KETIKA SUAMI TAK DAPAT MEMBERI KEPUASAN SEKSUAL
Seks memang bukansatu-satunya yang utama dalam kehidupan berumah tangga. Tapi seks turut berperan dalam menentukan kebahagiaan suatu perkawainan. Kepuasan seksual termasuk faktor penentu kebahagiaan pasangan suami-istri. Apa jadinya jika suami tidak mampu memberi sang istri kepuasan tersebut?
Siapapun sepakan kalau seks dalam kehidupan rumah tangga adalah bumbu utama yang sangat penting. Kekurangan sedikit saja, kehidupan rumahtangga pun menjadi hambar. Bisa menjadi pemicu keretakan rumah tangga.
Banyak faktor menjadi penyebab suami tidak bisa membaerikan kepuasan seksual bagi istrinya. Kondisi yang mengharuskan suami tinggak di kota berbeda bisa jadi penyebabnya. Begitu pula suami yang harus berangkan ke kantor pagi buta dan pulang hampir setengah malam, tak heran sampai rumah sudah loyo dan maunya langsung tidur mengistirahatkan badan.
Kedua hal tersebut membuat waktu untuk berkumpul bersama istri sangat minim. Hubungan seksual yang dilakukan pun kadang hanya sekadarnya saja. Mungkin tidak maksimal hingga masing-masing tidak mencapai kepuasan, bahkan bisa jadi frekuensinya jarang.
Ada pula yang mungkin mempermasalahkan gaya bercinta suami yang monoton. Pokoknya seks, orgasme, selesai. Apalagi buat wanita yang menurut banyak penelitian paling sulit mencapai kepuasan seks, terutama bila tak dilakukan secara tepat. nah, perilaku berhubungan seks, orgasme, selesai tentu tak cukup buat istri.
Bagaimana bila anda mengalamiya?
JANGAN DIANGGAP SEPELE
Meski tak mengalami kepuasan seks, toh banyak istri yang memendam saja perasaan tak puasnya, atau menerima saja. Mau bagaimana lagi? Usia perkawinan sudah lama, toh itu bukan satu-satunya yang penting. Yang terutama ‘kan suami bahagia, anak-anak sehat, keluarga utuh dan terpenuhi kebutuhannya. Merasa tak puas dengan seks suami, nggak penting.
Astri contohnya. Ia tidak terlalu mempermasalahkan saat Aziz, suami yang sudah dinikahinya selam delapan tahun, tidak bisa memberikan kepuasan di ranjang. Baginya masih banyak masalah lain yang harus dipikirkan. Apalagi ia memiliki karier bagus sebagai direktur di salah satu surat kabar. “Mungkin karena saya berpikir rasional, tidak melulu ranjang “ ucap Asri yang sudah dikarunian dua momongan.
Jika Asri tidak terlalu ambil pusing, Tatie lebih banyak introspeksi diri saat suaminya juga demikian. Ia berpendapat, masalah tidak selalu ada pada suami saat istri tidak merasa puas diranjang. Menurutnya, mungkin istri sudah tidak seksi lagi sehingga suami jadi tidak bergairah. Atau istri memberi tekanan yang lebih kepada suami sehingga saat bercinta, suami ingin cepat-cepat selesai.
“Bercinta bagi suami akhirnya buka karena ingin memberi kepuasan atau wujud cinta kepada istri. Tapi hanya sekadar menjalankan “tugas” saja. Tidak ada lagi kenikmatan,” papar Tatie yang menikahi pria Eropa dan kinimenentap di Slovenia.
Mungkin ada benarnya. Tapi, jangan lupa, zaman sekarang godaannya juga besar. Media saat ini begitu banyak menggambarkan kehidupan seks nan variatif, mau tak mau menggelitik perasaan, membuat istri yang merasa tak mendapat kepuasan seksual jadi tergoda, ingin mencoba-coba bahkan yang berbahaya sekalipun. Contohnya seperti yang divisualkan dalam film Quickly Express itu. Di mana pemerannya-Ira Maya Sofa sebagi istri, menyewa gigolo! Karena bersuamikan gay yang jelas tidak bisa memenuhi kewajiban bilogisnya, ia nekat memanfaatkan biro penyedia jasa gigolo Quickly Express. Hanya saja, apakah seligkuh atau menyewa gigolo menjadi solusi saat merasa tidak terpuaskan di ranjang?
Orang yang imannya kuat, sadar dan sehat pikirannya tentu akan bilang tidak, tidak, tidak. Bahkan lebih suka instrospeksi diri, jangan-jangan diri sendiri juga pangkal masalahnya. Namun seperti yang dikatakan psikologi Arie Radyaswati, MPSI, apa pun penyebabnya, harus tetap dimengerti bila secara terori, seks termasuk kebutuhan tingkat pertama atau primer selain makan dan minum. Meamng dalam kehidupan berkeluarga, seks bukan yang utama. Tapi jika menyangkut dua orang lawan jenis, suami dan istri, hubungan seks tetap penting. Jika hal itu bermasalahpasti dapat menganggu harmonisasi keduanya, bahkan lebih dari itu juga harmonisasi sekeluarga.
Secara psikologi, ketidakpuasan istri dalam berhubungan seksual akan berdampak pada hubungannya dengan suami. Apalagi jika istri tidak berani mengungkapkan rasa tidak puasnya. "Jika diantara pasangan itu sendiri tidak dapat membina hubungan dengan baik semuanya akan terbatas pada suami-istri marah-marahan. Sementara posisi anak ada luar sistem. Anak-anak jelas akan terkena dampaknya,” jelas Arie.
Jadi rasa tidak puas saat berhubungan intim jangan pernah dianggap sepele. Seks menjadi bagian dari kelengkapan untuk keharmonisan. Bukan hanya untuk memuaskan salah satu saja. Karena itu menurutnya diperlukan keterbukaan antara pasangan.
Dr Boy Abidin, SpOG, Seksolog BISA FAKTOR ISTRI Mungkin bukan pasangan kita yang tak dapat memuaskan, masalahnya juga bisa dari diri istri, baik disebabkan dari faktor kejiwaan maupun fisik. Dari sisi kejiwaan, mungkin ketika kecil memiliki trauma seksual. Entah itu berupa pelecehan seksual atau diperkosa. Hal semacam ini menyebabkan perempuan enggan menikah karena trauma dengan aktivitas seksual. Ketika menikan itu bisa terbawa. Dari sisi fisik, mungkin ada yang salah dengan kesehatan reproduksi istri. Apakah terkait dengan menstruasi atau keputihan. Adanya masalah itu mungkin istri meresa tidak percaya diri melakukannya. “Memang ada perempuan yang dari remaja mengalami keputihan yang menimbulkan bau, gatal membuatnya tidak percaya diri dan tidak nyaman.” Faktor lain yang bisa jadi penyebab adalah vaginismus, kondisi di mana otot vagina sangat kaku dan tegang sehingga sakit atau sulit di lakukan penetrasi. Jika tidak diperiksakan kepada ahlinya, selamanya ia tidak akan bisa menikmati aktivitas seksual. Ironisnya, suami biasnya tidak mengetahui hal itu. “Karena suami tidak tahu, bisa dianggap karena begitulah istrinya, penakut misalnya. Lama-lama suami menganggap biasa saja karena dia bisa memaksa penetrasi dan puas, sementara istri jadi malas berhubungan intim.” AGAR SAMA-SAMA PUAS Rasa puas harus sama-sama dirasakan kedua belah pihak, dalam hal ini suami dan istri. Untuk itu ada yang harus diperhatikan utnuk bisa mencapai kepuasan dan memuaskan pasangan masing-masing. · Kebugaran fisik. Kesehatan fisik nomor satu dalam melakukan hubungan intim. Dengan fisik yang sehat akan dicapai tingkat kebugaran yang lebih baik dan bisa membantu tercapainya kepuasan. Untuk meningkatkan sirkulasi darah bisa dilakukan dengan makan teratur, istirahat cukup, mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari kolesterol. Berat badan juga harus ideal, tidak overweight. Kelebihan berat badan biasanya akan menganggu kenikmatan hubungan intim atau sulit mancapai kepuasan. · Kebugaran jiwa. Artinya, suami atau istri tidak terlalu banyakmenuntut, bisa memahami dan mengerti dan bisa berkomunikasi dengan pasangannya. Dalam berumah tangga, aktivitas seksual bukanlah suatau beban, anggaplah sebagai hiburan. Artinya kedua belah pihak harus menikmati hubunan intim. Jangan sampai hanya salah satu pihak yang menikmati. · Menerima sekaligus memberi pengertian. Suami bermasalah, terimalah tapi juga jangan mendiamkan. Dorong suami untuk mengkonsultasikan pada ahlinya. Bila suami menolak, jelaskan bahwa kelak bisa lebih parah, misalnya ejakulasi dini bisa mengarah pada impotensi. Padahal anda dan suami masih muda dan menginginkan kepuasan dalam berhubungan intim. |
Dalam keluarga selalu ada keterbukaan antara suami dan istri menyangkur masalah pendidikan, pengasuhan dan ekonomi. Jadi tidak ada salahnya jika dalam seks juga ada keterbukaan. Bila selama ini dianggap tabu, untuk kebaikan bersam sejatinya perlu diungkapkan dan dikomunikasikan secara jujur.
Sika salig terbuka bisa dilakukan misalnya denganmengungkapkan perasaan tidak mnyaman ketika becinta dalam posisi tertentu. Atau istri bisa menyatakan kepada suami bahwa hari ini suasana hatinya sedang tidak bagus utnuk bercinta. “Tapi kalau tidak bisa terbuka dalam hal-hal seperti itu , ini bisa menjadi pemicu masalah dan menjaalar kemana-mana. Dan itu bisa berbahaya,” kata Arie.
Bahaya yang paling ekstrim adalah perceraian. Namum sebuah pernikahan untuk bisa berujung pada perceraian jalanya panjang. Ketidakpuasan saat berhubungan intim bukanlah penyebab langsung suatu perceraian. Biasanya pasangan suami-istri sudah berusaha mengatasi masalah yang ada sebelum terjadi perceraian. “Misalnya istri merasa tidak puas saat berhubungan intim dengan suaminya, bisa melakukan aktivitas yang sifatnya produktif sebagai kompensasi,” kata Arie.
LANGKAH ANTISIPATIF
Sayannya, ada istri yang mengalamu dan mengompensasikan masalahnya pada hal-hal yang sifatnya negatif, seperti selingkuh. Hal ini, kata Arie, bukan solusi utnuk memperbaiki malah bisa makin memperparah kondisi rumah tangga. Relasi dengan suami pun akan semakin jauh. Akhirnya menjadi cuek dan tidak ada semangat memperbaiki kehidupan rumah tangga. “Akhirnya kasusnya jadi dua. Dirumah bermasalah dengan pasangan, diluar punya simpanan. Akibatnya mengganggu stabilitas rumah tangga. Belum lagi relasi dengan orang-orang luar dan pengaruh ke anak-anak. Jadi masalah bisa makin kompleks,” papar Arie.
Seandainya tidak berani mengungkapkan masalah yang ada, menurut Arie, apa salahnya minta bantuan pihak ketiga yang netral. Entah itu mengikuti seminar atau talkshow terkait, atau menemui psikolog atau konsultan perkawinan agar mendapat langka-langkah terpa untuk mengurai masalah anda.
Bila memilih konsultan dengan ahlinya, idealnya datang bersama suami. Dengan demikian lebih mudah membahas masalah yang ada. Sayangnya, menurut Arie, dalam banya kasus, sangat sulit mengajak suami berkonsultasi ke psikolog atau konselor perkawinan. Sangat jarang suami yang merasa apalagi mengakui bila ia memiliki masalah seksual. Suami mungkin menganggap selalu puas saat berhubungan intim. Karena itu juga tidak merasa perlu mendampingi istri menemui konselor.
Selain itu, kita bisa mengambil langkah antisipasi disamping terbuka, istri pun harus bisa memahami saat mana pasangan membutuhkan dan saat mana tidak membutuhkan hubungan seksual. Dengan waktu yang tepat, Arie yakin suami-istri akan mendapat kualitas hubungan seksual yang baik. “Contohnya, perempuan kalau lagi tidak mood, atau lagi banyak masalah, tidak bisa menikmati hubungan seksual. Hal-hal semacam ini harus diungkapkan kepada suami agar kedua belah pihak tidak kecewa saat berhubungan intim,”kata Arie.
Seandainya waktu serta tempat sudah tepat, dan suami sudah berusaha maksimal namun kepuasan tetap tidak tercapai jua, berarti istri perlu introspeksi diri. Benarkah perlakuan pasangan membuat tidak puas, ataukah memang ada problem pribadi. Misalnya, bisa jadi kebutuhan seksual istri memang tinggi sehingga suami tidak bisa mengimbangi. Atau mungkin istri tidak bisa merasakan kepuasan karena masalah reproduksi, atau mungkin juga mengalami frigiditas. Berarti istrilah yang harus mendapat penanganan khusus.
Atau suami yang memiliki masalah dengan alat seksualnya? Berarti anda perlu mendorongnya untuk mengkonsultasikan dan pengobatan lebih dahulu masalahnya.
FOREPLAY, PENTING
Banyak faktor yang membuat suami tidak bisa memuaskan dalam berhubungan seksual. Apalagi dibanding pria, perempuan butuh waktu lebih lama untuk bergairah dan terangsang hasratnya. Biasanya butuh waktu 20-30 menit samapi siap menerima penetrasi dan orgasme.
Artinya, ditegaskan seksologi dr Boy Abidin SpOG, dalam berhubungan intim sebaikny ajangan tancap gas, tetapi diawali denga foreplay alias pemanasan. Sepatkan waktu 20-30 menit untuk foreplay sebelum melakukan penetrasi.
Sayangnya, banyak pria yang melewatkan momen tersebut. Entah karena capek, malas, atau mungkin sifatnya maunya langsung “tancap gas” dan selesai. Ditambah ada sifat laki-laki yagn menganggap bila ia puas, istri pasti juga puas. “Inilah yang menyebabkan irama antara suami dan istri tidak sama. Imbasnya, istri merasa tidak puas ketika melakukan hubungan intim dengan suaminya,” ujar dr. Boy.
Kaum perempuan sangat membutuhkan foreplay sebagai jalan untuk mengolah emosi. Selain itu, foreplay membantu mengeluarkan cairan perempuan yang akan memudahkan penetrasi. Karena itu, komunikasi yang disebut sebelumnya, perlu diterapkan. Istri harus berani terbuka dan minta sang suami tidak buru-buru. Agar kesempatan berikutnya, suami bisa mengikuti irama istrinya.
Boy mengatakan, tingkat kepuasan sebenarnya bersifat relatif dan tergantung masing-masing individu. Faktor panca indera, apakah itu sentuhan, rabaan atau penciuman, turut menentukan ketutusan atau ketidakpuasan dalam hubungan seksual. Semua itu memang tergantung kebutuhan dan tuntutan tiap individu, namun pada hakikatnya sama, yaitu mendapatkan kepuasan.
Bila toh memerlukan alat bantu seperti vibrator, Boy mengatakan tidak melarangnya selama kedua belah bihak menikmati. “Karena masalah tiap pasangan berbeda. Mungkin ada yang masalahnya gaya bercinta yang mononton, sehingga memerlukan alat bantu. Tapi jika salah satu pihak tidak berkenan hal itu tidak bisa dipaksakan,” jelasnya.
Intinya, penggunaan alat bantu saat bercinta sah-sah saja selama tidak menyakiti, melukai atau mengarah ke sadisme. “Kadang salah satu pihak memaksa, tapi pasangannya tidak menikmati. Yang tercapai bukan puas tapi malah kecewa. Pasangan juga merasa tambah down dan tidak ada kepercayaan diri,” kata Boy menjelaskan
Penggunaan alat seperti vibrator sebenarnya hanya bagian variasi untuk mencapai kepuasan seksual. Variasi lain bisa dilakukan misalnya dengan berganti tempat. Kalau biasanya bercinta di rumah sendiri, sekarang ganti dilakukan di hotel atau mungkin pergi ke luar kota. “Namanya orang, ada jenuhnya. Asal jangan mencari orang lain untuk mendapatkan kepuasan seksual,” pungkas Boy. KARTINI
ALAT BANTU, PERLU TIDAK PERLU Daripada anda stress karena suami benar-benar tak mampu, apalagi selingkuh, alat bantu seksual mungkin bisa menjadi alternatif.
|