dan klitoris membesar.
Maka, wanita penderita hirsutisme dengan berbagai ciri itu sebaiknya memeriksakan diri ke dokter, kalau-kalau ada tumor bersembunyi di rahimnya.
Dibasmi dengan PIL KB
Dari penelitian 47 penderita hirsutisme yang siklus menstruasinya tidak teratur, 60% diantaranya menunjukkan peningkatan kadar testosteron dalam plasma darah. Itu karena adanya jaringan testis yang tumbuh di ovarium.
Obat-obatan yang mengandung glukokotikold sering dipakai untuk mengatasi hirsutisme, karena didalamnya terdapat zat-zat yang bisa menekan produksi hormon androgen di kelenjar adrenal dan ovarium.
Obat-obatan itu juga menghentikan kerja kelenjar adrenal pada folikel bulu. Selain itu, tekstur bulu yang tumbuh jadi lebih pendek, tipis dan kurang berpigmen.
Alternatif lain, menggunakan pil KB. Pil mencegah kehamilan yang mengandung hormon estrogen berkadar tinggi ini dapat menekan hormon gonadotropin dalam tubuh. Akibatnya, ekskresi hormon endrogen dari ovarium jadi berkurang. Kadar testosteron dalam serum darah pun normal.
Tak selalu hirsutisme
Meski ciri utama hirsutisme adalah tumbuhnya bulu yang berlebih, sebaiknya tidak perlu gegabah menyatakan seseorang menderita hirsutisme hanya karena tangan atau kakinya berbulu lebat. Untuk menentukan seseorang menderita hirsutisme atau tidak, perlu pemeriksaan medis.
Diantaranya mencakup pemeriksaan testosteron dalam plasma, prolaktin, kortisol, dan pengeluaran steroid melalui urine selama 24 jam. Tulang tengkorak difoto dengan sinar rontgen untuk melihat ukuran kelenjar pituitari di otak.
Dilakukan juga pemeriksaan ultrasonografi dan komposisi hormon hydroxyprogesterone, untuk mengecek kemungkinan tumbuhnya tumor di rahim. Pada mereka yang mengalami tumor, komposisi plasma FSH hormon stimulasi folikel di dalam kelenjar pituitari menurun jumlahnya dibandingkan dengan komposisi LH (hormon luteinizing).
Hasilnya kemudian dibandingkan dengan kondisi pada orang normal. Baru setelah itu ditentukan apakah yang bersangkutan menderita hirsutisme atau tidak.
Cara mencukur
Cara paling mudah untuk merontokkan bulu liar, walau tidak menyelesaikan persoalan secara permanen, tentu saja dengan mencukurnya. Cara ini yang banyak di pilih wanita untuk membabat bulu di kaki dan ketiak (axillae). Tapi hati-hati lo, kata nenek, kalau bulu dicukur nanti malah menumbuhkan bulu yang lebih kasar.
Benarkah ?
“Mencukur bulu tidak membuat bulu yang tumbuh jadi semakin kasar. Yang benar, kulit justru teriritasi, jika terlalu sering mencukur (bulu),” kata Maria.
Cara lain yang agak modern yaitu menggunakan krim peluruh bulu (depilatory). Repotnya, krim itu membuat serabut bulu membesar, karen cystine (asam amino) yang menjembatani antara ikatan-ikatan polypeptile (asam amino), yang berdekatan pada bulu, membelah. Akibatnya, bulu rusak dan kulit teriritasi.
Krim juga tidak dapat digunakan sembarang orang, karena ada orang yang berkulit sensitif. Untuk mengetahuinya, oleskan sedikit krim ke bagian dalam pergelangan tangan anda. Tunggu satu hari, jika tidak ada masalah, berarti krim itu bisa digunakan.
Lilin malam (wax) juga dapat digunakan untuk mencabut bulu. Namun, teknik ini pun tak kurang mengiritasi kulit. Selain itu, cara ini membuat bulu tumbuh lebih cepat dari biasanya. Jadi, teknik ini tidak disarankan untuk mengatasi hirsutisme.
Kalau tidak ada satu pun di antara cara tadi yang dipilih, kehadiran bulu liar juga bisa diakali. Caranya, dengan membuat warna bulu jadi tidak kentara. Untuk itu diperlukan krim bleaching, yang mengandung hidrogen peroksida. Krim ini membuat warna bulu jadi agak samar, sehingga bisa dioles kan di wajah. Kelemahannya, ada kemungkinan cara ini membuat kulit teriritasi.
Ada obatnya
Merontokkan bulu yang tidak dikehendaki secara medis mungkin lebih tepat. Diantaranya dengan menggunakan gelombang elektrolisis. Teknik ini terutama digunakan jika bulu yang tumbuh bertekstur panjang dan jarang. Dengan cara ini folikel bulu bisa dihancurkan.
Caranya, sebuah jarum perlahan-lahan dimasukkan ke dalam folikel bulu. Gelombang arus listrik galvanik rendah dialirkan utnuk membatikan akar bulu. Meskipun berhasil mencegah bulu tumbuh kembali, teknik ini makan waktu penanganan cukup lama dan biaya mahal. Jika operator kurang berpengalaman, jarumnya bisa meninggalkan luka kecil di kulit.
Sinar laser juga bisa digunakan untuk mengatasi hirsutisme. Sinar ini akan merontokkan bulu, dan mencegahnya tumbuh kembali. Kendalanya serupa dengan tindakan gelombang elektrolisi, mahal serta membuat kulit memerah, pucat atau gelap, dan teriritasi.
Bagamanapun, masih ada harapan bagi penderita hirsutisme khususnya idiopatik. Untuk mereka dapat digunakan obat antiandrogen cyproterone acetate oral yang dipakai untuk menyembuhkan pria hiperseks. Namun obat ini harus dikombinasikan dengan hormon estrogen.
Obat yang mengandung cyproterone acetate dan yang mengandung ethinyl oestradiol diminum secara bergantian atau paralel. Pemakaian obat antiandrogen ini baru terasa hasilnya setelah dikonsumsi rutin selama 3-6 bulan. Meski hasilnya secara fisik tidak langsung kelihatan, obat ini memberikan kelegaan psikologis bagi penderita hirsutisme.
Jadi, untuk mengusir bulu-bulu tak bertuan memang banyak cara yang bisa dipakai. Hanya saja, manusia tetap tidak bisa menolak pemberian apa pun dari Yang Maha Kuasa.
Sumber :Intisari
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment