“Ibu, saya minta saran memilih sekolah untuk anak saya. Ada sekolah A yang unggul di abc. Sedangkan sekolah B, unggul di def. Gimana ya bu ? Mestinya saya pilih yang mana ?”
Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling sering diajukan oleh para orangtua. Keinginan mereka untuk memberikan yang terbaik untuk putra putri mereka, mendorong mereka untuk menyeleksi sekolah yang akan dimasuki oleh anak-anak.
Biasanya, ada beberapa fokus perhatian yang dijadikan standar sekolah bagus oleh para orangtua dan yang ajaibnya standar ini dari tahun ke tahun berubah mengikuti perkembangan jaman.
15 tahun yang lalu standar yang digunakan adalah sekolah tersebut haruslah sekolah disiplin (bahkan yang paling sering menghukum siswanya), yang banyak memberikan PR, yang sering memberikan ulangan, sekolah yang mampu meluluskan siswa yang mendapatkan nilai EBTANAS tertinggi atau memenangkan lomba-lomba. 5 tahun berlalu, standarnya kembali berubah, sekolah yang memiliki fasilitas lengkap seperti laboratorium komputer, elektro, fisika, biologi dll merupakan sekolah yang dianggap baik.
Ditambah lagi sekolah yang menyeimbangkan IQ dan EQ dianggap sekolah yang bonafit. Era sekarang, standar itu berubah kembali, saat ini sekolah yang bilingual, berkurikulum international atau nasional plus yang dianggap bagus. Sebenarnya, syarat apa sih yang sebaiknya dipenuhi untuk mengatakan sebuah sekolah adalah sekolah yang bagus ?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, yang diterbitkan dalam bukunya Pemikiran Millionaire, dirangking 30 faktor yang mempengaruhi seseorang untuk sukses dalam hidupnya. Sukses disini adalah orang tersebut memiliki sejumlah kekayaan tertentu, kesehatan yang prima dan kebahagiaan yang dirasakan. Hasil perangkingan tersebut adalah bersekolah di sekolah favorit menduduki rangking ke 23, lulus dengan nilai terbaik menduduki rangking ke 30 sedangkan memiliki IQ tinggi menempati urutan no 21. Ternyata banyak dari para millionaire di Amerika yang memiliki skor SAT yang dibawah rata-rata, bahkan banyak diantara mereka lupa berapa skor mereka kala bersekolah.
Bagi mereka, masa bersekolah adalah masa untuk belajar bagaimana mencapai tujuan yang dalam hal ini adalah lulus, bagaimana mengatur jadwal agar dapat mencapai tujuan tersebut namun tetap menyeimbangkan dengan kehidupan pribadi, bagaimana mengorganisir teman-teman agar dapat membantu mencapai tujuan, dan bagaimana mempraktekkan cara-cara bersosialisasi dengan baik dan benar.
Ada faktor yang lebih penting daripada bersekolah di tempat favorit, lulus dengan nilai terbaik maupun memiliki IQ tinggi. Faktor yang mendukung mereka untuk sukses menjalani kehidupan setelah masa bersekolah adalah sebagai berikut :
- Integritas : menjalankan dan kesesuaian antara hal-hal yang diucapkan dan diyakini dengan kehidupan nyata.
- Disiplin : kemampuan untuk mengolah diri sendiri sehingga mampu mencapai tujuan
- Keterampilan sosial : kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain
- Memiliki pasangan yang mendukung baik dalam suka dan duka.
- Bekerja lebih keras dibandingkan dengan orang lain
Dengan bukti nyata tersebut, masih perlukah kita bingung menyekolahkan anak kita dimana ?
Sebaiknya, kita tidak perlu membingungkan hal tersebut. Karena ada faktor yang lebih mendasar lagi daripada memikirkan dimana anak kita harus bersekolah. Faktor tersebut adalah kondisi keluarga, tempat anak-anak tersebut bertumbuh dan berproses. Faktor ke 1-5, merupakan faktor yang dibentuk dalam rumah karena sebagian besar hidup seorang anak dihabiskan di dalamnya. Integritas, disiplin, keterampilan sosial, cara memilih pasangan yang tepat, dan kemauan untuk tekun bekerja merupakan hasil dari teladan yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya. Ke 5 faktor tersebut, tidak mungkin diserahkan kepada sekolah untuk membentuknya. Sekolah hanya bisa menempa ke 5 faktor tersebut agar dapat tertanam kuat dan menjadi kebiasaan. Penanaman dari keluarga akan berakar lebih kuat dalam diri anak. Kehidupan di luar keluarga, dalam hal ini adalah sekolah, justru seringkali menguji hal-hal yang telah kita tanam. Saya pribadi merupakan lulusan dari sekolah favorit mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Bahkan saya memasuki SMU yang termasuk 5 besar terbaik se-Jawa Timur. Setelah saya renungkan pengalaman bersekolah saya, yang hampir separuh hidup saya, saya menemukan bahwa manfaat terpenting yang dapat saya ambil dari pengalaman bersekolah adalah semangat belajar yang terus menerus. Pernahkah anda bertemu dengan orang yang berhenti belajar setelah mereka di wisuda ? Pernahkan anda mendengar bahwa buku hanya ditujukan bagi mereka yang bersekolah ? Saya sendiri mengamati saudara-saudara saya yang berhenti belajar setelah mereka lulus universitas. Untunglah, lingkungan saya merupakan lingkungan pembelajar yang mendorong saya untuk terus belajar, memperbaharui pengetahuan saya.
Darimana saya belajar tentang kerja keras, disiplin dan integritas ? Dari orangtua saya. Saya mencontoh dari pengalaman hidup mereka. Ayah saya adalah seorang pria pendiam dan sibuk dengan dunianya sendiri. Bagi saya, beliau merupakan penanam terbesar kebiasaan untuk tekun bekerja dibandingkan dengan orang lain. Beliau bekerja kira-kira 360 hari dalam setahun, dipotong liburan Idul Fitri. Itu pun hanya 5 hari dalam setahun. Sedapat mungkin, beliau tidak pernah absen dalam bekerja. Tanggung jawab inilah yang dipuji oleh ibu saya pada ayah saya. Walaupun ibu saya terkadang tidak mampu untuk mengikuti pola berpikir ayah saya, beliau menerima dengan lapang dada.
Dari ibu saya, saya belajar untuk bagaimana disiplin, menjalankan tugas-tugas saya. Belajar artinya bertekun walau menghadapi kesulitan. Dari beliau juga, saya belajar bagaimana berelasi dengan orang lain dan bagaimana mempertahankan diri dalam relasi tersebut.
Sekarang, kehidupan mereka sudah jauh lebih enak dibandingkan 20 tahun yang lalu. Sekarang mereka tinggal mengembangkan apa yang telah mereka tanam. Kembali ke pembicaraan mengenai memilih sekolah. Kita sudah membahas mengenai kurang pentingnya kebingungan dalam memilih sekolah untuk anak kita. “Namun, anak kita kan masih tetap harus sekolah ! Jadi bagaimana dong memilihnya ?”. Tentunya pertanyaan ini masih terlintas dalam benak anda.
Dalam pemilihan sekolah, kita harus menyamakan persepsi dengan pasangan, mengenai tujuan anak disekolahkan. Tentunya, tujuan disekolahkan anak kita adalah untuk mendapatkan pengalaman hidupnya sebelum ia terjun sesungguhnya di masyarakat. Sekolah dapat diibaratkan sebagai miniatur masyarakat. Didalamnya ada otoritas yang harus ditaati, ada peraturan yang harus dijalankan, ada tugas yang harus diselesaikan, ada aktivitas-aktivitas yang harus dijadwalkan, ada teman yang harus diorganisir, ada target yang harus dicapai, dan ada ujian yang harus ditempuh. Yang terpenting dari semuanya itu adalah melatih tanggung jawab yang harus diemban dan diselesaikan oleh anak. Keberhasilan anak untuk mengatur dan menjalankan tanggung jawab tersebut merupakan bekal bagi anak untuk hidup di masyarakat. Sekolah = nilai bagus ? Tidak selalu.
Yang terpenting daripada nilai bagus adalah kemauan anak untuk belajar dan tahu bagaimana cara mendapatkan informasi. Pengetahuan yang diajarkan disekolah tidak keseluruhannya dapat digunakan di masa sekarang. Ambil contoh di masa sekolah SD-SMU kita, kita diajarkan bermacam-macam pelajaran, namun apakah pelajaran tersebut sekarang kita gunakan dalam keseharian kita ? Nilai yang kita peroleh semasa sekolah, tidak menjamin kita dapat mengerjakan tugas-tugas kita saat ini, bukan ?. Inti sari yang perlu dipelajari oleh anak adalah pengalaman menyerap pelajaran tersebut di bangku sekolah.
Nilai bagus merupakan akibat/hasil dari serangkaian proses yang dijalani. Penyebab dari nilai bagus itu ada banyak faktor. Faktor terpenting adalah apakah anak merasa dicintai atau tidak dan apakah anak merasa hal yang dilakukannya berharga atau tidak dimata orangtua. Jika anak merasa dicintai dan berharga, niscaya nilai baik itu akan mengikuti. Karena rasa dicintai dan dihargai merupakan pondasi dasar terbentuknya konsep diri dan harga diri sehat dalam diri anak.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam bersekolah adalah ke-enjoy-an/rasa nikmat yang dirasakan anak saat bersekolah. Apakah anak anda merasa nyaman bersekolah di tempat tersebut. Perasaan nyaman ini akan memungkinkan anak untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Coba bayangkan jika anda berada dalam kondisi takut dan stres, apakah anda dapat mengeluarkan seluruh kemampuan anda untuk menyelesaikan tantangan di depan ?
Demikian dengan anak-anak, mereka masih belum mampu untuk berpikir sekompleks kita orang dewasa. Anak remaja ? Yang sudah mampu berpikir lebih kompleks pun masih membutuhkan bimbingan dari kita, orang dewasa.
Bagaimana dengan guru ?
Kita tidak perlu tergiur dengan sekolah yang memiliki guru dengan segudang titel : Prof, Doktor, Ir, Psikolog. Yang terpenting dari itu semua adalah mereka memiliki hati untuk mengajar dan mampu menginspirasi anak kita. Bagi orang yang memiliki hati demikian, nilai bukanlah faktor terpenting kesuksesan dalam bersekolah. Mereka akan mencari cara lain jika siswa mereka tidak memahami penjelasan yang mereka sampaikan bukannya menyalahkan kita.
Saya memiliki 1 orang teman yang memilki latar belakang pendidikan yang jauh berbeda dengan dunia pendidikan. Namun kecintaannya terhadap anak kecil membawanya untuk menekuni dunia pendidikan. Tentu saja, ia membutuhkan beberapa penyesuaian untuk terjun di dunia asing ini. Siswa-siswanya mencintai beliau dan berdasarkan pengamatan saya, tidak ada siswanya yang takut atau stres terhadap beliau. Jika ada siswa yang tidak memahami penjelasannya, ia merelakan waktu istirahatnya sepulang sekolah untuk mengajar ulang siswa tersebut. Dibayar ? Tidak.
Di antara itu semua yang terpenting adalah menetapkan tujuan kita. Setelah tujuan terdefinisi dengan jelas barulah kita mencari sekolah yang bisa memenuhi tujuan kita. Memang tidak akan semua tujuan kita bisa dipenuhi oleh satu sekolah. Oleh karena itu carilah sekolah yang bisa memenuhi tujuan kita paling banyak. Bagaimana caranya? Sederhana saja. Tanyailah sepuluh sampai lima belas orangtua murid yang anaknya telah bersekolah di sekolah tersebut. Jangan tanya satu atau dua orang saja karena kurang akurat. Tanyakan pada mereka hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kita.
Bertanya dari orangtua yang anaknya telah bersekolah di sana adalah fakta nyata yang tak bisa dipungkiri. Kepala sekolah atau guru boleh bercerita panjang lebar tentang visi dan misi sekolah namun kenyataan di lapangan adalah bukti nyata yang tak bisa dipungkiri.
Ingat dalam memilih sekolah yang terpenting adalah sekolah itu cocok untuk anak kita bukan karena sekolah itu favorit atau top karena fasilitasnya atau juga bukan karena didirikan oleh publik figur. Jika anak kita tidak cocok sebagus apapun s Semoga artikel ini bisa menjadi inspirasi bagi para orangtua dalam berdiskusi memilih sekolah bagi anak-anak.
Salam hangat penuh cinta untuk anda sekeluarga.
OLEH : Sandra M.,MPsi,Psikolog (http://www.sekolahorangtua.com/2009/04/03/memilih-sekolahyang-cocok-untuk-buah-hati-tercinta/)
No comments:
Post a Comment