Tuesday, July 13, 2010
HAMIL, PUASA SIAPA TAKUT?
Boleh tidaknya ibu hamil dan menyusui berpuasa masih sering diperdebatkan orang.
Ada yang mengaitkannya dengan kondisi tubuh ibu yang lemah maupun asupan kalori bagi janin di dalam kandungan, yang bisa berdampak pada kesehatan ibu dan janinnya di kemudian hari.
Menurut dr. Boy Abidin, SpOG dari Rumah Sakit Mitra Keluarga mengatakan bahwa, semua ketakutan itu tidak beralasan sama sekali. Bahkan dokter kandungan tidak melarang wanita hamil untuk berpuasa, asalkan sang ibu tidak mengalami gangguan pada kehamilannya.
“Wanita hamil yang ingin berpuasa tidak masalah, selama kehamilannya baik, tidak ada gangguan pertumbuhan janin, tidak ada gangguan penyakit kronis pada ibu yang bisa menyebabkan absorbsi berkurang,” ucapnya.
Biasanya orang yang masih hamil muda atau dalam trimester I masih sering mengalami muntah-muntah dan badannya lemah. Dan banyak yang tidak kuat untuk berpuasa. Namun, dalam trimester berikutnya ketika ibu sudah lebih kuat, tidak masalah bila berpuasa. Sebab, berpuasa itu sebenarnya hanya menggeser waktu makan saja, lanjutnya.
Ia menganjurkan agar wanita hamil yang ingin berpuasa untuk makan sahur dengan gizi yang baik dan seimbang. Bahkan bila perlu makan malam hari sebelum tidur, termasuk banyak minum air atau cairan. Hindarkan kegiatan fisik yang tidak perlu karena biasanya ibu hamil yang mudah kekurangan cairan, atau hindari tempat-tempat panas agar tidak mengalami dehidrasi.
Pergeseran waktu makan tersebut ternyata tidak berdampak apa-apa terhadap pertumbuhan janin dalan kandungan. Setidaknya hingga kini belum ada hasil penelitian yang menguatkan ketakutan akan hal itu. Hanya saja, ia mengingatkan agar ibu-ibu yang kondisi fisiknya lemah, misalnya tengah hamil muda atau berbadan kurus, sebaiknya jangan berpuasa dulu. Lebih baik konsultasikan lebih dahulu pada dokter untuk melihat kondisi ibu dan janinnya boleh tidaknya berpuasa.
Nasehat serupa juga berlaku bagi ibu yang tengah menyusui. Hanya saja, ia lebih menganjurkan agar ibu yang tengah memberikan ASI eksklusif jangan berpuasa, kecuali bila bayinya sudah mendapatkan tambahan makanan, kalau ingin berpuasa dan ternyata ASI-nya berkurang, sebaiknya keesokan harinya jangan berpuasa. Jika ibu sampai kekurangan gizi, maka produksi ASI nya akan terganggu. Ibu hamil atau menyusui jangan sampai dehidrasi, Karen tubuh tidak bisa menyimpan cairan seperti halnya cadangan makanan.
Sementara itu menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB mengatakan, ditinjau dari jumlah asupan gizi bila sang ibu berpuasa apakah akan berdampak bagi kesehatan ibu dan janinnya, ternyata tidak terbukti, meskipun asupan energi dan gizi sekitar 80%.
Penenlitian di Inggris membuktikan bahwa ibu hamil yang berpuasa tetap bisa melahirkan bayi dengan berat badan normal (lebih besar dari 2,5 kg). hal ini menunjukkan bahwa puasa tidak mengakibatkan dampak negative terhadap kualitas kehamilan, jelasnya.
Ibu hamil akan memerlukan asupan energi dan protein lebih banyak daripada biasanya. Demikian pula beberapa jenis mineral, sperti besi, yang dibutuhkan lebih banyak, terutama bila telah memasuki trimester kedua.
Pada saat puasa frekuensi makan berkurang menjadi dua kali dan hal itu akan mengurangi asupan gizi. Untuk itu Prof. Ali menganjurkan untuk makan sahur dengan gizi baik dan jumlah yang cukup. Pedoman empat sehat lima sempurna harus selalu diterapkan. Laup pauk yang bergizi, seperti telur, ikan, daging, sangat perlu. Demikian juga jenis –jenis pangan lain, seperti sayur mayor dan buah, lanjutnya.
Ia mengingatkan, makanan sahur diharapkan laebih bergizi dibandingkan sarapan pagi biasa, karena sahur merupakan antisipasi untuk memenuhi gizi selama siang hari selama berpuasa. Sedapat mungkin saat sahur upayakan cukup lengkap sajiannya, yakni nasi, sayur, lauk, buah dan susu. Pada saat berbuka puasa mungkin cukup empat sehat dan makanan camilan. Tapi ingat, makanan camilan jangan mendominasi buka puasa sebab bisa kekurangan gizi. Umumnya makanan camilan hanya padar kalori.
Selanjutnya, ia menyarankan agar waktu makan sahur diakhirkan beberapa menit sebelum shalat shubuh, misalnya 20 menit agar tubuh berpuasa tidak terlalu lama. Ketika berbuka, dahulukan yang manis-manis untuk mempercepat penyerapan, sehingga sel-sel yang kelaparan segera memperoleh gula dan tubuh menjadi lebih cepat bugar.
Setelah itu bisa diikuti dengan makanan lengkap empat sehat. Makanan camilan sebaiknya dikonsumsi setelah makan besar. Ingat, terlalu banyak makan camilan berarti hanya kalori yang masuk ke dalam tubuh.
Ibu yang tengah menyusui dan ingin tetap berpuasa biasanya akan mempengaruhi jumlah ASI yang dihasilkannya, meski hal ini bersifat individual. Menurutnya, yang bisa merasakannya adalah ibu itu sendiri apakah ada perbedaan dalam hal jumlah ASI sebelum berpuasa dan ketika berpuasa. Bila ternyata produksi ASI berkurang dan dikhawatirkan akan menganggu asupan gizi anak, sebaiknya sang ibu jangan berpuasa.
Masih ada masyarakat yang percaya bahwa ASI akan “kosong” gizi bila ibunya berpuasa. Yang benar, bila konsumsi makanan dan air minum berkurang, maka jumlah dan mutu ASI juga akan turun. Sekali lagi, ibu menyusui hendaknya memperhatikan sendiri apakah ASInya berkurang ketika berpuasa, jika tidak, sebaiknya berpuasa saja.
NABILA/1/2004
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment