Saturday, April 10, 2010

HATI-HATI DENGAN RASA NYERI (NYERI APAPUN DILADENI)


Nyeri memang bukan penyakit, tapi peringatan adanya ketidakberesan dalam tubuh. Kalau sampai kronis, bisa amat menganggu, kini ada klinik khusus untuk mengatasinya. Klinik nyeri sebutannya. Salah satunya di Rumah Sakit Jakarta.

Kanker tulang yang diderita John Sinduwaji sudah amat menyiksa. Setiap hari pedanga barang elektronika ini didera nyeri tak tertahankan. Dokter yang merawatnya pun angkat tangan dan memperkirakan hidupnya tal lebih dari setahun lagi.


Sebagian besar saudara atau teman dekatnya Cuma bisa pasrah. Sebagian lagi ngotot berusaha menyelamatkannya dari penyakit ganas itu. Ada yang mengusulkan untuk mencoba pengobatan nonkedokteran. Siapa tahu penyakitnya bisa sembuh.

Sebenarnya, ada usaha lain yang disa ditempuh dan meungkin lebih bermakna bagi John. Yakni membawanya ke klinik nyeri. Tidak untuk mengusir penyakitnya, tapi nyerinya. Tasa nyeri relative lebih gampang dedapak ketimbang kanker. Setidaknya dengan hilang atau berkurangnya rasa nyeri, penderitaannya berkurang. Bisa-bisa malah lupa kalau ia menderita penyakit ganas.

Melibatkan multidisiplin

Klinik nyeri dibuka untuk menolong orang yang menderita nyeri berkepanjangan. Klinik macam ini memang belum popular di kalangan pasien. Sebab, bari muncul belakangan, jauh setelah klinik bersalin, klinik mata, klinik THT, dsb, diadakan di berbagai rumah sakit. Jumlahnya pun belum banyak. Apalagi yang sifatnya terpadu dengan melibatkan berbagai spesialisasi lainnya seperti pada klinik Nyeri RS Jakarta.

Klinik nyeri diadakan karena memang semakin dibutuhkan masyarakat. Hasil pernelitian Davis Botterell, dan Munro mununjukkan, nyeri dideria oleh 30% penduduk baik di engara maju maupun berkembang, dikota besar maupun di pedesaan. “Rumah sakit kami yang bari selesai dan dilengkapi demgan klinik nyeri ini memang dibangun dengan memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat,” uajar dr. H, Cholid Soedirdjo SKM, direktur RS Jakarta.
Karena semua nyeri berhubungan dengan saraf, “gawang” klinik yang dibuka pada 2 Agustus 1995 ini di jaga oleh dokter saraf dan bedah saraf. Ruang tempat menerima pasien berada di lantai I gedung rumah sakit di kawasan Jl. Jend. Sudirman, Jakarta, itu.

Kabarnya beberapa klinik nyeri lainnya sudah dibuka. “Tapi yang memiliki “label” multidisiplin baru disini,” jelas dr. Heri Aminuddin, salah sati dokter ahli bedah saraf di sana. Menurutnya klinik nyeri ini melibatkan seluruh disiplin ilmu yang ada di dunia kedokteran. Ada beberapa dokter speseialis yang bakal terlibat dilam penanganan pasien di antaranya dokter saraf, bedah saraf, ortopedi, penyakit dalam, kardiologi / jantung, rehabilitasi medik, jiwa, THT, kandungan, dsb. “Hampir seluruh spesialis yang berhubungan dengan nyeri dilibatkan,” tambah dr. Ali Shahab, dokter bedah saraf lainnya.

Di sinilah nyeri ditelusuri penyebabnya dan ditangani sampai tuntas,” jelas dr. Djoko Riadi, ahli bedah saraf satu lagi. Begitu pasien datang, langsung dikorek informasi tentang lamanya menderita, lamanya pengobatan yag telah dilakukan, dokter yang pernah menangani, pemeriksaan laboratories maupun radiology, hasilnya dianalisis. “ Kita pelajari semuanya, sampai kami bisa menyimpulkan penyebabnya. Juga, menentukan cata penyembuhan paling tepat, “ tambahnya menggebu-gebu. Kalau nyerinya saja yang dihilangkan tanpa mengetahui penyebabnya penyakit yang menyebabkan nyeri itu akan terus merongrong tangpa disadari. Ini akan berakibat fatal atu bahkan menjadikan cacat.

Seluk beluk nyeri

Dalam ilmu kedokteran, nyeri yang merupakan gejala dalam tubuh menandakan adanya proses berlangsungnya suatu penyakit, termasuk salah satu masalah besar. Berdasarkan tingkatannya, dibedakan atas nyeri akut, nyeri kanker, dan nyeri kronis.

Nyeri akut dapat timbul, misalnya akibat tulang yang terbentur atau menyentuh permukaan panas. Biasanya nyeri yang dirasakan bersifat sementara. Aktivitas pasien pun tak banyak terganggu. Nyeri akut umumnya lebih mudah dikendalikan. Pemberian obat-obatan dan istirahat merupakan cara yang efektif.

Nyeri kanker sebenarnya juga nyeri akut, tapi kejadiannya terus berulang akibat kerusakan jaringan yang berlanjut. Untuk menhilangkan atau mengurangi diperlukan berbagai metode dan terpadu.

Nyeri kronis biasanya dirasakan terus-menerus dandiderita lebih dari 3 bulan. Sering kali berkaitan dengan ketidak beresandalam tubuh, seperti adanya kanker atau atritis. Nyeri ini sulit ditelusuri dan ditangani. Pertolongannya disampung mengusir nyerinya, juga menelusuri penyebab utamanya. Yang termasuk nyeri kronis di antaranya nyeri pinggang kronis, nyeri wajah sesisi, nyeri kepala dan leher, nyeri akibat saraf terjepit, dan nyeri akibat prosesperadangan.

Dalam tubuh reseptor nyeri berupa serabut saraf dengan ujung tidak karakteristik khusus. Letaknya di dalam kulit dan jaringan lainnya. Serabut ini dapat dipicu oleh tiga mcam rangsangan, yakni yang bersifat mekanis, termal, dan kimiawi. Beberapa ujung serabut saraf merespon langsung dengan hanya satu tipe rangsangan, sementara yang lainnya dapat mendeteksi semua tipe rangsangan. Substansi kimia yang dihasilkan tubuh dan membangkitkan reseptor nyeri meliputi bradykinin, serofinin, dan histamine. Prostaglandin yang dapat mempertinggi sensasi nyeri dikeluarkan oleh tubuh ketika peradangan terjadi dan menjadikan ujung saraf peka, tetapi tidak secara langsung merangsangnya.

Persepsi nyeri sangat berbeda untuk setiap orang.ada yang tahanterhadap nyeri, ada yang tidak. Pengalaman masa kecil. Latar belakang budaya, genetic, danjenis kelamin merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri untuk sementara. Demikian pula denganperasaan lega secara emosional.

Karena nyeri berkaitan dengan faktor fisiologis dan psikologis, usaha untuk membebaskannya mesti ditujukan pada kedua faktor itu. Membantu pasien menanggulangi nyeri, dapat menurunkan kegelisahan, yang selanjutnya dapat menurunkan jumlah obat yang dibutuhkan untuk menghilangkan nyeri. Beberapa nyeri, tak mempan dengan cara tadi dan berlangsung tahunan.

Seminimal dan seselektif mungkin

Setiap penderitaan nyeri ari yang akut, nyeri kanker sampai yang kronis, boleh saja datang ke klinik ini. “Namun yang datang kemari biasanya penderita nyeri kronis,” jelas dr. Heri Aminuddin. Mereka rata-rata telah merasakan nyeri lebih dari 3 bulan. “Kalau nyeri akut, misalnya akibat sakit gigi, orang tidak perlu datang ke sini. Biasanya dengan datang ke dokter gigi nyerinya sudah beres,” tambahnya.

Sejak dibuka resmi, kebanyakan pasien yang datang menderita nyeri pada tulang belakang bagian bawah, tulang leher, tulang punggung. Ada pula pasien bedah tulang, gangguan mentabolisme, rematik dan nyeri kanker. “Lebih dari 80% dari mereka dapat kami tangani dengan baik. Selebihnya mereka tidak melaporkan perkembangannya kemari,” ungkap dr. Ali Shahab.

Tindakan untuk mengatasi penderitaan pesien dilakukan dengan mencari penakal penyebabnya. Bila nyeri disebabkan oleh adanya penyakit tertentu, cara yang terbaik untuk menanganinya adalah dengan menghilangkan penyakit itu. Misalnya, jika akibat sinusitis, pasien akan dikirim ke dokter spesialis THT. Atau, kalau nyeri menyerang persendian anggota gerak, pasien dikirim ke bagian bedah tulang. Kalau penyakit sudah disembuhkan, tapi nyerinya masih saja dirasakan, si pasien kembali ditolong mengatasi rasa nyerinya.

Prinsipnya, dokter pada klinik ini berusaha membantu pasien sesuai disiplin ilmu yang dia kuasai. Bila berkaitan dengan penyakit lain, pasien dirujuk ke dokter spesialis yang ada dirumah sakit itu juga. “Misalnya ada pasien nyeri jantung, ya kami tidak mengobati penyakit jantungnya. Kalu nyerinya kronis, padahal jantungnya sudah baik, dia boleh kemari lagi. Kami akan menghilangkan nyerinya,” ujar dr. Djoko.

Tindakan yang diambil pun diusahakan seminimal mungkin. Bila pengobatannya cukup dengan teknik hypnosis biofeedback, relaksasi, atau manajemen stress (untuk nyeri akibat faktor kejiwaan), terapi itulah yang diberikan kepada pasien. Kalau nyeri bisa disembuhkan dengan obat, obatlah yang digunakan. Bila dengan kombinasi beberapa obat. Penggunaan obat ini biasanya Cuma sekedar menghilangkan atau menurangi nyeri, dan sering di berikan untuk jangka waktu lama.

Sementara bila saraf perasanya memang mesti dimatikan, tindakan itulah yang diambil. Begitu pula bila harus disembuhkan dengan cara pembedahan, para dokter klinik siap melakukan tindakan itu. “Kalau perlu pembedahan, kita akan lakukan pembedahan, “ jelas dr. Ali Shahab.
Penanganan nyeri dengan mematikan saraf akan dilakukan dengan sangat selektif. Artinya Cuma saraf yang berkaitan dengan nyeri itu yang dimatikan. “ Kalau kita putuskan semua saraf, orangnya jadi mati rasa), tidak punya rasa panas, dingin , rasa semtuh. Itu cara kuno. Yang dilakukan disini sekarang hanya rain fiber. Kalau misalnya ada panas pasien tetap merasakannya. Tapi nyeri tidak dirasakannya,”tegas dr.Djoko.

Opium, Morfin, Setrum Listrik

Seperti halnya penyembuhan penyakit, penghilangan atau pengurangan rasa nyeri bisa dilakukan dengan berbagai cara. Biasa dengan menggunakan morfin, obat-obatan, blok saraf sampai dengan “distrum.”

Opium termasuk obat yang paling ampuh digunakan untuk menangani beragam kasus nyeri. Serbuk kering dari tanaman opium (papaver somniferum) ini merupakan analgesic tertua dan terkenal. Sementara, morfin merupakan penghilang rasa nyeri (analgesic) yang juga efektif. Bahan-bahan narkotik ini mempengaruhi endhorphin dengan mengikat reseptornya dan menghentikan atau mengurangi kerja saraf nyeri. Tapi penggunaannya harus dibawah pengawasan dokter. Pasalnya, barang ini bikin orang kecanduan dan menyebabkan pasien semakin tahan terhadap pengaruhnya, sehingga orang itu memerlukan dosis lebih tinggi untuk melawan nyeri. Karenanya, opium dan morfin tidak dianjurkan untuk terapi jangka panjang. Hanya untuk mengatasi nyeri setelah operasi dan menangani pasien dengan penyakit ganas seperti kanker.

Obat-obat analgesic non-narkotik modern seperti aspirin dan asetamenofen kurang kuat dibandingkan dengan opium, tapi menimbulkan ketergantungan. obat-obatan ini untuk mengurangi nyeri akibat radang. Cara kerjanya pun berbeda dengan opium, yakni dengan mencegah perubahan arachidonic acid menjadi prostaglandin yang dapat mempertinggi sensitivitas terhadap nyeri.

Obat-obatan psikotropik digunakan untuk mengatasi nyeri akibat proses psikologis. Obat-obatan ini bekerja mengurangi kegelisahan dan mengubah persepsi nyeri pada diri pasien. Nyeri macam ini juga dapat ditanggulangi dalam cara yang sama dengan hypnosis, placebo, dan psikoterapi.

Saraf-saraf tertentu dapat diblok bila nyeri terbatas pada area yang memiliki banyak saraf sensorik. Caranya bisa dengan menggunakan phenol, lidocaine, atau pemutusan saraf. Phenol merupakan neurolitik yang merusak saraf secara tetap. Lidocaine dapat digunakan untuk pertolongan sementara. Operasi pemutusan saraf merupakan penanganan radikal yang amat jarang dilakuka. Pasalnya cara ini dapat menimbulkan efek sampingan serius, seperti hilangnya kemampuan motorik.

Beberapa nyeri dapat ditangani pula dengan rangsangan listrik. Elektroda ditempatkan pada kulit diatas area yang nyeri, dan arus listrik ringan dialirkan. “penyetruman” terhadap ujung saraf ini menghambat serabut saraf bangkitkan rasa nyeri. Akupungtur, kompres, dan penghangatan, juga bekerja dengan mekanisme yang sama dengan “penyetruman” dalam menghilangkan nyeri.

Dibantu alat canggih

Klinik nyeri itu didukung peralatan canggih. Diantaranya Radio Frequency Thermo Coagulation N-50(RFTC N-59) yang berfungsi menghilangkan nyeri tanpa tindakan operasi. ZD computerized stereofactic yang berfungsi membantu RTFC N-50 membidik saraf pada pusat nyeri di otak yang hendak dimatikan. Dikatakan, alat buatan Jerman yang baru pertama ada di Indonesia itu cukup aman dan akurat. Tapi di negate-negara maju, alat tadi sudah digunakan sejak satu decade yang lampau.

Sebelum menggunakanalat RTFC N-50, dokter terlebih dahulu menentukan lokasi saraf penyebab nyeri. Melalui kulit dimasukkan semacam jarum kearah saraf yang hendak dimatikan. Supaya tidak menganggu saraf lain, alat ini dioperasikan berdasarkan impedansi (semacam tahanan listrik) suhu, dan waktu yang efektif hanya untuk meninaktifkan saraf yang dibidik.
Untuk mencapai jaringan saraf, alat disetel sesuai dengan impedensi sarar tersebut. “Jadi kalau tidak negenai jaringan saraf yang dituju alat ini tidak mau bekerja.” Jelas dr. dr. Ali Shahab. Jaringan saraf umpamanya memiliki impedensi jaringan cairan otak 800-1000 ohm.

Lantaran suhu maksimal saraf yang berbeda-beda RTFC N-50 juga dilengkapi sensor suhu. “Kalau alat sudah diset pada temperature maksimal untuk saraf perasa, saraf penggerak tidak akan terganggu, sebab kalau temperaturnya lewat, maka alat akan mati,” ungkapnya. Lagi pula, saraf perasamudah di nonaktifkan pada suhu yang lebih rendah ketimbang untuk saraf penggerak. Dengan demikian tidak perlu khawatir saraf penggerak ikut terkena. Waktunya pun bisa diatur supaya saraf yang dinonaktifkan tidak,” gosong”.

ZD computerized stereotactic biasanya doperlukan bila rasa nyeri dihilangkan dengan menonaktifkan pusat nyeri di otak. Ada beberapa titik inti saraf di otak yan gmerupakan kumpulan “kabel” rangsang nyeri yang menuju ke otak. ZD computerized stereotactic berfungsi menentukan titik yang dituju. Dengan program computer khusus letak titik tadibisa diketahui dengan tepat. Di titikitulah dilakukan tepat. Di titik itulah dilakukan perusakan saraf dengan menggunakan RTFC N-50. Sebelumnya mesti dibuatkan lubang kecil tempat lewatnya “jarum” RTFC N-50. dengan penggunaan alat canggih ini, pasien tidak memerlukan perawatan lama di rumah sakit.

Sumber : INTISARI (kumpulan kesehatan)

No comments:

Post a Comment