Thursday, October 27, 2011

SAKIT GIGI




Pertolongan darurat jika si kecil sakit gigi

Tidak ada yang merusak liburan minggu selain anak sedang sakit gigi, terutama jika dokter gigi sedang tutup. Untungnya kebanyakan dokter gigi bersedia dihubungi lewat telepon diluar jam praktik, kata Dennis. J. Mc.Tigue,DDS, guru besar kedokteran anak di Ohio State University di Columbus. Akan lebih membantu jika anda tahu apa yang harus diperbuat untuk masalah umum yang mungkin terjadi.

Sakit gigi

Nyeri tiba-tiba bisa berarti karena anak memiliki lubang pada gigi. Berikan dia ibuprofen atau acetaminophen sampai anda bisa membawanya ke dokter gigi setelah libur. Jika wajahnya terlihat bengkak, jaringan di sekitar giginya mungkin terinfeksi. Hubungi telepon darurat dokter gigi anda atau bawa ke IGD yang biasanya memiliki dokter gigi yang bisa dipanggil.

Gigi patah

Jika anda bisa melihat jaringan saraf dan pembuluh darah di dalam gigi, bawa si kecil ke dokter gigi segera dalam beberapa jam. Jika giginya tercuil tapi tidak ada jaringan yang terlihat. Anda bisa menunggu 72 jam. Cobalah untuk menyimpan potongan giginya yang mungkin bisa disambungkan lagi oleh dokter gigi.

Gigi tanggal

Jika gigi si kecil tanggal atau goyang ke samping atau ke dalam gusi dia mungkin harus dibawa ke dokter gigi atau IGD secepatnya. Jika ini adalah gigi permanen, coba untuk menahannya tetap ditempatnya sampai si kecil mendapatkan penanganan. Jika tidak mungkin dilakukan, simpan gigi di dalam gelas berisi susu dan bawa bersama anda.

Wednesday, October 26, 2011

KEKERASAN PADA ANAK



Hentikan kekerasan terhadap anak sekarang dan selamanya
Dalam perspektif keluarga, anak diposisikan sebagai dambaan orang tua sekaligus penerus keluarga. Namun kenyataannya, masih banyak anak yang belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi. Bahkan tidak sedikit anak yang hidup terlantar dan tidak memperoleh pendidikan yang memadai.

Agar setiap anak kelak dapat memikul tanggung jawab sebagai penerus keluarga dan penerus bangsa, maka anak-anak wajib mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dari segi fisik, mental, maupun social. Karena itu, untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan anak, semua pihak wajib mengupayakan perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi, kekerasan, penganiayaan, penyiksaan, dan penelantaran. Komisi Nasional Perlindungan Anak memberikan kiat bagi orang tua untuk menghindari segala bentuk kekerasan terhadap anak.

Hargai anak dan bersikap adil

Dengan menciptakan suasana hangat dan penuh kasih saying, tanpa diskriminasi. Berilah penghargaan bila anak melakukan perbuatan terpuji dan beritahu kesalahannya jika dia melakukan tindakan yang kurang baik. Dengan demikian, anak akan belajar menghargai orang lain, terutama orang tuanya.

Dengarkan keluahan anak

Bila anak berperilaku buruk, seperti melawan, suka memukul, atau berbohong, pahamilah perasaannya dan dengarkan keluhannya.

Ungkapkan ketidaksetujuan anda atas perilaku anak yang kurang baik

Dengan kata-kata yang tidak memojokkan anak. Daripada mengatakan,”Ayo, cepat mandi. Mama tidak suka punya anak baud an pemalas!” lebih baik katakana, “Yuk, mandi saying. Supaya wangi dan bersih.”

Peringatan lebih awal
Ketika anda marah karena perilaku anak, maka menghindarlah seketika dari anak. Tenangkan diri anda lalu berdialog dengan anak seputar ketidaksukaan anda dengan sikap anak.

Berupaya lebih akrab

Binalah hubungan yang lebih hangat dan akrab dengan anak sehingga dia menjadi lebih terbuka kepada orang tua. Jadilah contoh bagi anak dalam menanamkan nilai-nilai moral dan social yang berlaku.

Dunia anak adalah dunia yang penuh kegembiraan dan keceriaan. Karena itu, kekerasan bukan cara yang tepat untuk dilakukan terhadap anak. Hentikan segala bentuk kekerasan terhadap anak sekarang dan selamanya!

Sumber: PARENTSINDONESIA.COM

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK




Bebas bergerak untuk melanjutkan langkah besar berikutnya

Langkah besar si kecil selanjutnya setelah belajar berjalan adalah meniki tangga. Si kecil mungkin takut saat pertama kali, tetapi dengan bimbingan anda ia akan percaya diri untuk menjelajah. Jaga agar si kecil dapat terus bergerak bebas sehingga ia dapat terus mengembangkan gerakannya.

Kapan seharusnya anak saya bisa berjalan menaiki tangga?

Berjalan menaiki tangga adalah kemampuan yang seharusnya dimulai pada usia 15-24 bulan. Untuk memiliki kemampuan tersebut anak harus mampu berjalan dengan baik. Setelah berjalan dengan baik maka biasanya anak anda akan belajar berjalan mundur, berlari dan bersamaan dengan itu akan belajar untuk menaiki tempat yang lebih tinggi.

Bagaimana memacu agar anak bisa berjalan menaiki tangga?

Anak anda bisa berlatih untuk berjalan di jalan menanjak selain itu anak bisa dilatih untuk menaiki balok dengan dipegangi badannya dari belakang.

Perlu diingat, jangan melatih anak menaiki tangga saat anak membawa permainnanya karena dapat menganggu perhatian dan keseingangannya. Selain itu bagi anak yang masih menggunakan diapers, hindari menggunakan diapers yang tebal atau penuh karena akan menyulitkan anak selangkah dan membuat anak makin sulit menaiki tangga karena beban yang berat.

Anak saya sudah lancer berjalan dan berlari, tetapi dia tampak takut menaiki tangga. Apa yang terjadi ?

Mungkin saja anak anda pernah mengalami trauma menaiki tangga misalnya terjatuh saat menaiki tangga. Bahkan kadang-kadang anak takut menaiki tangga karena orang tua sering melarang anak mendekati tangga.

Dengan melarang anak menaiki tangga maka orang tua telah mencegah anak untuk mengeksplorasi lingkungannya. Yang dibutuhkan anak bukan suatu larangan tetapi bagaimana member pengertian bahayanya terjatuh dari tangga dan menemaningya setiap anak menaiki tangga sehingga anak merasa aman dan pada akhirnya bisa menaiki tangga dengan baik.

Sumber : PARENTSINDONESIA.COM

DAMPAK TELEVISI BAGI ANAK




Anda mungkin suka menyalakan televisi sebagai pengiring anda mengerjakan pekerjaan dirumah. Namun, jika batita anda berada di ruangan tersebut, lebih baik matikan televise. Sebuah studi dari Universitas of Massachusetts menemukan bahwa anak berusia 1-3 tahun akan lebih sedikit bermain dan tidak terlalu focus ketika acara permainan sedang ditayangkan, daripada ketika televise dimatikan. “Bahkan jika program tersebut bukan yang disukai anak sekalipun. Televise yang menyala di dekat mereka akan mengganggu permainan mereka yang mungkin akan berpengaruh negative bagi perkembangan anak,” ujar seorang peneliti, Daniel Andeson, PhD.

Monday, October 17, 2011

DIFTERI

KENALI GEJALA DIFTERI



Mewabahnya penyakit difteri di Jawa Timur hingga ditetapkan sebagai KLB (kejadian luar biasa) sejak Jumat, 7 Oktober 2011, menarik perhatian warga Indonesia. Terlebih, kalangan yang terbilang sangat rentan terhadap penyakit ini adalah anak-anak.

Pertama-tama mari kita ketahui definisi difteri. Difteri adalah penyakit akibat bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Di masa lalu, difteri merupakan penyakit yang telah menyebabkan ribuan kematian. Hingga kini pun masih mewabah di daerah-daerah yang belum berkembang.

Adapun mereka yang selamat dari penyakit ini biasanya akan menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur 1 sampai 10 tahun sangatlah rentan terhadap penyakit ini.

Kuman difteri disebarkan dengan menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Gejala yang biasanya muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan lemah. Kemudian, kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan (membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan. Jika menutup saluran pernapasan, menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Pencegahan dan perawatan

Lalu bagaimana cara menghindari atau melindungi diri dari penyakit ini? Difteri bisa dicegah dengan imunisasi. Imunisasi pun sebaiknya dilakukan kepada seluruh anak di bawah usia 10 tahun, baik yang terkena difteri maupun yang belum.

Pemberian vaksin DPT (difteri, tetanus, dan polio) dapat memberikan kekebalan anak-anak dari penyakit tersebut. Vaksinasi DPT sendiri masuk dalam kebijakan program imunisasi wajib yang diberikan pemerintah.

Namun, bagaimana untuk mereka yang telah terjangkit? Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas (tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa.

DIPHTHERIA (DIFTERI)

Difteri adalah penyakit akut yang mengancam nyawa yang disebabkan Corynebacterium diphtheria.
Penyebab :
  • Corynebacterium diphtheria, dikenal dua macam Corynebacterium diphtheria, yaitu :
  • Toxigenic Corynebacterium diphtheria
  • Non-tocigenic Corynebacterium diphtheria
  • Toxigenic Corynebacterium diptheriae.
Ada 4 strain yang yirulen yang berhubungan dengan penyakit pada manusia:
  • Di Eropah bentuk yang ganas dari difteri, berhubungan dengan tipe strain gravis, dan kebanyakan kematian berhubungan dengan group ini.
  • Tipe strain mitis, berbeda keganasannya dari tipe strain gravis dan jarang fatal, dan umumnya hanya mengenai saluran nafas.
  • Tipe strain intermedius juga telah diidentifikasi dan merupakan penyebab penyakit difteri yang agak berat.
  • Tipe strain minimus, pernah di isolasi sewaktu epidemic dari penyakit difteri berat di Amerika.
Non toxigenic Corynebacterium diphtheria

Organism ini sering dijumpai pada daerah nasofaring. Telinga dan pada kotoran mata, dan harus dibedakan dari strain yang menghasilkan toxin. Pemeriksaan mikroskopis ataupun morfologi pada kultur tidak bias membedakan antara toxigenic dengan non toxigenic diphtheria. Metoda lama dengan menginokalkulasikan pada guinea pig memerlukan waktu beberapa hari, tetapi dengan metoda baru, yaitu dengan melakukan test invitro untuk identifikasi “skin toxin production” memberikan hasil yang dapat dipercaya dalam waktu 18 jam sesudah isolasi pertama.

Patofisiologi
  • Corynebacterium diphtheria adalah organism yang minimal melakukan invasive. Secara umum jarang memasuki aliran darah. Tetapi berkembang local pada membrane mukosa atau pada jaringan yang rusak dan menghasilkan exotoxin yang paten yang tersebar keseluruh tubuh melalui aliran darah dan sisitem limpatik. Dengan sejumlah kecil toxin, yaitu 0.06 ug, biasanya telah bisa menimbulkan kematian pada guinea pig.
  • Pada saat bakteri berkembang biak, toxin merusak jaringan local yang menyebabkan timbulnya kematian dan kerusakan jaringan lekosit masuk kedaerah tersebut bersamaan dengan penumpukan fibrin dan elemen darah yang lain, disertai dengan jaringan yang rusak membentuk membrane. Akibat dari kerusakan jaringan, oedem dan pembengkakan pada daerah sekitar membrane sering terjadi, dan ini bertanggung jawab terhadap terjadinya penyumbatan jalan nafas pada trachea-bronchial atau laryngeal difteri.
  • Warna dari membrane difteri dapat bervariasi, mulai dari putih, kuning atau abu-abu, dan ini sering meragukan dengan “simple tonsiliar exudates”. Karena membrane terdiri dari jaringan yang mati, atau sel yang rusak, dasar dari membrane rapuh, dan mudah berdarah bila membrane yang lengket diangkat.
  • Kematian umumnya disebabkan oleh kekuatan dari exotoxin. Exotoxin ditransportasikan melalui aliran darah ke jaringan lain. Dimana dia menggunakan efeknya pada metabolism seluler. Toxin terlihat terikat pada membrane sel melalui porsi toxin yang disebut “B” fragment, dan membantu dalam transportasi porsi toxin lainya. “A” fragment ke dalam cytoplasma. Dalam beberapa jam saja setelah terexpose dengan toxin difteri, sintesa protein berhenti dan sel segera mati.
  • Organ penting yang terlibat adalah otot jantung dan jaringan saraf. Pada miokardium, toxin menyebabkan pembengkakan dan kerusakan mitochondria, dengan fatty degeneration, oedem dan interstitial fibrosis. Setelah terjadi kerusakan jaringan miokardium, peradangan setempat akan terjadi, diikuti dengan perivascular dibalut dena tekosit (cuffing).
  • Kerusakan oleh toxin pada myelin sheath dari saraf perifer terjadi pada keduanya, yaitu sensory dan saraf motorik. Begitupun saraf motorik lebih sering terlibat dan lebih berat.
Gejala klinik
  • Difteri terjadi setelah periode masa inkubasi yang pendek yaitu 2-4 hari, dengan jarak antara 1-5 hari. Gambaran klinik tergantung pada lokasi anantomi yang dikenai. Beberapa tipe difteri berdasarkan lokasi anatomi adalah :
  1. Nasal diphtheria
  2. Tonsiliar (faucial) diphtheria
  3. Pharyngeal diphtheria
  4. Laryngeal atau laryngotracheal diphtheria dan
  5. Non respiratory diphtheria
  • Lebih dari satu lokasi anatomi mungkin terlibat pada waktu yang bersamaan.

Nasal diphtheria
  • Gejala permulaan dari nasal diphtheria sukar dibedakan dari common cold. Tanda karakteristik adalah dijumpai pengeluaran sekresi hidung tanpa diikuti gejala lain. Demam bila ada biasanya rendah. Pengeluaran sekresi hidung ini mula-mula serous, kemudian serosanguinous, pada beberapa kasus terjadi epitaksis. Pengeluaran sekresi ini bisa hanya berasal dari salah satu lobang hidung ataupun dari keduanya. Lama kelamaan sekresi hidung ini bisa menjadi mucopurulent dan dijumpai exkoriasi pada lobang hidung sebelah luar dan bibir bagian atas terlihat seperti impetigo.
  • Pengeluaran sekresi kadang mengaburkan tentang adanya membrane yang putih pada sekat hidung. Karena absorpsi toxin yang jelek pada tempat lokasi, menyebabkan gejala hanya ringan tanpa adanya gejala yang menonjol. Pada penderita yang tidak diobati, pengeluaran sekresi akan berlangsung untuk beberapa hari sampai beberapa minggu, dan ini merupakan sumber penularan. Infeksi dapat diatasi secara cepat dengan pemberian antibiotika.
Tonsillar dan pharyngeal diphtheria
  • Penyakit timbul secara perlahan dengan tanda-tanda, malas, anorexia, sakit tenggorokan, dan panas yang rendah. Dalam waktu 24 jam bercak eksudat atau membrane dijumpai pada daerah tonsil. Berikutnya terjadi perluasan membrane, yang bervariasi dari hanya melibatkan sebagian dari tonsil sampai menjalar ke kedua tonsil, uvula, paltum molle dan dinding dari faring. Membrane ini rapuh, lengket dan berwarna putih atau abu-abu, dan bila dijumpai perdarahan bisa berwarna hitam. Pengangkatan dari membrane akan mudah menimbulkan perdarahan.
  • Terlibatnya tonsil dan faring ditandai dengan pembesaran kelenjar, cervical adenitis dan periadenitis. Pada kasus yang berat, pembengkakan jelas terlihat dan disebut dengan “bull neck”.
  • Berat ringannya penyakit tergantung pada berat tidaknya toxemia. Pada keadaan ini temperature bisa normal atau sedikit meninggi, tetapi pols cepat dan tak teratur.
  • Pada kasus yang ringan, membrane akan lepas pada hari ke-7 sampai hari ke-10, dan penderita sembuh tanpa adanya gejala yang berarti, sedang pada kasus yang sangat berat, ditandai dengan gejala yang diakibatkan peningkatan toxemia, yaitu : kelemahan yang amat sangat, pucat sangat menonjol, pols halus dan cepat, stupor, koma dan meninggal dalam 6-10 hari. Pada keadaan penyakit yang sedang, penyembuhan terjadi secara perlahan dan biasanya sering diikuti dengan komplikasi miokarditis dan neuritis.
Laryngeal diphtheria
  • Laryngeal diphtheria lebih sering merupakan lanjutan dari pharyngeal diphtheria, jarang sekali dijumpai berdiri sendiri. Penyakit ditandai dengan adanya demam, suara serak dan batuk. Peningkatan penymbatan jalan nafas oleh membrane menimbulkan gejala : inspiratory stridor, retraksi suprasternal, supraclavicular dan subcostal.
  • Pada keadaan yang berat laryngeal diphtheria berlanjut sampai kepercabangan tracheobronchial. Pada keadaan yang ringan, yang biasanya diakibatkan oleh pemberian antitoxin, saluran nafas tetap baik, dan membrane dikeluarkan dengan batuk pacta hari ke6-10.
  • Pada kasus yang sangat berat, dijumpai penyumbatan yang semakin berat, diikuti dengan adanya anoxia dan penderita terlihat sakit parah, sianose, kelemahan yang sangat, koma dan berakhir dengan kematian. Kematian yang mendadak bisa dijumpai pada kasus yang ringan yang disebabkan oleh karena penyumbatan yang tiba-tiba oleh bagian membrane yang lepas.
  • Gambaran klinik dari laryngeal diphtheria, serupa dengan gambaran menkanikal obstruksi dari saluran nafas, yang biasanya disebabkan oleh membrane, dan dijumpai kongesti, oedem, sedang tanda toxemia adalah minimal pada saat permulaan terinfeksinya laring, hal ini disebabkan karena absorpsi dari toxin sangat kecil sekali di daerah laring. Terlibatnya laring biasanya bersamaan dengan tonsil dan pharyngeal diphtheria, dengan konsekwensi gejala klinik adalah gambaran obstruksi dan toxemia yang berat, yang dijumpai secara serentak.
Tipe difteri yang jarang
  • Infeksi difteri sekali-sekali bisa mengenai tempat lain diluar tempat yang lazim (saluran pernafasan) yaitu pada kulit conjunctiva, aural, dan vulvovaginal.
  • Pada cutaneous diphtheria, kelainan yang terjadi adalah khas, berbentuk ulkus, dengan batas yang tegas, dan pada dasar ulkus dijumpai adanya membrane.
  • Pada conjunctival diphtheria, yang mula-mula terlibat adalah kelopak mata, dimana kelopak mata menjadi merah, oedem dan dijumpai membrane.
  • Terlibatnya liang telinga luar biasanya ditandai dengan keluarnya cairan yang purulent yang terus menerus. Sedang lesi vulvovaginal biasanya berbentuk ulkus yang mengelompok.
Diognosa
  • Diagnose ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinik merupakan pegangan utama dalam menegakkan diagnosa, karena setiap keterlambatan dalam pengobatan akan menimbulkan resiko pada penderita. Secara klinik diagnose dapat ditegakkan dengan melihat adanya membrane yang tipis dan berwarna keabu-abuan, mirip seperti sarang laba-laba dan mudah berdarah bila diangkat.
Diagnose banding

1. Nasal diphtheria, diagnose banding adalah :
  • Common cold
  • Bila secret yang dihasilkan serosanguinous atau purulent harus dibedakan dari :
  1. Benda asing dalam hidung
  2. Sinusitis
  3. Adenoiditis
  4. Congenital syphilis
2. Tonsillar atau dan pharyngeal diphtheria, diagnose banding adalah :
  • Pharyngitis oleh streptococcus, pada keadaan ini biasanya diikuti dengan rasa sakit yang hebat pada saat menelan, temperature tubuh yang tinggi, dan membrane yang tidak lengket pada lesi.
  • Infeksi mononucleosis, biasanya diikuti lymphadenopathy dan splenomegali.
  • Blood dyscrasia
  • Post tonsillectomy faucial membranous.
3. Laryngeal diphtheria, diagnose banding adalah :
  • Spasmodic dan non spasmodic croup
  • Acute epiglotitis
  • Laryngo-tracheo bronchitis
  • Aspirasi benda asing
  • Pharyngeal dan retropharyngeal abscess
  • Laryngeal papiloma
  • Hemangioma atau limphangioma
Penatalaksanaan

Antibiotika
  • Penicillin dapat digunakan bagi penderita yang tidak sensitive, bila penderita sensitive terhadap penicillin dapat digunakan erythromycin. Lama pemberian selama 7 hari, pada golongan erythromycin dapat digunakan selama 7-10 hari.
  • Penggunaan antibiotika bukan bertujuan untuk memberantas toxin, ataupun membantu kerja antitoxin, tetapi untuk membunuh kuman penyebab sehingga produksi toxin oleh kuman berhenti.
Antitoxin (ADS)
  • Antitoxin yang digunakan adalah yang berasal dari binatang, yaitu dari serum kuda. Sebelum digunakan harus terlebih dahulu dilakukan test.
  • Test sensitivitas terhadap antitoxin serum kuda dilakukan dengan cara : 0,1 ml dari antitoxin yang telah diencerkan 1:1000 dalam larutan garan, diberikan I.C dan diteteskan pada mata. Reaksi dikatakan positif bila dalam waktu 20 menit dijumpai erythema dengan diameter >10 mm pada bekas tempat suntikan, atau pada test mata dijumpai adanya conjunctivitis dan pengeluaran air mata. Bila hal ini dijumpai, pemberian dapat dilakukan dengan metoda desesitisasi, salah satu cara yang digunakan adalah :
  1. 0,05 ml dari larutan pengenceran 1:20 diberi secara S.C
  2. 0,1 ml dari larutan pengenceran 1:20 diberi secara S.C
  3. 0,1 ml dari larutan pengenceran 1:10 diberi secara S.C
  4. 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara S.C
  5. 0,3 ml tanpa pengenceran diberi secara I.M
  6. 0,5 ml tanpa pengenceran diberi secara I.M
  7. 0,1 ml tanpa pengenceran diberi secara I.V
  • Bila tidak dijjumpai reaksi dari antitoxin dapat diberikan secara perlahan melalui infuse. Bila dijumpai reaksi dari pemberian antitoxin, harus segera diobati dengan pemberian epinepharin (1:1000) secara I.V
  • Di Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU, pada mulanya ADS (Biofarma) diberikan secara I.M. dengan dosis 20.000 unit, selama 2 hari berturut-turut. Cara ini sudah ditinggalkan. Belakangan digunakan ADS secara intravena pada penderita yang tidak sensitive, dengan dosis 20.000-40.000 u, dilarutkan dalam larutan NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:20, dan diberikan dengan kecepatan 15 tetes/menit dan harus sudah selesai dalam waktu 30-45 menit. Sejak periode Maret 1984 polisi yang digunakan bagi penderita difteri yang tidak sensitive adalah sebagai berikut : ADS diberikan dengan dosis 40.000 u dalam larutan 200 ml NaCl fisiologis diberikan per-infus dan pemberian diselesaikan dalam waktu 30-45 menit.
Menurut studi Tasman (dikutip daru Krugman, Infectious disease of children, 1985) penggunaan ADS intra vena memberikan beberapa keuntungan seperti :
  • Peak serum antitoxin level tercapai dalam waktu 30 menit setelah pemberian secara intra vena dibandingkan 4 hari pada pemberian secara intra muscular.
  • Antitoxin terlihat sangat cepat di saliva sesudah pemberian secara intra vena dibandingkan pemberian secara intra muscular yang mungkin terlambat beberapa jam sampai beberapa hari.
  • Pada studi perbandingan antara kedua cara ini pada binatang percobaan, terlihat pada group intra vena angka kematian yang lebih rendah, komplikasi miokarditis dan neuritis yang lebih sedikit.
Kortikosteroid

Beberapa penulis menganjurkan penggunaan kortikosteroid pada keadaan tertentu, seperti bila ada tanda miokarditis, dan pada laryngeal ataupun nasopharyngeal diphtheria.

Rawatan penunjang
  • Penderita harus dalam keadaan istirahat karena ditakutkan terjadinya miokarditis (minggu ke 2-3 atau lebih). Serial EKG perlu dilakukan secara seri untuk mendeteksi secara dini tanda-tanda miokarditis.
  • Pemberian cairan harus cukup untuk mencegah dehidrasi, berikan kalori yang tinggi dengan makanan yang cair.
  • Pada laryngeal diphtheria tindakan tracheostomi perlu dilakukan untuk menghilangkan sumbatan jalan nafas.
  • Digitalis boleh diberikan bila ada tanda-tanda payah jantung, tetapi kontra indikasi bila ada aritmia jantung.
  • Bila ada paralyse palatum molle dan pharyng, pemasangan polyethylene tube perlu dilakukan untuk mencegah jangan sampai terjadi aspirasi.
Pencegahan
  • Pendegahan terhadap difteri dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi, yang dapat dimulai pada saat bayi berusia 2 bulan dengan pemberian DPT ataupun DT. Diberikan 0,5 ml secara I.M imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan interval waktu pemberian 6-8 minggu. Ulangan dilakukan satu tahun sesudahnya dan ulangan kedua dilakuan 3 tahun setelah ulangan yang pertama.
Penanganan kontak
  • Pencegahan terhadap difteri juga termasuk didalamnya isolasi dari penderita, dengan tujuan untuk mencegah seminimal mungkin penyebaran penyakit ke orang lain. Penderita adalah infectious sampai basil difteri tidak dijumpai pada kultur yang diambil dari tempat infeksi. Tiga kali berulang kultur negative dibutuhkan sebelum penderita dibebaskan dari isolasi.
  • Kontak yang intim akan mudah tertular bila ianya tidak imun, kultur dari rongga hidung dan tenggorokan harus dilakukan.
  • Immunized carried harus diberikan injeksi ulangan dengan difteri toxoid, dan diobati dengan :
  1. Procaine penicillin 600.000 u/hari selama 4 hari
  2. Bencathine penicillin 600.000u, I.M. dosis tunggal atau
  3. Erythromycin, 40 mg/kg BB/24 jam, diberikan selama 7-10 hari
  • Nonimmunized asymptomatic carriers harus dilakukan :
  1. Pemberian diferi toxoid dan penicillin
  2. Dilakukan pemeriksaan setiap harinya oleh dokter
  3. Bila ini tidak dapat dilaksanakan, pemberian ADS 10.000 u harus dilakukan.
  4. Bila kontak telah menunjukkan gejala, pengobatan seperti penderitaan difteri harus dilaksanakan.
  • Terapi profilaksis dengan pemberian difteri toxoid, penicillin, dan bila ada indikasi, diberikan antitoxin harus dilaksanakan sesegera mungkin tanpa terlebih dahulu menunggu hasil kultur.
Schick Test

Untuk mengetahui seseorang mempunyai antitoxin didalam serumnya, disamping pemeriksaan yang akurat dengan pemeriksaan langsung titer antitoxin yang beredar dalam darah, dapat dilakukan Schick test dengan cara menggunakan Schicerm Biofarma Bandung), yang tersedia dalam sediaan s5 cc, dimana setiap cc nya mengandung toxin difteri yang stabil 1/50 d/l/m (dosis lethal minimal), dengan cara menyuntikkan 0,1 cc secara intra cutan pada lengan bawah kiri bagian voler dengan menggunakan jarum suntik 1 cc. beberapa penderita mengalami hypersensitive terhadap toxin ataupun terhadap antigen lain yang terdapat di dalam persediaan toxin. Untuk ini diperlukan control. Control dapat dilakukan dengan menginjeksikan difteri toxoid (0,005 Lf), diberikan secara intra dermal pada lengan yang berbeda.

Sumber :
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2011/10/11/4532/13/Kenali-Gejala-Difteri
DIPHTHERIA (DIFTERI), oleh Chaeruddin P.Lubis, Fakultas Kedokteran USU, www.usu.ac.id/id/files/artikel/Dipteri.pdf

Sunday, October 16, 2011

DEPRESI MENGAKIBATKAN ALZHAIMER

HATI-HATI, DEPRESI DAPAT MENGAKIBATKAN ALZHAIMER



Orang yang memiliki depresi lebih mungkin terkena penyakit Alzheimer dari pada orang yang tidak pernah depresi. Hal ini adalah hasil dari sebuah penelitian yang diterbitkan pada, 8 April 2008, edisi Neurology dikutip dari Science Daily.

Penelitian ini melibatkan 486 orang dengan usia 60 sampai 90 yang tidak memiliki demensia. Diketahui 134 orang pernah mengalami sebuah periode depresi, sehingga membuat mereka mencari bantuan medis.

Para peserta tersebut dilakukan observasi selama rata-rata enam tahun. Selama waktu itu 33 orang menderita penyakit Alzheimer. Orang yang mengalami depresi 2,5 kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit Alzheimer dibandingkan orang yang belum pernah depresi. Risiko itu bahkan lebih tinggi bagi mereka yang depresi sebelum usia 60, mereka hampir empat kali lebih mungkin untuk mengalami Alzheimer daripada mereka yang tidak depresi.

Menurut Monique Breteler MB, MD, PhD, dari University Medical Center di Rotterdam, Belanda, mereka belum tahu apakah depresi memberikan kontribusi terhadap perkembangan penyakit Alzheimer atau apakah faktor lain yang tidak diketahui menyebabkan depresi dan demensia. Mereka masih harus lebih melakukan studi untuk memahami hubungan antara depresi dan demensia.

Satu teori yang mungkin diketahui adalah depresi dapat menyebabkan hilangnya sel dalam dua wilayah otak, hippocampus dan amigdala, yang kemudian memberikan kontribusi pada penyakit Alzheimer. Walaupun dalam penelitian ini tidak menemukan perbedaan dalam bentuk ukuran dari kedua daerah otak antara orang dengan depresi dan orang-orang yang belum pernah depresi.

Penelitian ini juga menilai, apakah peserta memiliki gejala depresi pada awal penelitian. Tetapi orang dengan gejala depresi pada awal penelitian tidak memungkinkan mengalami Alzheimer dari pada mereka yang tidak depresi pada awal penelitian.

Penelitian ini didukung oleh Netherlands Organization for Scientific Research and the Health Research and Development Council.

SUMBER : http://www.psikologizone.com

TERAPI HUMOR

TERAPI HUMOR EFEKTIF UNTUK AGITASI PADA PENDERITA DEMENSIA


Terapi Humor sangat efektif sebagai obat antipsikotik yang banyak digunakan untuk mereka yang mengalami demensia. Selain itu, terapi ini juga menghindari efek samping penggunaan obat-obatan.

Sebuah penelitian pertam kali dilakukan untuk mengetahui efek dari terapi humor pada suasana hati, kegelisahan, gangguan perilaku dan keterlibatan sosial pada pasien demensia. Penelitian ini menemukan penurunan pada aspek Agitasi. Agitasi didefinisikan sebagai aktivitas motorik yang berlebih-lebihan dihubungkan dengan perasaan ketegangan dari dalam diri. Gangguan perilaku yang dikarakteristikkan dengan agitasi ini terdapat pada sejumlah gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, gangguan bipolar, demensia, dan penggunaan obat-obatan.

Hal ini disampaikan oleh Dr Lee-Fay Low, dari Sekolah Psikiatri di University of New South Wales, dikutip dari ScienceDaily (21/9/11).

Sebuah penelitian dengan nama SMILE study, dilakukan di 36 fasilitas panti jompo di Australia dengan melibatkan perekrutan dan pelatihan beberapa staf untuk bertindak sebagai “LaughterBoss”. Jean-Paul Bell, seorang terapis humor dari SMILE study, telah mendirikan Arts Health Institute (AHI) untuk melatih praktisi humor dan perawatan manula di panti jompo. Program inti AHI yaitu menyediakan hubungan yang menyenangkan antara staff dengan mereka yang mengalami demensia.

Tingkat Demensia diperkirakan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun mendatang di Australia yaitu 450.000 orang. Sekitar 6,5 persen berusia di atas 65 tahun dan 22 persen dari mereka mengalami demensia. Sekitar 70 sampai 80 persen menderita demensia dengan mengalami Agitasi.

Agitasi meliputi perilaku agresi fisik dan verbal, berteriak dan perilaku repetitif lainnya. Ini merupakan tantangan bagi para staf untuk memfasilitasi panti jompo,” kata Dr Law.

Penelitian ini menemukan adanya penurunan sebanyak 20 persen dalam aspek kegelisahan setelah menggunakan terapi humor, Ini sebanding dengan penggunaan obat anti-psikotik pada umumnya.

Ini menunjukkan terapi humor harus dipertimbangkan sebelum pengobatan untuk Agitasi, khususnya dengan mempertimbangkan efek samping.

Sebuah studi pada tahun 2009 oleh Departemen Kesehatan Inggris menemukan efek samping dari antipsikotik. Ribuan kematian dan stroke terjadi pada penderita demensia yang menggunakan obat ini. Departemen Kesehatan Inggris pun merekomendasikan pelatihan khusus bagi pengasuh dengan terapi non-obat pada penderita demensia.

Sumber: Muhammad Baitul Alim (http://www.psikologizone.com/terapi-humor-efektif-untuk-agitasi-pada-penderita-demensia/065113659)

FAKTOR PRESTASI BELAJAR ANAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR ANAK


Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.

Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.

Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak.

Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting baik untuk anak-anak, bahkan juga untuk orang dewasa sekalipun.

Perlunya perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik. Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.

Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Djaali, H. dalam sebuah bukunya berjudul Psikologi Pendidikan pada tahun 2007, yaitu:

FAKTOR DARI DALAM DIRI

Kesehatan

Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.

Intelegensi

Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.

Minat dan motivasi

Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan
Cara belajar

Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.

FAKTOR DARI LINGKUNGAN

Keluarga

Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.

Sekolah

Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.

Masyarakat

Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

Lingkungan sekitar

Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi 100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang mustahil untuk dilakukan.

Sumber : Muhammad Baitul Alim (http://www.psikologizone.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar-anak/06511161)

Thursday, October 6, 2011

MENYIASATI KEJANG DEMAM




Kejang demam bukan epilepsi. Kenali gejalanya agar bisa diatasi dengan cepat dan tepat.

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu badan anak (demam tinggi). Perlu Anda tahu, toleransi masing-masing anak terhadap demam sangatlah bervariasi. Ada anak yang sudah kejang pada suhu 38 derajat C, tapi ada pula yang baru kejang jika suhu badan mencapai 39 derajat C bahkan lebih.

Kabar baiknya, sebagian besar kejang demam tidak menimbulkan masalah serius. Dengan penanganan yang tepat dan segera, kejang demam yang berlangsung beberapa saat umumnya tak menimbulkan gangguan fungsi otak.

Untuk itu, tak ada salahnya Anda perhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan kejang demam berikut ini.
  • Seorang anak yang terkena kejang demam, biasanya diawali dengan meningkatnya suhu tubuh.
  • Anak dinyatakan demam bila temperatur tubuhnya yang diukur melalui termometer yang diletakkan di ketiak 37,2 derajat C, diukur melalui mulut atau telinga 37,8 deraja C, atau diukur melalui anus 38 derajat C (suhu normal antara 36-37 derajat C). Penting diketahui, Anda tak dianjurkan mengukur suhu hanya dengan menempelkan punggung tangan ke dahi anak.
  • Kaki dan tangan kaku disertai gerakan-gerakan kejut yang kuat, bola mata berbalik ke atas, gigi terkatup, dan kadang-kadang muntah.
  • Tak jarang si anak berhenti napas sejenak.
  • Pada beberapa kasus, anak tidak bisa mengontrol pengeluaran buang air besar/kecil.
  • Setelah kejang, anak kadang terlihat mengantuk.
  • Yang perlu diketahui, intensitas waktu kejang sangat bervariasi, namun biasanya tidak berlangsung lama, hanya beberapa detik. Sangat jarang kejang demam berlangsung lebih dari 5 menit.
Jika kejang pada anak tak kunjung membaik, segera bawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

Perlu Dilakukan Jika Anak Kejang

Jika anak mengalami kejang demam, sebaiknya Anda tetap tenang, lalu, lakukanlah hal-hal berikut.
  • Catat waktu kejangnya untuk dilaporkan pada dokter, jika perlu.
  • Agar anak tidak cedera, pindahkan benda-benda keras atau tajam yang berada dekat anak.
  • Tak perlu menahan mulut anak agar tetap terbuka dengan meletakkan sendok atau benda-benda lain di antara giginya. Hal ini dikhawatirkan justru akan membahayakan anak.
  • Miringkan posisi tubuh anak dengan kepala sejajar atau sedikit lebih rendah agar dia tidak menelan cairan muntahnya sendiri (karena bisa mengganggu pernapasannya).
  • Setelah anak benar-benar sadar, beri obat penurun panas (parasetamol atau ibuprofen). Jadi, sediakanlah obat penurun panas dan obat anti kejang yang telah diresepkan dokter anak.
  • Bujuklah ia untuk banyak minum dan makan makanan berkuah atau buah-buahan yang banyak mengandung air. Dengan demikian, cairan tubuh yang menguap akibat suhu tinggi bisa cepat tergantikan.
Segera bawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut , jika:
  • Kejang berulang atau berlangsung sampai lebih dari 5 menit.
  • Anak tidak sadar setelah kejang berakhir.
  • Anak sulit bernapas.

Pencegahan Kejang Akibat Demam

Jika ada riwayat kesehatan keluarga yang menderita kejang demam, maka ada hal yang dilakukan untuk pencegahan. Yakni, saat anak demam sebaiknya diusahakan menurunkan suhu badannya dengan cara:
  • Bila suhu udara panas, kenakan pakaian seminimal/setipis mungkin, atau tanggalkan pakaiannya.
  • Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, karena justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan.
  • Kompres dengan lap basah (suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak). Jangan gunakan alkohol atau air dingin (penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan keracunan/intoksikasi).
  • Seka seluruh permukaan tubuh anak untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
  • Beri obat penurun panas.
  • Beri banyak minum.
Namun jika anak akhirnya terkena kejang demam, segera bawa ke dokter jika kejang berulang atau terjadi lebih dari 5 menit

Tips Tangani Anak Kejang

Jika balita Anda tiba-tiba kejang akibat demam, inilah tips pertolongan pertama untuk menanganinya
  • Catat waktu datang dan lamanya serangan
  • Yakinkan jalan nafas anak lancar:
  • Miringkan posisi tubuh anak dengan kepala sejajar atau sedikit lebih rendah. Tujuanya, agar dia tidak menelan kembali muntahannya sendiri, karena dapat mengganggu pernafasan.
  • Longgarkan baju, sehingga bisa bernafas dengan leluasa
  • Bila tersedia, berikan obat untuk menghentikan kejang (diazepam) yang diberikan melalui dubur. Tapi biasanya kejang berhenti dengan sendirinya setelah 5 menit.
  • Jangan mengganjal mulut anak agar tetap terbuka, misalnya dengan meletakkan kain, sendok atau jari tangan diantara gigi balita.
  • Pindahkan benda-benda keras dan tajam yang ada di dekat balita.
  • Setelah anak benar-benar sadar, upayakan menurunkan suhu tubuhnya, misalnya dengan mengompres atau memberi obat penurun panas.
Bila kondisi anak tak kunjung membaik, jangan segan segera dibawa ke dokter.

www.ayahbunda.co.id

ANAK BERMAIN SESUAI GENDER ?



Anak laki-laki dan perempuan berbeda dari aspek biologis, perkembangan motorik, kognitif, perkembangan sosial dan kepribadian. Ketika bermain bersama mereka, orang tua perlu memerhatikan perbedaan tersebut agar manfaat bermain, kesenangan bermain, dan kualitas interaksi orangtua dengan anak, menjadi optimal.

Di bawah ini panduan beraktivitas sesuai jenis kelamin anak dan orangtua.
  1. Ayah bermain dengan Anak Laki-laki. Saat bermain, anak laki-laki lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar. Gerakan dan level aktivitas mereka cenderung lebih tinggi dibanding anak perempuan. Hal itu sama dengan kecenderungan sifat ayah yang lincah, cepat, kuat dan beraktivitas aktif. Aktivitas yang cocok seperti, lempar dan tangkap, cuci mobil dan berkemah.
  2. Ayah bermain dengan anak perempuan. Saat bermain dengan puteri kecilnya, ayah perlu membedakan perlakuannya sesuai dengan karakter fisik dan kepribadian umum anak perempuan. Aktivitas yang cocok seperti, diskusi tokoh idola, berenang, dan jalan-jalan ke taman bunga.
  3. Ibu bermain dengan si gadis kecil. Anak perempuan sangat menyukai kelembutan dan naluri untuk diasuh, dimana terdapat banyak skin to skin contact lewat belaian, pelukan dan ciuman. Anak perempuan juga suka akan keindahan, kerapian dan mengorganisir sesuatu, yang dapat dipelajarinya saat ia beraktivitas bersama ibu. Aktivitas yang cocok seperti, berdandan bersama, role play, dan meronce.
  4. Ibu bermain dengan si jagoan. Ibu bisa menjadi teman bermain seru bagi anak laki-lakinya, asalkan ibu cukup bugar, tidak jaim (jaga imej) dan bersedia kotor! Aktivitas yang cocok seperti, main lego, boneka tangan, dan melukis.
Aktivitas yang diberikan kepada anak laki-laki dan perempuan bisa sama, yang membedakan hanya cara membawakannya.

Menerapkan Pola Asuh yang Sensitif Gender

Menerapkan pola asuh yang sensitive gender, penting bagi anak laki-laki dan anak perempuan agar mereka berkembang secara optimal.

Terhadap perilaku anak laki-laki yang biasa lebih aktif dan agresif, ternyata orangtua tidak disarankan untuk melabel "nakal" atau "pemberontak", karena, memang demikianlah salah satu perbedaan antara perempuan dengan lelaki.

Perempuan memiliki daya ingat jangka panjang yang lebih hebat, sehingga mampu menyelesaikan soal dengan cara yang sudah diajarkan. Sementara lelaki punya kreativitas dan keberanian mengambil risiko yang lebih besar, sehingga lebih memilih menggunakan cara baru untuk menyelesaikan soal yang sama.

Pengetahuan tentang perbedaan gender antara anak laki-laki dan perempuan, dapat menjadi modal berharga bagi orangtua, dalam menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak dengan jenis kelamin berbeda.

Nature dan Nurture. Dulu, banyak kalangan berpendapat bahwa perkembangan peran jenis kelamin disebabkan oleh faktor bawaan saja (nature),seperti hormon, kromosom dan sebagainya, atau faktor lingkungan saja (nurture), misalnya yang didapat dari pola asuh, perlakuan lingkungan dan sebagainya. Padahal, melihat salah satu faktor tanpa mengaitkannya dengan faktor yang lain, sangat berbahaya bagi perkembangan anak. Karena pada dasarnya, kedua faktor tersebut saling memengaruhi. Pentingnya pola asuh yang sensitif terhadap gender atau peran jenis kelamin, untuk lebih memahami apa kebutuhan anak sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing. Perlakuan terhadap anak laki-laki tentu berbeda dengan perlakuan terhadap anak perempuan. Semua disesuaikan dengan keunikan masing-masing jenis kelamin, yang tentu berbeda secara biologis, perkembangan motorik dan kognitif, serta perilaku sosial dan kepribadiannya.

Sensitif sesuai takaran. Menerapkan pola asuh yang sensitif gender, sangat penting untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan anak. Orangtua bisa saja kurang sensitif dalam menerapkan pola asuh sesuai gender, sehingga semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, diperlakukan sama. Misalnya, semua anak harus belajar tari balet atau semua anak harus berani membetulkan genteng, tanpa memerhatikan minat dan kenyamanan anak dalam melakukannya. Pola asuh yang kurang sensitif gender seperti ini, akan mengakibatkan anak merasa tidak nyaman, merasa kebingungan dalam berperan sesuai dengan jenis kelamin. Sehingga pada tingkat yang lebih serius, dapat berakibat pada kebingungan orientasi seksual hingga depresi.

Sebaliknya, perlakuan terlalu sensitif dalam menjalankan peran jenis kelamin, juga kurang baik pengaruhnya bagi anak. Misalnya, anak perempuan harus selalu memakai rok, tidak boleh bekerja kasar apalagi mencuci mobil, harus selalu menurut dan sebagainya. Sedangkan anak laki-laki tidak boleh menangis, tidak boleh memasak dan harus memakai pakaian berwarna gelap, dan sebagainya. Hal itu akan membuat anak merasa diperlakukan kurang adil, misalnya, membandingkan diri dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, memiliki konsep diri yang terbatas, kurang fleksibel terhadap berbagai peran yang ada - misalnya bapak yang tidak mau menggendong bayi karena merasa tidak pantas laki-laki menggendong bayi - serta kurang sensitif atau kurang dapat berempati terhadap lawan jenis.

Yang paling tepat adalah pola asuh yang tidak keterlaluan sensitifnya, namun juga bukan tidak peka. Jadi, cukup sensitif dan fleksibel berada di tengah-tengah antara dua ekstrim tersebut. Bukankah tidak ada salahnya seorang anak laki-laki memiliki beberapa sifat feminin, seperti penuh kasih sayang atau lembut? Dan, anak perempuan juga boleh memiliki beberapa sifat maskulin, seperti mandiri dan berani mengambil risiko, jika semua itu merupakan nilai-nilai yang dibutuhkan sang anak dalam menggapai masa depannya.

Pola asuh seperti itu akan membuat anak menjadi lebih berpikiran terbuka, fleksibel, mudah beradaptasi dengan keadaan, terampil di berbagai bidang, lebih ekspresif, dan akhirnya akan membuatnya lebih bahagia dengan hidupnya.

Tips Pola Asuh Sensitif Gender

Menerapkan pola asuh yang sensitif gender, sangat penting untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sesuikan juga dengan tahapan usianya.

*Anak usia 0 – 1,5 tahun
Pola asuh umum:
  • Orangtua sebaiknya banyak berdekatan dengan anak
  • Orangtua sebaiknya banyak membelai dan menggendong anak; keduanya tidak membuat anak jadi feminin atau manja.
  • Orangtua mulai mengenalkan rutinitas pada si kecil, sebagai fondasi disiplin.
  • Orangtua menstimulasi berbagai kecerdasan dengan berbagai cara.
  • Pola asuh sensitif gender
Anak perempuan:
  • Lebih membutuhkan kelembutan dibanding anak laki-laki, karena itu banyak sentuhan dan kelembutan.
  • Membutuhkan banyak tatapan mata untuk memenuhi kebutuhan afeksi.
Anak laki-laki:
  • Di usia ini lebih sulit diatur dan lebih rewel, karenanya, membutuhkan kesabaran untuk merawatnya.
  • Jika anak aktif, orangtua harus ikut lincah mengikuti gerakan mereka.
*Anak usia 1,5 – 3 tahun
Pola asuh umum:
  • Membutuhkan rumah yang aman untuk bereksplorasi, mengikuti area pergerakan mereka yang lebih luas.
  • Orangtua harus lebih kreatif memberi kegiatan yang variatif demi mengoptimalkan potensi si kecil.
  • Sudah harus mengenal disiplin yang diterapkan secara lebih konsisten.
  • 1,5 tahun adalah batas akhir anak mengeluarkan kata pertama, sehingga jika lebih dari 18 bulan ia belum bisa bicara, konsultasikan ke ahli tumbuh kembang.
Pola asuh sensitif gender:

Anak perempuan
  • Stimulasi dengan aktivitas kreatif yang bisa dikerjakan dengan tenang.
  • Anak perempuan juga senang mendengarkan cerita dan dongeng.
Anak laki-laki
  • Membutuhkan aktivitas aktif yang seru dan ruang gerak lebih luas untuk bereksplorasi fisik.
  • Membutuhkan disiplin positif yang lebih tegas, namun menyenangkan.
*Anak usia 3-6 tahun
Pola asuh umum:
  • Belum mengikuti pola pengajaran terstruktur di sekolah formal, namun sebaiknya diarahkan pada aktivitas yang teratur dan terarah untuk menyiapkan mereka.
  • Mulai mengenalkan cara menjaga kebersihan dan keamanan alat kelamin, misalnya, membersihkan kelamin anak perempuan dari depan ke belakang, anak laki-laki harus membersihkan kelamin setiap selesai berkemih. Ajarkan pula anak tidak sembarangan disentuh di tempat-tempat tertentu, untuk menghindarkan mereka dari pelecehan seksual.
  • Beri kesempatan anak bermain dengan teman.
  • Beri kesempatan belajar lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Pola asuh sensitif gender:

Anak perempuan:
  • Anak perempuan lebih suka bermain pura-pura atau role playing.
  • Membutuhkan kegiatan mengobrol bersama untuk memenuhi kebutuhan afeksi.
Anak laki-laki:
  • Membutuhkan banyak aktivitas seru bersama teman sebaya.
  • Sebaiknya ayah memperkenalkan beberapa aktivitas laki-laki sederhana untuk mulai mengajarkan peran.

Berdasarkan hasil penelitian para ahli atau yang didapat secara statistik, terdapat beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Baik dari segi biologis, motorik, kognitif, emosi, perilaku hingga kepribadian.

Perbedaan biologis
  • berbeda (anak laki-laki XY, anak perempuan XX)
  • hormon berbeda (anak laki-laki memiliki hormon testosteron anak perempuan hormon esterogen)
  • alat kelamin berbeda, antara penis dan vagina
  • Ada perbedaan tinggi dan berat badan: anak laki-laki akan lebih tinggi dan berat dibanding perempuan, terutama setelah melewati masa pubertas.
  • Ada perbedaan usia pubertas: anak perempuan lebih cepat puber dibanding anak laki-laki.
Perbedaan motorik
  • Anak laki-laki lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar karena pengaruh hormon testosteron, ditambah minat dan dorongan budaya.
  • Sebaliknya, anak perempuan lebih ke arah pengembangan motorik halus.
  • Jenis gerakan dan level aktivitas lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, sehingga anak laki-laki terkesan lebih kasar, sedangkan anak perempuan lebih halus.
Perbedaan kognitif
  • Jenis kecerdasan berbeda, meskipun secara umum kecerdasan anak laki-laki dan anak perempuan kurang lebih sama.
  • Daya ingat jangka panjang anak perempuan lebih baik, sedangkan anak laki-laki lebih baik dalam ingatan jangka pendek.
  • Anak perempuan lebih cepat belajar berbicara, kata-katanya lebih bervariasi, struktur kalimatnya lebih teratur. Hal ini disebabkan karena anak perempuan memiliki kebutuhan afeksi lebih tinggi, yang dapat terpenuhi lewat komunikasi.
  • Anak laki-laki lebih pintar secara spasial. Mereka lebih cepat ingat rute menuju rumah atau tempat favorit mereka. Mereka juga lebih cepat menangkap perbedaan bentuk dan perbedaan ukuran dari dua benda yang dibandingkan.
  • Kecerdasan dan nalar matematika anak laki-laki dan perempuan relatif sama. Namun anak perempuan cenderung mengerjakan soal seperti yang diajarkan guru, sedangkan anak laki-laki lebih inovatif dan kreatif dalam memecahkan masalah matematika. Ini juga disebabkan karena anak laki-laki jarang hafal apa yang diajarkan gurunya, sehingga mencari cara pemecahannya sendiri.
Perbedaan emosi
  • Anak perempuan lebih ekspresif menunjukan emosi sedih/kecewa, misalnya dengan menangis.
  • Anak laki-laki lebih ekspresif dalam mengungkapkan kemarahan, misalnya dengan membanting barang atau menendang mainannya.
  • Cara mengatasi stress berbeda. Perempuan dengan menjalin relasi, laki-laki dengan segera mencari solusi.
  • Anak perempuan lebih sensitif terhadap perasaan orang, dibanding anak laki-laki.
  • Perbedaan perilaku
  • Anak perempuan lebih mudah berempati, sehingga lebih mudah mengulurkan bantuan dibanding anak laki-laki.
  • Anak laki-laki lebih banyak melakukan permainan fisik, dibanding anak perempuan.
  • Dalam pengambilkan risiko, anak laki-laki lebih agresif. Anak laki-laki diuntungkan dengan kemampuannya melakukan permainan fisik ditambah pengaruh hormon testosteron. Tuntutan lingkungan juga mengakibatkan anak laki-laki lebih berani mengambil risiko.
  • Anak laki-laki dan anak perempuan kenakalan yang sama, namun anak perempuan lebih mengekspresikannya ke ekspresi verbal, misalnya menjelekkan orang lain, sedangkan anak laki-laki lebih ke perilaku.
Perbedaan kepribadian
  • Anak perempuan lebih banyak lahir dengan temperamen easy going atau mudah, sementara anak laki-laki lebih banyak masuk ke kategori difficult atau sulit. Lihat saja waktu menyusui, anak perempuan lebih mudah dipuaskan, sedangkan anak laki-laki lebih rewel.
  • Beberapa gangguan psikologis lebih banyak diderita oleh anak laki-laki dibanding anak perempuan, seperti tuna grahita, atau spektrum autisme.
  • Kesulitan belajar (learning disabilities) lebih banyak dialami laki-laki, misalnya hambatan membaca (disleksia), hambatan menghitung (diskalkulia ) dan hambatan menulis (disgrafia).
Dalam buku “Boys and girls learn differently” karya Michael Gurlan, M.D. dan hasil riset Gwenn O’Keeffe, M.D. dari North Shore Children’s Hospital, Massachusetts, serta Martin T. Stein, M.D. dari University of California, San Diego, AS, diungkapkan beberapa hal yang hanya dialami bayi laki-laki yaitu:
  • Lebih besar kemungkinan buta warna karena gen pembawa kelainan ini terkait pada kromoson X
  • Lebih mudah terserang infeksi saluran telinga tengah pada rentang umur 3 bulan sampai 3 tahun
  • Lebih mudah mengalami hernia sebab pada proses pembentukan testis sering terbentuk rongga pada dinding perut
  • Lebih lemah sistem pencernaannya, terutama pada umur 6 minggu
  • Lebih mudah kena asma
  • Lebih mudah meninggal akibat SIDS, terutama umur 1 minggu sampai 1 tahun. Penyebabnya belum diketahui
  • Lebih peka terhadap rasa asin.
www.ayahbunda.co.id

AYAH DAN ANAK LAKI-LAKINYA




AYAH BERMAIN DENGAN ANAK LAKI-LAKI

Kesamaan jenis kelamin antara ayah dengan anak laki-laki, sering diartikan bahwa mereka memiliki kecocokan dalam berinteraksi atau beraktivitas.

Saat bermain, anak laki-laki lebih mengembangkan kemampuan motorik kasar. Gerakan dan level aktivitas mereka cenderung lebih tinggi dibanding anak perempuan. Hal itu sama dengan kecenderungan sifat ayah yang lincah, cepat, kuat dan beraktivitas aktif.

Aktivitas yang cocok bagi ayah dan anak laki-lakinya, adalah:

1. Lempar dan tangkap. Aktivitas ini sebenarnya bisa juga dilakukan oleh ibu dengan anak laki-lakinya, tetapi, bila dilakukan anak laki-laki bersama ayahnya, lebih seru! Sebab, para ayah punya cara tersendiri dalam bermain lempar - tangkap:
  • Di luar ruangan. Para ayah tidak mau main lempar tangkap di rumah. Dengan bersemangat, mereka akan mengajak anak keluar rumah, mencari lokasi yang lapang - misalnya playground - agar bisa bermain leluasa dan aman. Sambil bermain, anak dan ayah juga mengeksplor lingkungan.
  • Melempar dengan berbagai gaya. Tidak sekedar melempar dan menangkap bola menggunakan satu tangan, para ayah akan memilih berbagai pose, misalnya, gaya American Football atau Aussie Rule.
  • Yang kuat! Ayah tidak ragu untuk melempar bola dengan kekuatan, kecepatan dan ketinggian maksimal. Ia pun mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang sama.
  • Kena bola? Biasa. Ups! bolanya malah kena kepala anak! Para ayah biasanya tetap tenang dan tidak segera bereaksi. Momen ini mereka gunakan untuk mengajarkan anak laki-lakinya agar kuat. Bila justeru ayah yang terkena lemparan bola, wah, dia malah bangga!
  • Anak jadi bola. Ayah sering menutup permainan lempar-tangkap dengan menjadikan anak sebagai...bolanya! Si Buyung pun bisa merasakan ‘terbang’ di udara. Wiiiiing...!
2. Cuci mobil. Hore, main air! Semua anak laki-laki senang bermain air, namun bila dilakukan sambil mencuci mobil, mereka akan mendapat manfaat bermain sekaligus belajar. Enaknya mencuci mobil bersama ayah adalah:
  • Ayah tidak banyak melarang saat anak laki-lakinya bereksplorasi, seperti menyabuni dan menyemprot mobil dengan air, meski pun belum sempurna.
  • Ayah dengan bahagia akan mengajarkan anak laki-lakinya tahapan mencuci mobil, seperti memilah bagian yang dicuci (interior dan eksterior mobil), menyedot debu, membasahi badan mobil, menyabuni, mengeringkan, memoles dan mencuci detail ban.
  • Sambil mencuci mobil, ayah senang mengajarkan anak laki-lakinya nama-nama dan fungsi organ mobil.
3. Berkemah. Berkemah indentik dengan petualangan. Anak laki-laki senang sekali bertualang, apalagi bila ia menemukan tantangan berisiko. Berkemah dengan ayah, meski cuma dilakukan di halaman belakang rumah, terasa seru bagi Si Buyung. Apalagi biasanya ayah akan melibatkan dia melakukan tugas-tugas maskulin yang "sulit", seperti mendirikan tenda, menabur sekeliling tenda dengan garam, membuat api unggun dan berjaga malam.

Ayah merasa lebih aman bila anak laki-lakinya "nakal", sebab mereka ingin memastikan anak laki-lakinya tidak tumbuh menjadi pribadi yang lemah lembut atau feminin.

www.balitasehat.net

CARA TEPAT HADAPI KEJANG DEMAM




Apabila balita Anda tiba-tiba demam disertai kejang, tak perlu panik. Ini bukan berarti ia mengalami epilepsi. Yang penting tetap tenang dan hadapi dengan cara yang tepat.

Kejang demam yang dikenal juga dengan istilah stuip atau stip, terbagi dalam 2 kelompok. Yakni kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks, yang sering dialami anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Tidak berulang. Kejang demam berbeda dengan kejang epilepsi. Kejang epilepsi terjadi berulang terus-menerus dan tanpa diawali demam. Sedengkan kejang demam sederhana cenderung tidak berulang dan tidak terus menerus, namun diawali demam. Sementara kejang demam kompleks, berisiko lebih tinggi untuk terjadi pengulangan serangan serta bisa berkembang menjadi epilepsi.

Untuk mendeteksinya, dr. Irawan Mangunatmadja, SpAK, dari Divisi Neurologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta menyarankan agar mencatat dan mengukur pada suhu berapa balita mulai mendapat serangan kejang. Sebab setiap anak memiliki batas toleransi yang berbeda.

Bukan akibat infeksi saraf. Ciri khas kejang demam adalah karena kenaikan suhu tubuh di atas 38ºC dan bukan akibat adanya infeksi pada susunan pusat saraf. Contohnya, pada saat balita terkena radang tenggorokan dan demam tinggi, ia mengalami kejang.

Definisi demam. Demam adalah gejala dari suatu penyakit. Balita disebut demam bila suhu tubuh lebih dari 38ºC (bila diukur lewat ketiak, tambah 0,7ºC). Selain demam, gejala-gejala balita mengalami kejang demam adalah:
  • Kehilangan kesadaran atau pingsan
  • Tubuh, kaki dan tangan menjadi kaku
  • Biasanya kepala anak terkulai ke belakang, disusul dengan munculnya gerakan kejut yang kuat dan kejang-kejang
  • Kulit berubah jadi pucat, bahkan menjadi biru
  • Bola mata terbalik ke atas, gigi terkatup
  • Kadang-kadang disertai muntah
  • Pada beberapa anak, nafas bisa berhenti beberapa saat
  • Tidak bisa mengontrol buang air kecil maupun besar
Serangan berlangsung hanya beberapa menit dan kejang-kejang akan berhenti. Kesadaran balita bertahap kembali pulih.

www.ayahbunda.co.id

Tuesday, October 4, 2011

KASUS KEKERASAN ANAK



KASUS KEKERASAN PADA ANAK DAN DAMPAKNYA

PENGABAIAN

Kasus : Vira (24 th), punya anak tak lama setelah menikah. Ia merasa menjadi tawaan yang tidak bebas lagi berkumpul dengan teman-teman. “Real life tak seperti romantisme yang saya bayangkan. Kebebasan saya terampas, “ ujarnya. Maka pengasuhan bayi sepenuhnya diserahkan pada baby sitter. Vira sendiri selalu pulang tepat sebelum suaminya tiba di rumah, seolah seharian mengurus anak. Padahal, “Tidur, mandi, makan, susu, bahkan uang belanja harian dina bulanan, saya serahkan sepenuhnya pada baby sitter. Saya tak mau tertawan. “

Dampak emosi : Secara alami, anak memilih ibu untuk melekat. Disekap, disentuh, dibelai dan dipeluk adalah kebutuhan utama bayi. Dari pengalaman ini bayi menumbuhkan cinta di hati membangun rasa percaya di dalam diri dan terhadap orang lain, dan yang utama adalah tumbuhnya rasa aman. Itu sebabnya anak-anak dengan riwayat diabaikan, berisiko mengalami masalah-masalah emosi bahkan kejiwaan.
  • Mudah cemas, depresi, sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak aman.
  • Penelitian Dante Cicchetti, ahli psikopatologi dari University of Minessota (AS) menyebut, 80% bayi yang ditelantarkan menunjukkan perilaku kelekatan yang tidak jelas.
  • Di usia muda anak menolak dan melawan pengasuhnya, bingung, gelisah, atau cemas. Diusia 5 tahun, anak tidak bertingkah laku layaknya anak, ia ingin mendapat perhatian dengan cara melayani orang tuanya.
Dampak fisik : Asupan gizi yang tidak memadai.

Orang tua diharapkan : Konsultasi pada psikolog untuk mengkaji kembali perkawinannya dan untuk apa mempunyai anak, serta mengubah pola pikir.
Bantuan untuk anak oleh orang dewasa lain :
  • Periksa anak ke dokter untuk mengetahui tumbuh kembangnya serta status gizinya.
  • Penuh kebutuhan anak untuk menumbuhkan rasa percaya dan rasa aman.
  • Ajak anak bermain dan penuhi kebutuhan emosinya seperti diajak bicara atau dibelai, namun tetap mempertahankan sikap konsisten, tidak cepat marah dan tidak member penilaian negative pada sikap anak.
KASUS KEKERASAN FISIK TERHADAP ANAK

KEKERASAN FISIK

Kekerasan fisik kerap kali tidak ada batas jelas antara menyiksa dan mendisiplikan.

Kasus : Yani (30 th) sering menghukum kenakalan anaknya yang berusia 5 tahun. Bentuk kenakalan itu antara lain, menuang sabun di kamar mandi, tak mau makan, mengotori jemuran dan menganggu adik. “Kalau nakalnya di kamar mandi, ya saya pukul pakai gayung. Kalau tak mau makan, saya pukul pakai sendok atau piring. Kalau menganggu adiknya, saya pukul pakai mainannya.” Menurut Yani, anak harus dihukum supaya jera dan tidak mengulangi perbuatan yang dilarang. Yani tak ingin disalahkan suami karena tak mampu mendidik anak.

Dampak fisik : Memar, luka, patah tulang terutama di daerah rusuk dan gangguan-gangguan di bagian tubuh lain seperti kepala, perut, pinggul, kelak di usia selanjutnya.

Dampak emosi :
  • Merasa terancam, tertekan, gelisah dan cemas
  • Membangun pemahaman bahwa memukul dibenarkan untuk member disiplin. Di usia dewasa anak akan menggunakan pendekatan kekerasan untuk mendisiplinkan anak.
  • Orang tua diharapkan :
  • Konsultasi pada psikologi untuk latihan mengelola emosi, menggali masalah suami isteri yang tidak selesai dan mempelajari perkembangan anak.
  • Ajak anak ke dokter untuk memeriksakan kondisi fisik.
  • Pahami perkembangan anak. Di usia 5 hingga 8 tahun, anak sedang berada pada tahapan ingin menunjukkan kemampuan, mereka ingin berkreasi. Tidak semua tindakan anak merupakan kenakalan, mereka tidak tahu bahwa tingkah lakunya salah atau kurang tepat.
  • Bantuan untuk anak :
  • Pemeriksaan psikologis oleh psikolog untuk mengetahi gangguan emosi yang dialaminya dan mendapat terapi yang sesuai.
  • Tumbuhkan kembali rasa percaya diri anak. Terimalah apa yang mereka lakukan dengan tidak lupa memberitahu tindakan apa yang seharusnya dilakukan.
  • Bila orang tua bukan pelaku kekerasan, yakinkan anak bahwa ia sangat dicintainya.

KASUS KEKERASAN SEKSUAL

Biasa dilakukan orang dewasa terhadap anak. Bisa berdampak pada cedera fisik, cemas, depresi, trauma, perubahan fungsi dan perkembangan otak.

Kasus :
  1. Aditya, seorang pemuda belasan tahun yang ketahuan mengoleksi film porno dirumahnya, hampir seluruhnya berisi adegan seksual antara pria dengan pria. Dari psikolog, diperoleh jawaban sewaktu Aditya masih SD, ia mengalami perbuatan tak senonoh dari satpam penjaga rumah. Adit tak berani melapor karena ia diancam.
  2. Ibu Dira (5 th) menemukan celana dalam putrinya “kotor”. Dari ruang dokter, Dira menangis tak mau diperiksa. Akhirnya dokter berhasil menemukan penyebab sakitnya Dira: infeksi akibat hubungan seksual. Rupanya Dira dipaksa melakukan hubungan seksual dengan tukang kebun di rumahnya, saat orang tuanya pergi.
Dampak : cedera fisik, cemas, depresi, trauma, perubahan fungsi dan perkembangan otak.
Orang tua diharapkan:
  • Biasakan bersikap terbuka terhadap anak dan menghargai kejujuran anak agar anak tidak takut bersikap terbuka.
  • Yakinkan anak, tak ada rahasia yang harus mereka sembunyikan. Minta anak selalu menceritakan pengalamannya.
  • Peka pada perubahan yang terjadi pada anak.
  • Bantuan untuk anak :
  • Melakukan pemeriksaan untuk menanggulangi masalah fisik.
  • Ajak anak berkonsultasi pada psikolog untuk mengetahui gangguan emosi yang dialami anak dan dilakukan terapi yang sesuai
  • Jauhkan anak dari pelaku.
  • Ciptakan rasa aman bagi anak.

KASUS KEKERASAN EMOSI/ VERBAL

Masa kanak-kanak adalah masanya meniru dan mulai tertanamya norma-norma yang akan dia ikuti. Kata-kata dan perilaku kasar yang diterimanya, akan ditirunya.

Kasus :
  1. Ayu (29 th), sangat kreatif dalam menakut-nakuti Bisma (4 th). “Jangan main di kamar mandi, nanti digigit kecoa. Jangan keluar rumah sendirian, nanti diculik hantu blau. Ayo cepat tidur, nanti tokeknya datang, kamu digigit.”
  2. Nina (35 th) kerap neneriaki Dido (7 th). “Aduh, dasar bego! Sudah ratusan kali ibu bilang, kembalikan barang di tempat semula! Bikin ibu darah tinggi.”
  3. Firdaus, kelas 1 SD, kerap pulang sekolah dengan perasaan sedih. Miss Yovita, gurunya, sering mengatainya pemalas, pelupa dan jorok saat firdaus pilek.
  4. Bermaksud memotivasi anak, Meta sering mencela anaknya, “Memangnya kamu bisa? Kamu itu bisanya apa, sih? Ini nggak bisa, itu nggak bisa! Paling pintar nangis. “ Meta juga sering memarahi anaknya di tempat umum.
Dampak :
  • Masa kanak-kanak adalah masanya meniru dan mulai tertanamnya norma-norma yang akan dia ikuti. Kata-kata dan perilaku kasar yang diterimanya, akan ditirunya. Anak tidak lagi mengetahui mana tingkah laku yang tepat. Demikian pula pemberian ‘label akan tetap tertanam dalam dirinya, dan dapat menyebabkan ia memilki konsep diri bahwa ia adalah anak sperti apa yang dikatakan orang padanya.
  • Anak merasa terancam, ketakutan, merasa bersalah, rendah diri karena terkikis harga dirinya.
  • Bila sering ditakut-takuti, anak menjadi penakut.
  • Bantuan untuk anak :
  • Bila terjadi di sekolah, bicarakan dengan kepala sekolah tentang sikap guru terhadap murid. Sementara itu orang tua harus meyakinkan anak bahwa ia sangat dicintai.
  • Orang tua atau orang dewasa lain disekitar anak tidak lagi berlaku kasar padanya dan tunjukkan hal positif. Bila ia melakukan sesuatu yang baik berikan pujian secukupnya.
  • Ajak anak ke psikolog untuk pemeriksaan psikologis dan mendapat terapi yang sesuai.

KASUS PERKELAHIAN ORANG TUA

Anak-anak diliputi perasaan bersalah karena cara berpikir anak masi egosentris, menilai dari sudut pandangnya sendiri. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri bila orang tua mereka bertengkar.

Kasus :
  1. Suami Riris tak bisa mengendalikan emosi. Menampar, menjambak, menendang Riris kerap dilakukannya di hadapan anak-anak. Setelah peristiwa itu, biasanya si sulung Yasmin (8 th) mengusap wajah dan menghibur ibunya. Bila diperlakukan ayahnya sudah kelewatan, Yasmin berteriak membela ibunya, sementara kedua adiknya bersembunyi saling berpelukan.
  2. Sambil uring-uringan mengomeli suami, Retha berteriak, “Dasar, laki-laki tak punya otak.” Bermacam hal membuat Retha tak puas, dan sering memicu pertengkaran dengan suami. Anak-anak sering menyaksikan pertengkaran ini.
Dampak jangka pendek :
  • Anak-anak diliputi perasaan bersalah karena anak masih egosentris, menilai dari sudut pandangnya sendiri. Mereka cenderung menyalahkan diri sendiri bila orang tua mereka bertengkar.
  • Anak-anak merasa diri sebagai penyebab setiap kali terjadi pertengkaran orang tuanya.
Dampak jangka panjang:
  • Merasa tidak aman
  • Sulit percaya pada lawan jenis.
Orang tua diharapkan:
  • Minta bantuan psikolog untuk menggali masalah-masalah yang belum terselesaikan antara suami isteri.
  • Menghindari pertengkaran di depan anak.
Bantuan untuk anak :
  • Jelaskan pada anak bahwa anak-anak bukan penyebab pertengkaran orang tuanya.
  • Bicaralah pada anak sesuai usianya. Jawab pertanyaan anak mengenai kondisi keluarga dengan tidak menyertakan emosi, jangan menjelekkan pasangan, walaupun mungkin sudah memutuskan untuk bercerai.
  • Minta maaf pada anak kalau ia menjadi takut dan cemas dengan pengalam melihat pertengkaran orang tuanya. Tegaskan bahwa walaupun kedua orangtua bertengkar atau berpisah tetapi mereka tetap mencintai anak.
  • Tetap memiliki pola asuh yang sama walau berpisah, sehingga anak tidak bingung dengan adanya aturan yang berbeda.

TEMPAT-TEMPAT KONSULTASI DAN TERAPI ANAK

Jika anak atau balita anda mengalami kekeraan, anda bisa segera mencari bantuan dari berbagai lembaga berikut ini :

JAKARTA

1. Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kampus UI, Depok.

2. Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia.
Jl. Salemba Raya No.4, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3145078, 3907408, 3908995.

3. Klinik Anakku.
Jl.Mandiri Raya Blok M4D Kav.1-2
Kelapa Gading Permai, Jakarta.
Telp. (021) 4529498, 70790055

4. Pusat Krisis Terpadu.
Instalasi Gawat Darurat Lantai 2
RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta.
Telp. (021) 3162261

5. Biro Konsultasi Psikologi DWIPAYANA.
Kav. POLRI blok G No.46 Jakarta Selatan
Telp. (021) 7817477
Surel: dwipayana@dwipayana.com / birodwipayana@yahoo.com

BANDUNG
1. Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.
Kampus Jatinagor, Bandung.
Telp. (022) 2516933
2. Biro Konsultasi Psikologi DWIPAYANA.
Jl.Pager Gunung No.14, Bandung.
Telp. (022) 2516933

SEMARANG.

1. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Jl.Prof.Dr.Soedarto SH
Kampus UNDIP Tembalang, Semarang.
Telp.(024) 7460051
Surel: psikoundip@yahoo.com

2. Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.
Jl.Pawiyatan Luhur IV No.1
Bendan Dhuwur Semarang.
Telp. (024) 8441555
Surel: psikologi@unika.ac.id

3. Biro Konsultasi Psikologi Universitas Semarang.
Jl.Soekarno Hatta Tlogosari, Semarang.
Telp. (024) 6702757
Surel: univ_smg@indo.net.id

YOGYAKARTA

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Jl.Humaniora 1, Bulaksumur
Telp. (0274) 550435

SURABAYA

Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
Jl.Dharmawangsa Dalam Selatan
Telp. (031) 5032770, 5014460

MEDAN

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Jl.Dr. T. Mansur 7
Kampus USU Padang Bulan, Medan.
Telp. (061) 822 0122

http://www.ayahbunda.co.id