Wednesday, April 20, 2011
ALERGI PADA ANAK
(Dapatkah dicegah?)
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada dalam makanan.
Kata alergi berasal dari bahasa Yunani ‘allol’ yang berarti suatu keadaan yang berubah. Secara umum alergi adalah suatu reaksi kekebalan yang menyimpang/berubah dari normal yang dapat menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Penyakit alergi ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan. Angka kejadian alergi pada anak di Indonesia belum banyak diteliti. Dari penelitian yang kami lakukan di Kelurahan Utan Kayu Jakarta Pusat didapatkan 25.5% anak yang menderita alergi dengan perincian rinitis alergika 9,0%, dermatitis atopik 4,9% dan urtikaria 4,5%.
Di Amerika Serikat dilaporkan angka kejadian alergi pada anak pra sekolah 10 – 12% dan pada usia sekolah 8,5 – 12,2%.
Penyakit alergi hanya mengenai anak yang mempunyai bakat alergi yang disebut atopik. Artinya ada bakat atopik /alergi yang diturunkan oleh salah satu atau kedua orangtuanya. Sejalan dengan perkembangan pengtahuan dalam bidang alergi, ternyata penyakit alergi ini bisa dicegah timbulnya bila kita lakukan tatalaksana/intervensi sejak dini.
Dalam tubuh kita dikenal 5 jenis antibodi atau imunoglobulin yaitu imunoglobulin G,A,M,E dan D. imunoglobulin E adalah antibody yang banyak berperan pada reaksi alergi. Dalam tubuh penderita alergi, imunoglobulin E terdapat dalam kadar yang tinggi terutama imunoglobulin E yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat allergen). Misalnya debu rumah, mite (tungau debu rumah), bulu binatang, serbuk bunga atau makanan tertentu seperti telur, susu, ikan laut dan lain-lain. Bila zat-zat seperti histamin dll. Yang dapat menimbulkan gejala-gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sistim saluran napas (asma, rinitis), saluran cerna (diare, muntah), kulit (biduran, eksim), mata (konjungtivitis alergika) serta susunan saraf (sakit kepala dll).
Tindakan pencegahan terjadinya alergi
Ada 3 hal utama dalam tindakan pencegahan terjadinya alegi yaitu pengindaran, cara hidup yang baik serta pemakaian obat-obatan. Tindakan penghindaran akan berhasil bila penyebab/pencetus terjadimya alergi diketahui. Salah satu cara untuk mengetahui pencetus alergi ialah dengan melakukan uji kulit (test alergi) disamping hasil pengamatan yang cermat sehari-hari oleh orang tua penderita. Dari hasil pemeriksaan test alergi dapat diketahui zat-zat yang menimbulkan alergi. Beberapa zat terutama makanan kadang-kadang tidak ada hubungan yang jelas antara hasil test dengan gejala alergi. Hal ini disebabkan karena alergi terhadap makanan itu sendiri, akan tetapi alergi terhadap zat-zat hasil pemecahan/metabolisme makanan dalam tubuh. Selain test alergi pada kulit, juga dapat dilakukan pemeriksaan kadar imunoglobulin E yang spesifik dalam darah terhadap zat-zat tertentu yang dicurigai menimbulkan alergi.
Cara hidup yang baik perlu diperhatikan pada penderita alergi yaitu cukup istirahat, olahraga teratur, disiplin dalam diet yang ditetapkan serta hidup dalam lingkungan dengan zat alergen yang minimal. Obat-obatan pencegahan diberikan pada penderita alergi yang kronis/berat atau yang sering kambuh. Pemberian imunoterapi/desensitisasi (pengebalan terhadap allergen) hanya berhasil bila penderita hanya mempunyai alergi terhadap satu zat saja.
Pencegahan dini sebelum terjadi gejala alergi
Saat ini banyak diupayakan pencegahan timbulnya gejala alergi pada anak yang lahir dari keluarga yang mempunyai bakat atopik/alergi. Diantaranya adalah pencegahan dini yaitu dimulai pada saat anak masih dalam kandungan. Ibu hamil yang mempunyai riwayat alergi dalam keluarganya tidak perlu melakukan diet pencegahan terhadap makanan yang sering menimbulkan alergi untuk mencegah terjadinya reaksi alergi pada bayi yang dilahirkan. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kekurangan gizi dalam kandungan.Yang penting adalah penghindaran terhadap asap rokok baik sebagai perokok aktif maupun pasif. Pemberian ASI eksklusif dilaporkan dapat mencegah terjadinya alergi di kemudian hari. Tindakan pencegahan terhadap makanan yang menimbulkan alergi perlu dilakukan oleh ibu menyusui dan ini diteruskan sampai usia 1 – 2 tahun, dengan harapan bila makanan diberikan pada pada usia tersebut, sudah tidak menimbulkan alergi lagi. Pemberian probiotik pada kehamilan trimester terakhir dan ibu menyusui sampai umur 6 bulan dilaporkan dapat mencegah kejadian dermatitis atopik pada bayinya.Selain penghindaran terhadap makanan yang hiperalergenik, perlu juga dilakukan penghindaran alergen yang berasal dari lingkungan misalnya tungau debu rumah (pembersihan berkala, hindari pemakaian karpet dan lain-lain), polusi asap rokok dan lain-lain.
Bila anak tidak mendapat ASI, dapat diberikan susu formula yang hipoalergenik atau terhidrolisis parsial.
Sumber : ROOM FOR CHILDREN (Dr.dr.Zakiudin Munasir SpA(K))
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment