Saturday, July 3, 2010
KEJANG
ANAK KEJANG : FAKTOR DAN SOLUSINYA
Kejang pada anak memang menakutkan orang tua. Panas sedikit saja, orang tua sudah khawatir. Padahal suhu tinggi tidak selalu menyebabkan kejang. Kejang sebetulnya merupakan manifestasi klinis yang mucul karena gangguan di otak, akibat terlepasnya muatan listrik yang berlebihan di otak. Akibatnya fungsi otak sebagai pusat pengatur seluruh aktivitas tubuh jadi terpengaruhi.
Otak kita sebenarnya dibangun oleh jutaan sel otak. Pada masing-masing sel otak tadi terdapat ion-ion listrik berupa ion negative danpositif. Perbedaan muatan ion di dalam dan diluar sel otak menyebabkan potensial listrik di sel otak. Dalam keadaan normal, lompatan-lompatan listrik yang terjadi pada sel anatomis atau biokimia pada sel otak, bisa menyebabkan terjadinya lompatan listrik yang berlebihan. Inilah yang menimbulkan gejala kejang.
Lompatan listrik yang berlebihan tadi dapat disebabkan oleh demam tinggi, infeksi system saraf atau kelainan anatomi. Kendati demikian, tidak selamanya kejang mengikuti demam. Ada juga kejang yang tiba-tiba muncul. Lompatan listrik yang besar itu terjadi bagitu saja tanpa pengaruh apapun. Gampangnya seperti kortsleting listrik.
Ada dua macam kejang. Kejang yang desebabkan demam tinggi karena proses diluat otak disebut kejang demam. Sementara kejang yang berulang-ulang tanpa demam atau provokasi tertentu (seperti akibat benturan benda keras) disebut epilepsy.
Kejang demam paling sering dijumpai pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun. Di usia tersebut, suhu tubuh gampang naik karena anak mudah terpapar infeksi. Disamping itu, juga karena ambang kejang anak yang cukup rendah. Mudah tidaknya si anak mendapat kejang demam sangat tergantung pada faktor, antara lain bawaan atau genetic.
Keadaan yang paling sering menyebabkan kejang demam adalah radang tenggorokan, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna, infeksi saluran kemih, campak dan cacar air. Berbagai infeksi dari luar otak tersebut sering membuat anak mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 38 derajat celcius (suhu dubur).
Penyebab tak pasti
Tentu tidak semua anak yang menderita penyakit diatas lantas terkena kejang. Tergantung tubuh si anak. Anak yang ambang kejangnya rendah, akan kejang-kejang bila suhu tubuhnya 39 derajat celcius, misalnya. Namun anak lain justru tenang-tenang saja meski suhu tubuhnya sudah 41 derajat celcius.
Kejang demam berlangsung singkat, kemudian akan berhenti sendiri. Anak terbangun dan sadar kembali. Kejang seperti ini disebut kejang demam sederhana. Tapi ada pula kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang lebih dari 2 kali dalam sehari. Inilah yang disebut kejang demam kompleks. Kejang yang ini bisa menyebabkan kerusakan otak. Bahkan meninggalkan gejala sisa, akibat suplai oksigen ke otak berkurang. Kejang demam kompleks sering terjadi beruntun bahkan mengakibatkan kelumpuhan pada bagian tubuh tertentu.
Jika penyebab kejang demam tidak diketahui secara pasti, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang cermat. Salah satunya adalah pemeriksaan fungsi lumbal. Dokter akan mengambil cairan dari punggung pasien untuk memastikan, apakah penyebabnya infeksi susunan saraf atau bukan.
Pemeriksaan tambahan EEG (elektroencephalografi) dilakukan pada kejang demam kompleks atau pada kejang infeksi susunan saraf pusat dan epilepsy yang dilakukan sepekan setelah demam menghilang. Kendati demikian, rekaman EEG tidak dapat meramalkan berulangnya kejang, tapi hanya meperlihatkan lepasnya muatan listrik yang berlebihan atau adanya gangguan mauatan listrik diotak.
Anak yang mengalami kejang demam biasanya akan berulang kembali, terutama bila serangan pertama terjadi saat bayi atau dibawah usia 12 bulan. Karena ada resiko berulang, maka pengobatan kejang pun dilakukan secara berjangka. Bisa jangka pendek juga bisa jangka panjang.
Para ahli sepakat, penderita yang harus mendapat pengobatan adalah yang mempunyai riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung. Juga mereka yang menunjukkan perkembangan meurologis abnormal. Semisal retardasi mental dan serebral palsi. Begitu juga pada mereka yang kejangnya berlangsung lebih dari 15 menit yang diikuti kelainan saraf yang bersifat sementara atau menetap.
Mereka yang memenuhi syarat diatas, mau tidak mau harus menjalani pengobatan selama 2 tahun atau setahun setelah kejang yang terakhir. Lambat laun, pengobatan memang akandihentikan dengan cara menurukan dosis obat secara perlahan selama 1-2 bulan.
Sedangkan penderita yang tidak termasuk dalam criteria tadi, mendapatkan pengobatan jangka pendek berupa obat demam campuran antipiretik dan diazepam yang diberikan pada saat demam diatas 38 derajat celcius. Kadang deberikan pula diazepam melalui dubur bila panasnya diatas 39 derajat celcius.
Jadi, sebaiknya percayakan sepenuhnya pada dokter demi tuntasnya pengobatan kejang. NABILA/I/2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment